Welcome To Tepus Somorejo Bagelen
Showing posts with label Desaku Desamu Desa kita. Show all posts
Showing posts with label Desaku Desamu Desa kita. Show all posts

Monday, September 30, 2019

Gotong Royong Dengan Jimpitan

     Gotong-royong merupakan budaya khas bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, yang sudah turun temurun dari jaman nenek moyang. Kegiatan gotong-royong umumnya lebih kental di òmasyarakat perdesaan ketimbang masyarakat perkotaan, karena masyarakat kota lebih cenderung individualis berbeda dengan masyarakat perdesaan yang lebih mengedepankan rasa kebersamaan. Namun seiring berkembangnya jaman, budaya gotong-royong mulai luntur baik di Desa terlebih lagi di perkotaan.
     Pokok permasalahannya saat ini adalah bagaimana cara memupuk kembali nilai-nilai gotong-royong yang pernah hidup subur dalam kehidupan masyarakat serta mempertahankannya.
Seiring dengan kemajuan jaman tekhnologi yang semakin canggih dan maraknya pengaruh budaya dari luar, berharap tidak merusak budaya luhur masyarakat Indonesia dan tidak semakin melunturkan budaya gotong-royong.
     Dalam setiap kegiatan pembangunan gotong-royong sebagai peran utama disamping sarana penunjang pendanaan. Bahkan sarana penunjang pendanaan pun bisa dilakukan dengan gotong-royong, contoh sederhananya dalam sebuah desa memiliki kegiatan mengadakan kerja bakti, membuat pos ronda, memperbaiki sarana ibadah, membangun gapura atau kegiatan merti dusun dan sebagiannya, proses pengerjaanya dapat dilakukan dengan bergotong-royong dan segi pendanaanya untuk keperluan material atau konsumsi juga dapat dilakukan secara bergotong-royong dengan budaya kearifan lokal yaitu " Jimpitan ".
     Jimpitan merupakan warisan budaya kearifan lokal dari jaman simbah-simbah terdahulu, mengajarkan untuk saling bahu-membahu, bergotong-royong dengan mengukur tingkat kemampuan masyarakat sesuai apa yang dimilikinya. Yang memiliki beras bisa urun beras, yang punya kelapa bisa urun dengan kelapanya, yang punya gula bisa urun dengan gulanya, yang punya uang bisa urun dengan uangnya, yang punya ide bisa urun dengan ide pemikirannya dan lain sebagainya.
     Sistem kearifan lokal Jimpitan sudah terbentuk lama sejak jaman nenek moyang dan terbukti dapat memunculkan rasa solidaritas yang tinggi di masyarakat Indonesia. Sistem ini tidak usang meskipun jaman terus berubah, dan sebagai bangsa yang besar harusnya kita tidak  boleh menghilangkan kearifan lokal hanya demi pandangan modern yang sempit.
     Mulai dari Desaku, Desamu dan Desa kita semua mari hidupkan kembali nilai-nilai gotong-royong, kita lestarikan budaya kearifan lokal Jimpitan dan lain sebagainya.

Saturday, May 5, 2018

Titip Kangen Buat Desaku

     Sampai sejauh mana kaki melangkah dan  sampai sejauh manapun tempat merantau, kampung halaman atau desa akan selalu menjadi tempat terindah untuk kembali pulang. Dan akan selalu dirindukan ketika berada pada tempat yang sangat jauh sekali.
     Bagi perantau, desa merupakan tempat spesial yang selalu dirindukan karena dari desa-lah tempat awal terlahirkan ke Dunia ini sampai dibesarkan, tempat untuk mendapatkan kasih sayang orang tua, tempat segala keindahan dan tempat berbagi kebahagiaan bersama keluarga, handai taulan juga bersama teman dari masa kecil, teman seperjuangan. Semua itu yang menjadikan dorongan hati untuk selalu tetap kembali ke desa atau kampung halaman.
     Se-udik apapun desa itu dan sesukses apapun di daerah perantauan tidak menjadi sebuah halangan untuk kembali ke desa dan bukan pula menjadi alasan untuk melupakannya. Karena memang tidak ada alasan untuk melupakan kenangan indah tempat dimana terlahirkan dan di besarkannya.
     Pilihan kebanyakan orang pergi merantau meninggalkan desa karena alasan keluarga dan untuk kembali pulang pun alasannya juga keluarga. Keluarga memang tiada duanya dalam kehidupan setiap orang. Dan dari keluarga di desa-lah tempat besar dan tumbuh menjadi dewasa.
     Berjuta kenangan yang sulit di lupakan tak bisa lepas dari sebuah alasan anak rantau untuk tetap kembali ke desa atau kampung halaman.
     Dalam ingatan akan keberadaan kampung halaman yang selalu terngiang yaitu tradisi budaya warisan leluhur yang melekat di masyarakat dengan ciri khas desa atau kampung halaman.
     Desa atau kampung halaman begitu banyak menyimpan cerita kenangan dan akan selalu menyimpan cerita kenangan itu yang tak akan pernah pudar di ceritakan.
Ning angin tak titipne

Roso kangen karo desoku

Ning bathin mung angen-angen

Kapan biso bali ning desoku

Mung iso nyawang gambar foto desoku

Abote mendhem kangen karo desoku

Mung tak simpen sak jeroning ati
 Tepus Somorejo Bagelen yang selalu ku rindu.

Thursday, September 14, 2017

Tradisional Swadaya Swakarya Atau Swasembada

     Menurut buku yang pernah penulis baca, ada beberapa klasifiksasi tentang desa menurut perkembanganya, diantaranya:

Pertama, Desa Tradisional
     Desa tradisional atau disebut juga pra-desa adalah tipe desa pada masyarakat suku terasing yang seluruh kehidupan masyarakatnya masih sangat bergantung pada alam sekitarnya. Ketergantunganya itu terdapat pada cara bercocok tanamnya, cara pemeliharaan kesehatan, pengobatan dan pengolahan makanan. Pada desa seperti ini penduduknya cenderung tertutup atau kurang komunikasi dengan daerah lain. Dengan demikian sistem perhubungan dan pengangkutan tidak berkembang.

Kedua, Desa Swadaya
     Adalah desa yang masih terikat oleh tradisi karena tingkat pendidikan yang masih relatif rendah, produksi yang masih di arahkan untuk kebutuhan primer keluarga dan komunikasi keluar masih terbatas.
Norma yang terdapat didesa swadaya;
- Mata pencaharian primer penduduknya dari pertanian, peternakan, nelayan dan hasil hutan.
- Adat istiadat masih mengikat
- Kelembagaan dan pemerintahan desa masih sederhana. Prasarana kurang memadai dan biasanya desa ini mampu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Ciri desa swadaya :
1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
2. Penduduknya jarang.
3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
4. Bersifat tertutup
5. Masyarakat memegang teguh adat.
6. Tekhnologi masih rendah.
7. Sarana dan Prasarana sangat kurang.
8. Hubungan antarmanusia sangat erat.
9. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.

Ketiga, Desa Swakarya
     Adalah desa yang tingkat perkembangannya sudah lebih maju, dengan beberapa ciri sebagai berikut;

1. Adat-istiadat masyarakatnya sedang mengalami masa perubahan (transisi).
2. Pengaruh dari luar mulai masuk dalam masyarakat desa dan mengakibatkan perubahan pola pikir.
3. Mata pencaharian penduduknya mulai beraneka ragam, tidak hanya pada sektor agraris.
4. Lapangan kerja bertambah dan produktivitasnya mulai meningkat, di imbangi dengan maki bertambahnya prasarana desa.
5. Swadaya masyarakat dengan cara bergotong-royong telah efektif. Mulai tumbuh kesadaran serta tanggung jawab masyarakatnya untuk membangun desanya.
6. Roda pemerintahan desa mulai berkembang baik dalam tugas maupun fungsinya.
7. Masyarakat desa mampu meningkatkan kehidupanya dengan hasil kerjanya sendiri.
8. Bantuan pemerintah hanya bersifat sebagai stimulasi saja.

Keempat, Desa Swasembada
     Adalah desa yang telah maju dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut;

1. Kebanyakan desa swasembada berlokasi di sekitar ibukota kecamatan, di sekitar ibukota kabupaten dan di sekitar ibukota propinsi, yang tidak termasuk kedalam wilayah kelurahan.
2. Semua kebutuhan hidup pokok swasembada dapat disediakan semuanya oleh desa tersebut.
3. Alat-alat teknis yang digunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sudah lebih modern dibandingkan dengan yang digunakan oleh penduduk desa tradisional, swadaya dan swakarya.
4. Ikatan adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan adat yang berkaitan dengan perekonomian sudah tidak berpengaruh lagi pada kehidupan masyarakatnya. Lembaga-lembaga bekonomi di anggap lebih modern dan lebih berpengaruh.
5. Lembaga-lembaga sosial, ekonomi dan kebudayaan yang ada sudah dapat menjaga kelangsungan hidup penduduknya.
6. Mata pencaharian penduduknya sudah beraneka ragam, sebagian besar penduduknya bergerak dibidang perdagangan dan jasa.
7. Tingkat pendidikan dan ketrampilan penduduk telah tinggi sehingga cara berpikirnya telah maju (rasional).
8. Masyarakatnya sudah mulai lepas dari adat dan tradisi.
9. Tingkat produksi, pemasaran dan kegiatan sosial sudah baik.
10. Tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan penduduk desa swasembada sangat tinggi.
Pada desa swasembada masyarakatnya tidak mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitasnya karena berbagai sarana dan prasarana sudah tersedia.

Kategori yang mana desaku, desamu dan desa kita semua ???

Thursday, November 10, 2016

Desaku Yang Ku Lupakan

“ Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia ” – Soekarno.


Kita pasti pernah mendengar atau membaca kutipan tersebut. Presiden pertama Indonesia tidak main-main ketika mengatakannya. Beliau sadar bahwa kemerdekaan dapat diraih karena pemuda/pemudi berjuang dengan sekuat tenaga disertai doa dan keikhlasan mampu merebut kemerdekaan bersama.

Bagaimana dengan kita saat ini? Apa hal mendesak yang perlu kita perjuangkan? Sekolah/kuliah, karir, kebahagiaan keluarga? Hal-hal ini memang penting, tapi jangan lupa bahwa keberadaan kita di dunia ini harus bisa memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitar tempat kita dilahirkan.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, pemuda/pemudi sama-sama melihat penjajah sebagai musuh. Saat itu, semua orang merasakan dampak dari penjajahan yang benar-benar menyiksa. Meski berjuang dengan caranya masing-masing, sebelum akhirnya membuat gerakan-gerakan nasional/terpusat, mereka berhasil mengusir penjajah dari Indonesia.

Lain dulu lain sekarang. Sekarang ini melihat kemiskinan dan ketertinggalan sebagai musuh yang benar-benar harus diberantas. Kesenjangan yang tinggi diantara masyarakat yang tinggal di kota dan yang tinggal di pelosok desa bagaikan langit dan bumi. Kalau hal ini terus dibiarkan, sila ke-5 Pancasila yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” tidak akan pernah tercapai.

Hal ini diperparah dengan urbanisasi, ketika pemuda/pemudi meninggalkan desa dan berpikir ada peluang yang lebih baik di kota. Padahal, dengan latar belakang pendidikan yang tidak seberapa, mereka kemudian hanya menjadi pengangguran atau pekerja serabutan. Kalau tidak kuat iman, mereka ‘banting setir’ menjadi pelaku tindak kriminal hanya untuk menyambung hidup.


Tiap tahun banyak warga desa berurbanisasi ke kota hanya untuk mencoba suatu peruntungan dan berharap mereka sukses ditanah rantau.
Banyak dari mereka yang pulangnya membawa kebahagiaan namun tidak sedikit pula yang pulang ke daerah asalnya membawa kesedihan.

Pertanyaanya, mengapa mereka harus merantau? pertanyaan ini yang selalu terlintas dipikiran kita padahal desa adalah sebuah asset yang sangat luar biasa jika kita mau gali dan kita kembangkan potensi yang sudah ada didesa.


Harapan untuk DESAKU jadilah berdaya dan berwibawa, karena desa adalah kekuatan dan jati diri bangsa, kemajuan desa adalah kemajuan bangsa, kemajuan rakyat semua. Mulai saat ini, dari DESAKU, DESAMU, dan DESA KITA SEMUA, kita bangun BANGSA.





Wednesday, August 17, 2016

Aku Seperti Orang Asing Didesaku Sendiri


Di atas jalan bebatuan yang tak beraspal ku ayunkan kaki ini untuk melangkah, ingin rasanya ku berhenti sejenak diperjalanan ini. Tapi, rasanya langkah kaki ini seakan enggan untuk berhenti, dulu jalan ini hanyalah sebuah jalanan kecil tak berguna.

Waktu semakin berlalu, dan jaman pun kian berganti namun kenangan jalanan ini tak pernah berubah.
Sejenak dalam diamku, teringat akan masa kecil dahulu yang bagitu ceria, bermain bersama teman, sahabat, ada canda, ada tawa dan bahkan tangisan.
Tapi..!!  kini semua itu tinggallah kenangan yang takkan mudah untuk di lupakan, meskipun cerita masa kecil itu telah berlalu namun semuanya itu masih ada sampai saat ini dalam ingatan batinku.

Akhh... Sungguh menyenangkan ketika masa-masa kecil dulu.
Hmmm....aku tersenyum sendiri, sesekali aku mengingat setiap sudut-sudut jalan ini yang dulunya adalah sebuah lahan kecil tempat kami bermain.

" Akhh... Rasanya ingin sekali kembali kemasa lalu, masa-masa kecil dahulu, tapi semua itu mungkin hanyalah mimpi...
mimpi yang tak mungkin untuk kembali.. karena jaman telah jauh berbeda dengan sekarang ".


Perlahan ku mulai melangkah, menyusuri jalan terjal yang berliku.
Sembari berpikir, sangat disayangkan jika perjuangan harus berhenti dan kadang berasa sungguh ironis, di balik kemajuan jaman aku seperti orang asing didesa tanah kelahiran sendiri.

Uhhh... Sedemikian parahkah aku mengalami krisis identitas, pertanyaan ini sangat mengganggu kenyamananku, namun aku menyadari satu hal, bahwa darah yang mengalir dalam tubuh ini tidak dapat digantikan dengan darah manapun. Aku tetaplah orang yang berasal dari tanah yang sama dengan mereka.

Dan menjadi sebuah keharusan untuk  membangun sebuah kesadaran tentang pentingnya identitas diri, karena itulah modal yang bisa kita persembahkan pada orang-orang yang ingin mengetahui lebih tentang asal muasal kita. Dan perjalanan hari ini memberi pandangan baru, bahwa tanah ini tak sekejam yang kita bayangkan.

" Dan manusia yang berada di atas tanah ini memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi terhadap siapapun yang siap masuk melewati pintu rumahnya".

( Tepus Somorejo Bagelen Selalu Dihati )


Jayalah Desaku Jayalah Negeriku


Semangat memperingati hari bersejarah yang ditunjukkan oleh warga di desaku membuatku bangga.
Memperingati hari kemerdekaan setiap tahunnya memang tidak sebanding dengan perjuangan para pahlawan untuk kemerdekaan negara ini, tetapi setidaknya masyarakat tidak lupa dengan sejarah perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan negeri ini dari para penjajah.


Seperti kata Bung Karno dalam pidatonya ;
" Jangan pernah sekalipun meninggalkan sejarah."

Karena dengan tidak melupakan sejarah kita bisa tetap menghargai dan menghormati segala perjuangan para pahlawan itu.


Kini, kita sebagai generasi berikutnya harus terus semangat untuk melanjutkan tugas yang belum diselesaikan oleh para pendahulu kita yaitu mengisi kemerdekaan dengan membangun negeri ini sebaik mungkin.


" Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang mempunyai semangat berkobar-kobar dan tekad Merdeka, merdeka atau mati." (Bung Karno).

MERDEKA...

Wednesday, June 8, 2016

Desaku Yang Kucinta


Desaku yang kucinta pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
Dan handai taulanku
Tak mudah ku lupakan
Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan desa ku yang permai


Penggalan lirik lagu desaku mengingatkan akan kenangan indah dimasa yang telah lalu disebuah wilayah pelosok desa yang jauh dari hingar bingarnya keramaian kota. Peribahasa mengatakan ( adoh ratu caket watu ) yaitu dusun Tepus, desa Somorejo, kecamatan Bagelen, kabupaten Purworejo.

Desaku yang kucinta, tempat aku dilahirkan dan menjadi tahu seperti apa itu arti dari sebuah kehidupan, pribadi kecil ini berkomitmen akan kembali ke desa. Mencoba mendedikasikan seluruh kapasitas dan potensi yang dimiliki untuk desaku, melalui tulisan sederhana ini, semoga kita semua bisa bercermin dan melihat di sekeliling kita, bahwa di desaku, desamu dan desanya sedang berlangsung ketertinggalan.

Kembalilah ke desa kita masing-masing, sesungguhnya desa memerlukan anak-anak bangsa yang sangat peduli dengan desanya sebagai bentuk pengabdian.


Mari Bangun Desaku Desamu Desa kita

Thursday, May 5, 2016

Dari Desa Membangun Bangsa


Siapapun paham betul bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi sumber daya alamnya. Surga dunia bisa dibilang, karena semua telah tersedia, hanya tinggal menikmati dan merawatnya saja sebenarnya. Namun laksana terlena oleh berbagai anugerah kemudahan, sejumlah kalangan menyebut bahwa hingga 70 tahun merdeka, kekayaan alam itu tak terkelola secara maksimal. Salah satu sebabnya adalah karena paradigma pembangunan yang menempatkan desa sebagai obyek yang tidak diberdayakan, termarginalkan. Hal tersebut didukung dengan kenyataan masyarakat miskin umumnya berada di desa-desa yang terpencil utamanya.

Desa identik dengan keterbelakangan serta penumpukan angkatan kerja produktif yang menganggur menunggu peruntungan untuk mendapatkan pekerjaan, yang pada akhirnya terjadi eksodus, urbanisasi besar-besaran sehingga potensi desa semakin tenggelam, ditinggalkan oleh sumber daya manusianya. Kini yang desa miliki tinggal sumber daya manusia yang bisa dibilang tidak produktif lagi.

Saat ini desa sudah mendapatkan pengakuan dengan lahirnya UU yang memberikan porsi untuk memprioritaskan desa. Desa sudah siap membangun. Saat ini pemberdayaan desa dengan semua potensi sumber daya baik sumber daya alam maupun manusianya merupakan suatu keniscayaan dan membutuhkan komitmen yang kuat dan konsisten dari pemerintah desa, masyarakat desa sendiri dan seluruh pihak yang terkait demi kelangsungan, kemajuan desa yang berdikari.

Kerja membangun desa membutuhkan ketulusan dan ikhtiar yang konsisten yang melibatkan seluruh stakeholder yang ada di desa, baik pemerintah maupun masyarakat desa. Setelah ada pengakuan,  pemberian kewenangan, serta dukungan alokasi dana yang besar, desa harus bisa menjaga dan merawat kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya. Budaya gotong royong, toleransi, dan bekerja keras jangan sampai tergerus oleh modernisasi yang mengarah pada sikap individualistik. Kearifan lokal daerah penting untuk tetap dijaga kelestariannya, bahkan perlu untuk senantiasa dikembangkan, ditularkan ke segenap hati masyarakat laksana virus kebaikan yang nantinya akan menginfeksi setiap masyarakat menuju kemajuan dan kesejahteraan.

Pengembangan tidak hanya sampai di tingkat kabupaten/kota saja, akan tetapi harus bisa menembus tingkat nasional bahkan internasional. Bukankah menjadi suatu kebanggaan sekaligus merupakan daya ungkit bagi desa dalam proses pembangunannya bila desa dengan membawa hasil karyanya, potensi khasnya mengharumkan nama desa, daerah bahkan bangsanya dimana nantinya akan diiringi oleh kemajuan-kemajuan pada bidang-bidang lainnya.

Untuk DESAKU jadilah berdaya dan berwibawa, karena desa adalah kekuatan dan jati diri bangsa, kemajuan desa adalah kemajuan bangsa, kemajuan rakyat semua. Mulai saat ini, dari DESAKU, DESAMU, dan DESA KITA SEMUA, kita bangun BANGSA.

Monday, April 25, 2016

Menggali Potensi Wisata Desa Somorejo


Desa Somorejo merupakan sebuah kawasan pedesaan yang memiliki keunikan dan  karakteristik khusus yang tentunya layak untuk menjadi destinasi wisata, yang menjadi obyeknya antara lain: lingkungan bernuansa alami,   tradisi dan budaya masih dipegang masyarakat, makanan khas, ragam pertanian dan sistem kekerabatan. Untuk menjadikan desa Somorejo sebagai daerah tujuan wisata tentu perlu ditunjang dengan fasilitas yang memadai bagi para wisatawan. Fasilitas tersebut antara lain : penginapan/homestay, sehingga wisatawan benar-benar merasakan suasana keseharian pedesaan dengan apa adanya, restoran/warung makan, arena aktifitas di alam/outbound facility serta berbagai kemudahan bagi wisatawan.

Makin beragamnya pilihan keinginan wisatawan, kesadaran akan pelestarian lingkungan, isu pemanasan global, menjadikan para pelaku wisata melirik pada konsep back to nature.  Wisata pedesaan sebenarnya suatu bentuk pariwisata minat khusus yang  dikemas secara komprehensif sehingga para wisatawan dapat berinteraksi secara lengkap baik dengan alam lingkungan maupun dengan masyarakat sekitar termasuk juga budaya dan tradisi didalamnya.

Wisatawan dapat melihat dan merasakan langsung  nilai – nilai kearifan lokal yang masih terasa denyutnya dalam  kehidupan masyarakat sehari-hari. Kearifan tersebut seperti: 
gotong royong, acara adat, merti desa, sambatan/rewang, kenduri/slametan, dolanan bocah, kesenian tradisional, nderes/nyadap nira hingga proses pembuatan gula dan sebagainya. Tentu agar pengunjung/wisatawan kerasan, sangat dibutuhkan keterlibatan partisipasi aktif masyarakat lokal agar terjamin keberlangsungan kegiatan pariwisata di pedesaan. Dengan demikian, konsep pariwisata pedesaan adalah menawarkan harapan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat lokal, dengan cara meningkatkan partisipasi aktif masyarakat serta mendorong keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan yang ditujukan kepada pengunjung wisata desa.

Masyarakat dipedesaan memegang peran penting sebagai subyek pelaku kegiatan-kegiatan pengembangan pariwisata yang dilakukan, dan bukan hanya sebagai “tuan rumah yang pasif”. Pariwisata berbasis masyarakat       merupakan sebuah pendekatan pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development paradigm), yang berarti dengan terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat saat kini dengan tidak mengesampingkan aspek keberlanjutan yaitu memberikan manfaat kepada generasi sekarang tanpa mengurangi kualitas manfaat kepada generasi mendatang.

Wednesday, January 7, 2015

" Tepus " zambrut Ditimur Somorejo


Tepus somorejo seolah menjadi negeri tempat matahari terbit. Perjalanan menuju ke sana bagaikan perjalanan mengejar mentari yang siap menampakkan diri. Kita berlomba-lomba dengan cakrawala yang selalu siap memunculkan sang surya. Berada di sisi timur desa Somorejo kecamatan Bagelen kabupaten Purworejo berbatasan dengan provinsi DIY dan bagian dari barisan Perbukitan Menoreh, dipagi hari akan kita temui halimun tipis menyelimuti puncak-puncaknya, dan ketika senja datang, remang keemasan akan menjadi perhiasannya.


Tepus somorejo menjadi istimewa berkat alamnya. Lihatlah bagian dari perbukitan Menoreh ini, meskipun pegunungan cadas namun jauh dari kata tandus, tutupan tanah yang subur membuat vegetasinya relatif rapat. Puncak-puncaknya yang menghijau bak permadani. Sementara laut selatan setia menjaga dengan ombaknya yang menakutkan.


Menjelajah Tepus somorejo bisa kita mulai sejak pagi buta. Mari mengawali hari di puncak gunung agung sisi selatan, puncak tertinggi diwalayah perbukitan sekitarnya. Meskipun menempuh perjalanan menantang karena harus melewati jalan sempit yang naik turun dan berkelok tajam, namun semua itu terbayar dengan keindahan pemandangan matahari yang malu-malu perlahan keluar dari balik gunung-gunung di sisi timur, seperti gadis ayu yang terlihat sangat cantik meskipun baru bangun tidur. Ketika langit semakin terang, kita bisa meneropong ke segala penjuru akan terlihat gunung-gunung tinggi seperti : Sindoro, Sumbing nampak jauh disebelah utara bersebelahan dengan gunung kukusan nampak lebih dekat,  gunung telu dari arah timur.


Menjelang siang, lanjutkan perjalanan menuju permukiman penduduk didusun Tepus, sebuah dusun yang sangat asri dengan hawa yang sejuk kita bisa membaur dengan masyarakat dusun Tepus yang sangat ramah dan santun, disitu kita bisa mempelajari tentang makna kehidupan dari pola hidup masyarakat dusun Tepus yang selalu berdampingan dengan alam tanpa harus merusak alam lingkunganya.

Jangan meninggalkan Tepus somorejo sebelum menikmati senja karena sepertinya inilah tempat matahari pulang ke rumah. Ada tiga tempat favorit dengan pemandangan senja luar biasa, sayang sekali kita tak bisa menikmati dalam waktu yang sama. Maka, pilihlah salah satu dari ketiganya.


Bukit wonokerso tempat terbaik untuk menikmati senja. sebuah drama perubahan warna langit dari biru terang menuju jingga keemasan. Tak hanya itu, kita juga bisa duduk bersantai diatas bebatuan besar yang sejak jaman dahulu diberi nama Watulumang.


Tempat kedua adalah bukit Sekepuh, sebuah bukit yang berada dibagian selatan dusun Tepus yang berbatasan dengan alas Tlogo,semongkrong mempunyai pemandangan senja tak kalah cantiknya. Duduk saja di tepinya, beralaskan batu-batu dan rerumputan kita akan disuguhi mahakarya Yang Kuasa dalam melukis semesta. Sapuan warna kuning keemasan bersemburat jingga mewarnai sekitar dan dipantulkan permukaan air laut dikejauhan. Angin yang semilir dingin, dan langit remang temaram sebelum malam datang menjadi penutup hari yang sempurna.

Selain kedua tempat tersebut, masih ada gunung agung. Sebuah Pegunungan yang menawarkan ketenangan sebagai obat penawar atas segala kebisingan, hiruk pikuk dan keramaian kota. Udara pegunungan dan hembusan angin perlahan menjadi mantra menuju ketentraman. Duduklah dengan tenang di atas rerumputan yang tumbuh laksana karpet yang terpasang. Di kejauhan akan terlihat laut terbentang luas berwarna kebiruan seperti tempat para bidadari mandi. Dari tempat ini kita akan merasakan betapa senja adalah peristiwa yang melankolis lagi romantis.


Menuju dusun Tepus somorejo memang bukan jarak yang pendek, maka itulah dusun ini sering disebut adoh ratu, cerak watu (jauh dari ratu, dekat dengan batu). Namun begitu tak perlu bingung untuk bisa menjangkaunya. Ada banyak jasa kendaraan bermotor (tukang ojek) dari Bagelen yang bisa kita pesan untuk membawa kita ke dusun Tepus.


Friday, January 2, 2015

Menuju Desa Mandiri

Foto balai desa somorejo 
Desa merupakan tulang punggung birokrasi pemerintahan paling bawah. Besarnya peran serta desa dalam pelayanan publik karena desa berhadapan langsung dengan masyarakatnya. Kebutuhan akan pelayanan prima sebagaimana spirit good governance dalam tata kelola pemerintahan khususnya pemerintah desa harus diterapkan oleh semua Pemerintah Desa. Melalui konsep pelayanan desa satu pintu atau one gate policy semua produk pelayanan desa dirancang seperti alur bisnis corporate.

Mari kita kikis bersama opini warga masyarakat yang memberikan penilaian terhadap Pemerintahan Desa bahwa selama ini terkesan alur birokrasi pelayanan di desa dinilai mahal dan berbelit-belit. Pemdes harus membuat daftar tarif pungutan pelayanan serta menyiapkan loket terpadu. Tugas pokok kepala urusan didesa akan di disposisi dari loket sesuai jenis fungsi tugasnya serta kepastian waktu pelayanan. Fungsi kepala dusun sesuai khas karakteristik pemerintahan desa juga tidak dihilangkan.

Pamong yang ngemong didesa melalui kadus menjadi fasilitator masyarakat yang tidak dapat langsung ke loket pelayanan, tetapi Kadus wajib menyampaikan standarisasi harga dan target waktu pelayanan sesuai SOP dan SPM. Kelebihan pembayaran tarif sesuai ketentuan secara akuntabel bila masyarakat berkenan bisa untuk kesejahteraan para Kadus sebagai transpot pengurusan. Sehingga watak desa yang khas dengan pamong desa dan masyarakat yang diemongnya tidak akan hilang secara kultur dan kearifan lokalnya.

Penerapan one gate policy ini merupakan ikhtiar kecil agar pelayanan kepada masyarakat semakin meningkat. Konsep ini digagas mengingat kultur masyarakat Desa yang sudah semi kota.

Desa harus menjadi pusat kemajuan dari sinilah perlu dibangun fasilitas untuk memenuhinya, misalnya Masjid, Pasar, Puskesmas, Lapangan, sarana pendidikan dan lainnya.
Idealnya sebuah desa Mandiri dicirikan oleh adanya sebuah bangunan Masjid dan Pasar. Masjid untuk sholat berjamaah dan merumuskan masalah, dan pasar untuk mempermudah kegiatan ekonomi masyarakat.

Ide ini dilakukan oleh Rosulullah SAW, yaitu ketika Rosulullah  SAW hijrah, maka yang pertama kali dibangun adalah Masjid, kemudian membangun Pasar. Dalam konteks saat ini didukung oleh sarana kesehatan Puskesmas, sarana pendidikan dan lainnya. Sehingga pertumbuhan di desa tidak hanya maju secara ekonomi dan lainnya melainkan dimbangi juga dengan ketaatan kepada Allah SWT.

Hal ini akan berdampak mendorong tumbuh dan berkembangnya prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat, meningkatkan kapasitas kelembagaan dan organisasi yang berakar pada masyarakat desa dan membangun sinergi berbagai kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di desa dalam konteks kewilayahan.

Disamping itu, mendorong tumbuhnya kesadaran sosial dengan wujud kesetiakawanan sosial dalam konteks pembangunan desa, dan meningkatkan peran dan fungsi lembaga masyarakat terutama dalam menjalankan fungsi kontrol sosial terhadap pelaksanaan program-program pembangunan desa.

Monday, July 7, 2014

Pedukuhan Tepus


Pedukuhan Tepus terletak di Desa Somorejo, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Pedukuhan Tepus terdiri dari 1 RW dan 4 RT. Jumlah kepala keluarga kurang lebih sebanyak 170 KK.
Kegiatan kelompok / perkumpulan warga dipedukuhan Tepus antara lain; kelompok panca marga, ibu-ibu PKK, pengajian jum'at (ibu-ibu), tahlil bergilir malam jum'at (kaum bapak), pengajian umum selapanan dimasjid Al-Huda, arisan pedukuhan.
Adapula kegiatan warga gotong royong kerja bakti perbaikan fasilitas umum seperti jalan, jembatan, sarana ibadah, sarana pendidikan dan fasilitas umum lainnya.

Komoditas yang ada dipedukuhan Tepus antara lain; Durian (Musiman), Manggis, Langsep, Kakao, Melinjo, Petai, Singkong, aneka rempah-rempah seperti; Cengkeh, Kapulogo, Temulawak, Cabe jawa, Puyang,  Lengkuas, Mahkota Dewa dsb. Komoditas lainnya yaitu; Gula jawa, Gula Semut serta komoditas kayu keras seperti; Jati mas, Sonokeling, Mahoni, Sengon jawa, Akasia dan Albesiah.

Mata pencaharian warga pedukuhan Tepus mayoritas adalah petani nderes yaitu membuat gula jawa/gula semut, diselingi beternak Kambing, ternak Sapi, ternak Ayam dan ada sebagian warga bekerja sebagai buruh gledek dan pengrajin meubel ada pula sebagai buruh pabrik.

Fasilitas sarana ibadah dan sarana pendidikan yang ada di pedukuhan Tepus antara lain : Masjid jami' Al huda di rt 4/5, Taman Pendidikan Al qur'an untuk anak-anak,dewasa dan orang tua yaitu Pesantren Tarbiatul Atfal di rt 4/5, Taman Pendidikan Anak di rt 3/5, Taman Pendidikan Anak di Mushola At Taufiq di rt 2/5,Taman Pendidikan di Mushola Al Muttaqin rt 1/5, Taman Pendidikan Dasar Umum di SDN Tepus di rt 1/5.

Salah satu produk tani pedukuhan Tepus yang menjadi unggulan adalah gula kelapa/gula semut kwalitas organik yang sudah merambah pasar luar negri dan merupakan penggerak utama roda perekonomian warga masyarakat di pedukuhan Tepus.

GULA SEMUT merupakan gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang sebagai gula kristal. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yg bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah nira dari pohon kelapa. Karena pohon ini masuk jenis tumbuhan palmae maka dalam bahasa asing, secara umum gula semut juga disebut sebagai Palm Sugar atau Palm Zuiker.
gula semut produksi dusun Tepus
gula cetak produksi dusun Tepus
Salah satu masjid kebanggaan warga pedukuhan Tepus yaitu masjid jami ' Al huda, masjid ini merupakan masjid utama yang berada dipedukuhan Tepus dan menjadi prasasti peninggalan para simbah-simbah pendahulu warga pedukuhan Tepus.
Masjid Al huda dusun tepus
Sentra pengembangan budidaya albesiah bagian dari program dunia untuk mengurangi pemanasan global dikemas dengan tema " Tepus Hijau "
Kebon albasiah/sengon sabrang



Tuesday, June 10, 2014

Selayang Pandang " Dusun Tepus "


'' Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
tempat ayah dan bunda dan handai taulanku
tak mungkin kulupakan, desaku yang permai''.

Sebuah bait yang yang cukup menggambarkan suasana indah nan harmoni. Tepus adalah kunci untuk menemukan ketenangan jiwa, raga dan hati. Sebuah dusun kecil yang penuh dengan keindahan dan kedamaian. Meski kecil, akan tetapi mempunyai tempat yang amat besar dihati setiap insan yang hidup didalamnya.
Lintas sangon-plampang membentang disisi timur pedukuhan tepus
Tepus adalah nama sebuah pedukuhan didesa Somorejo kecamatan Bagelen, kabupaten Purworejo, Jawa tengah. Atau lebih tepatnya daerah paling timur desa Somorejo. Jika kita menuju ke timur pedukuhan Tepus maka akan sampai didusun Sangon 2 Kalirejo Kokap Kulonprogo, dan bila ke selatan maka akan sampai didusun Grindang Hargomulyo Kulonprogo. Disisi barat berbatasan dengan dusun Sejagir Somorejo, di utara dusun Ngargo Hargorojo, ke arah timur laut menuju ke dusun Plampang 1 Kalirejo Kokap Kulonprogo. Dusun Tepus terdiri dari 1 RW dan 4 RT, yaitu RW 05, RT 01, RT 02, RT 03, RT 04. Dari ke empat RT yang ada mempunyai ciri khasan dan pionir tersendiri. Dusun Tepus dipimpin oleh seorang kadus/bayan yang dipilih oleh rakyat,inilah wujud demokrasi yang ada dipedukuhan Tepus.
Diutara dan timur laut jalur menuju dsn ngargo dan dsn plampang 1
Letaknya tepat di cekungan perbukitan panjang bagian dari perbukitan menoreh atau lebih kerennya " pedukuhan hijau dilintas menoreh ". Tatanan masyarakat yang khas pedesaan tidak lepas dari pengaruh geografis dusun ini. Betapa tidak, tanah subur yang membentang luas sepanjang deretan perbukitan, sangat cocok untuk bercocok tanam. Ternyata koes-plus berkata benar,"tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Inilah kenyataannya. Petanipun menjadi dominan didusun Tepus, baik petani ladang, kebun, tegalan dan petani hutan.

Tidak terhenti sampai disitu, sekalipun pertanian didusun ini maju, akan tetapi dibagian lain banyak hal yang bisa dipelajari dari tempat ini, semisal adat seni budaya, yaitu acara adat bersih dusun/merti dusun yang diadakan setiap bulan Suro yang diiringi dengan pertunjukan kesenian wayang kulit, kesenian jathilan dan adat kepungan. Mengenai kesenian didusun Tepus ada 1 sanggar seni kuda lumping/incling, ada grup rebana (kelompok ibu-ibu), grup rebana ( kelompok remaja) dan grup shalawat/terbang yang mulai punah.

Untuk hubungan sosial warga masyarakat masih sangat kental dan erat saling bergotong-royong. Sungguh berbeda sekali dengan gaya hidup modern yang cenderung individualis. Ditempat ini, warga masyarakat saling teposeliro dan menjunjung tinggi kekeluargaan. Untuk keamanan didusun ini sangat kondusif dan terkendali, itu berkat kesadaran warga masyarakat dusun Tepus yang "sadar hukum". Tidak ditemukan record keterlibatan warga dusun Tepus melakukan tindakan kriminal.

Didusun Tepus banyak terdapat Taman Pendidikan yang berbasis islami baik dari kalangan anak usia dini hingga orang dewasa bahkan orang tua sekalipun dan itu merupakan sebuah kebanggaan bagi warga masyarakat dusun Tepus. Dan agama islam mendominasi didusun ini.
Meskipun dusun kecil, untuk masalah pendidikan, Tepus tidak kalah maju dari daerah yang lain.

Inilah Selayang Pandang tentang dusun kami tercinta "Pedukuhan Tepus".

Di sini ku dilahirkan
Di sini ku dibesarkan
Di sini ku belajar
Di sini ku mengerti,  kuhargai tuk ku cintai

Ketika jiwa dan raga ini dilahirkan dengan rasa air, tanah dan udara yang sama, pernahkah terbesit dipikiran, bagaimana takdir telah menyatukan kita. Lantas apa yang pernah kita berikan untuk mensyukuri nikmat ini. Mari jadikan takdir ini menjadi lebih sempurna dengan bersama-sama memajukan dusun kita tercinta.
Tepus menantimu wahai jiwa muda. Sekarang atau tidak sama sekali.
" Gregah gumregah anggayuh mukti "