Welcome To Tepus Somorejo Bagelen
Showing posts with label Bagelen Purworejo. Show all posts
Showing posts with label Bagelen Purworejo. Show all posts

Tuesday, December 11, 2018

Revolusi dari Desa


“Revolusi sejati ialah suatu proses. Satu proses masyarakat yang berisikan, berintikan penjebolan dan penanaman. Satu proses masyarakat untuk membongkar sistem masyarakat itu sampai ke akar-akarnya.” (Bung Karno)

taman bagelen / pertelon bagelen
Desa hampir terlupakan dalam pembangunan dan pemberdayaan. Hal ini tentu tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah melakukan pemberdayaan masyarakat desa dengan pendampingan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan.

Untuk itu, sudah kewajiban sebagai pemuda ikut serta dalam proses pembagunan desa. Kekompleksitasan masalah di desa kini juga menjadi penyebab pemuda desa memilih bertumpuk dan berjejalan di kota, bertempat di pinggiran kota yang kumuh. Inilah yang menyebabkan urbanisasi yang tak sehat. Ramainya orang-orang desa yang berbondong ke kota hanya untuk menyerbu ekonomi dan mengejar mimpinya belaka menunjukkan bahwa desa masih belum membawa harapan indah bagi masyarakatnya.

Kini saatnya, pemuda sebagai agen perubahan (agent of change) membuat gebrakan revolusi dengan cara menyumbangkan ide-ide untuk menyelamatkan desa dari ketertinggalannya. Banyak cara inovatif yang dapat dilakukan di desa, seperti membuat program-program perpustakaan untuk desa, memberdayakan masyarakat desa melalui pengembangan usaha, memberi edukasi kepada masyarakat desa melalui kerajinan tangan dan lain sebagainya.

Desa tidak boleh lemah. Bila desa lemah maka kotalah yang akan menerima dampaknya. Menjamurnya kemiskinan di kota-kota akibat ketimpangan sosial didesa. Untuk itu, seluruh lapisan elemen masyarakat bersama pemerintah daerah dan pusat harus bergotong royong membangun negara melalui hal yang kecil, yaitu peduli terhadap desa.

Desa pun akan sejahtera bila lepas dari lilitan kemiskinan yang membelenggunya. Majunya suatu desa bisa berakibat pada majunya negara di mata negara-negara lain di dunia. Desa adalah sebuah unit dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menjadi bibit kesejahteraan negara. Sudah saatnya desa kita menjadi maju, mandiri dan sejahtera.

Semoga Desamu, Desaku, Desa kita menjadi Desa yang sejahtera.

Thursday, November 10, 2016

Desaku Yang Ku Lupakan

“ Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia ” – Soekarno.


Kita pasti pernah mendengar atau membaca kutipan tersebut. Presiden pertama Indonesia tidak main-main ketika mengatakannya. Beliau sadar bahwa kemerdekaan dapat diraih karena pemuda/pemudi berjuang dengan sekuat tenaga disertai doa dan keikhlasan mampu merebut kemerdekaan bersama.

Bagaimana dengan kita saat ini? Apa hal mendesak yang perlu kita perjuangkan? Sekolah/kuliah, karir, kebahagiaan keluarga? Hal-hal ini memang penting, tapi jangan lupa bahwa keberadaan kita di dunia ini harus bisa memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitar tempat kita dilahirkan.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, pemuda/pemudi sama-sama melihat penjajah sebagai musuh. Saat itu, semua orang merasakan dampak dari penjajahan yang benar-benar menyiksa. Meski berjuang dengan caranya masing-masing, sebelum akhirnya membuat gerakan-gerakan nasional/terpusat, mereka berhasil mengusir penjajah dari Indonesia.

Lain dulu lain sekarang. Sekarang ini melihat kemiskinan dan ketertinggalan sebagai musuh yang benar-benar harus diberantas. Kesenjangan yang tinggi diantara masyarakat yang tinggal di kota dan yang tinggal di pelosok desa bagaikan langit dan bumi. Kalau hal ini terus dibiarkan, sila ke-5 Pancasila yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” tidak akan pernah tercapai.

Hal ini diperparah dengan urbanisasi, ketika pemuda/pemudi meninggalkan desa dan berpikir ada peluang yang lebih baik di kota. Padahal, dengan latar belakang pendidikan yang tidak seberapa, mereka kemudian hanya menjadi pengangguran atau pekerja serabutan. Kalau tidak kuat iman, mereka ‘banting setir’ menjadi pelaku tindak kriminal hanya untuk menyambung hidup.


Tiap tahun banyak warga desa berurbanisasi ke kota hanya untuk mencoba suatu peruntungan dan berharap mereka sukses ditanah rantau.
Banyak dari mereka yang pulangnya membawa kebahagiaan namun tidak sedikit pula yang pulang ke daerah asalnya membawa kesedihan.

Pertanyaanya, mengapa mereka harus merantau? pertanyaan ini yang selalu terlintas dipikiran kita padahal desa adalah sebuah asset yang sangat luar biasa jika kita mau gali dan kita kembangkan potensi yang sudah ada didesa.


Harapan untuk DESAKU jadilah berdaya dan berwibawa, karena desa adalah kekuatan dan jati diri bangsa, kemajuan desa adalah kemajuan bangsa, kemajuan rakyat semua. Mulai saat ini, dari DESAKU, DESAMU, dan DESA KITA SEMUA, kita bangun BANGSA.





Saturday, July 30, 2016

Lepas pandang di Gunung Agung Bagelen


Gunung Agung terletak di perbatasan antara dusun Ngargo Hargorojo, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah dan dusun  Plampang 1 Kalirejo Kokap Kulonprogo DIY. Tempat ini masuk kawasan pegunungan Menoreh, yang memiliki panorama keindahan alam yang masih asri.


Pegunungan Menoreh sendiri merupakan kumpulan dari banyak gugusan perbukitan yang di penuhi dengan dataran tinggi, lembah, dan jurang. Di puncak Gunung Agung terhampar pemandangan menakjubkan, ke arah selatan akan terlihat laut selatan dengan deburan ombaknya yang tinggi. Ke arah utara terlihat  hamparan perbukitan yang banyak di tumbuhi pepohonan serta hamparan gunung-gunung seperti Gunung Kukusan yang terlihat lebih dekat dan yang nampak lebih jauh Gunung Sindoro Sumbing akan tampak jelas jika dipagi hari. Ke arah timur ada  Gunung Telu (tiga) tampak berbaris dengan gagah di Kulonprogo, Yogyakarta. Ke arah barat terlihat  hamparan sawah dengan tanaman padinya laksana lembaran karpet dan tampak juga di kejahuan kali Bogowonto yang berkelok di Bagelen Purworejo.
Dengan latar pegunungan maka sunrise akan muncul dengan panorama yang sangat indah dengan perlahan Matahari seolah-olah muncul dari balik gunung.

Untuk berkunjung ke sini bisa dari pusat kota Purworejo dan  membutuhkan waktu kurang lebih satu jam hingga sampai puncak gunung Agung. Dari alun-alun Purworejo ambil jalan ke arah Jogja, sesampai pasar Krendetan jl Jogja-Purworejo km 13, tepatnya di SLTP N17 Krendetan langsung pilih jalan ke desa Somorejo. Dari Somorejo lewati jalan nanjak terus kaya jalur puncak di Bogor dan akan sampai di dusun Tepus dari sini gunung Agung sudah nampak kelihatan.  Saat masuk dusun Tepus, dusun yang terkenal dengan suhu dingin , dan salah satu dusun penghasil gula semut organik kwalitas ekspor ini juga memiliki suasana pemandangan alam yang sangat indah untuk dinikmati. Jalan yang menanjak dan berliku bisa sebagai pemicu andrenalin dan memberikan kesan yang menakjubkan.

Thursday, May 5, 2016

Dari Desa Membangun Bangsa


Siapapun paham betul bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi sumber daya alamnya. Surga dunia bisa dibilang, karena semua telah tersedia, hanya tinggal menikmati dan merawatnya saja sebenarnya. Namun laksana terlena oleh berbagai anugerah kemudahan, sejumlah kalangan menyebut bahwa hingga 70 tahun merdeka, kekayaan alam itu tak terkelola secara maksimal. Salah satu sebabnya adalah karena paradigma pembangunan yang menempatkan desa sebagai obyek yang tidak diberdayakan, termarginalkan. Hal tersebut didukung dengan kenyataan masyarakat miskin umumnya berada di desa-desa yang terpencil utamanya.

Desa identik dengan keterbelakangan serta penumpukan angkatan kerja produktif yang menganggur menunggu peruntungan untuk mendapatkan pekerjaan, yang pada akhirnya terjadi eksodus, urbanisasi besar-besaran sehingga potensi desa semakin tenggelam, ditinggalkan oleh sumber daya manusianya. Kini yang desa miliki tinggal sumber daya manusia yang bisa dibilang tidak produktif lagi.

Saat ini desa sudah mendapatkan pengakuan dengan lahirnya UU yang memberikan porsi untuk memprioritaskan desa. Desa sudah siap membangun. Saat ini pemberdayaan desa dengan semua potensi sumber daya baik sumber daya alam maupun manusianya merupakan suatu keniscayaan dan membutuhkan komitmen yang kuat dan konsisten dari pemerintah desa, masyarakat desa sendiri dan seluruh pihak yang terkait demi kelangsungan, kemajuan desa yang berdikari.

Kerja membangun desa membutuhkan ketulusan dan ikhtiar yang konsisten yang melibatkan seluruh stakeholder yang ada di desa, baik pemerintah maupun masyarakat desa. Setelah ada pengakuan,  pemberian kewenangan, serta dukungan alokasi dana yang besar, desa harus bisa menjaga dan merawat kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya. Budaya gotong royong, toleransi, dan bekerja keras jangan sampai tergerus oleh modernisasi yang mengarah pada sikap individualistik. Kearifan lokal daerah penting untuk tetap dijaga kelestariannya, bahkan perlu untuk senantiasa dikembangkan, ditularkan ke segenap hati masyarakat laksana virus kebaikan yang nantinya akan menginfeksi setiap masyarakat menuju kemajuan dan kesejahteraan.

Pengembangan tidak hanya sampai di tingkat kabupaten/kota saja, akan tetapi harus bisa menembus tingkat nasional bahkan internasional. Bukankah menjadi suatu kebanggaan sekaligus merupakan daya ungkit bagi desa dalam proses pembangunannya bila desa dengan membawa hasil karyanya, potensi khasnya mengharumkan nama desa, daerah bahkan bangsanya dimana nantinya akan diiringi oleh kemajuan-kemajuan pada bidang-bidang lainnya.

Untuk DESAKU jadilah berdaya dan berwibawa, karena desa adalah kekuatan dan jati diri bangsa, kemajuan desa adalah kemajuan bangsa, kemajuan rakyat semua. Mulai saat ini, dari DESAKU, DESAMU, dan DESA KITA SEMUA, kita bangun BANGSA.

Monday, April 25, 2016

Menggali Potensi Wisata Desa Somorejo


Desa Somorejo merupakan sebuah kawasan pedesaan yang memiliki keunikan dan  karakteristik khusus yang tentunya layak untuk menjadi destinasi wisata, yang menjadi obyeknya antara lain: lingkungan bernuansa alami,   tradisi dan budaya masih dipegang masyarakat, makanan khas, ragam pertanian dan sistem kekerabatan. Untuk menjadikan desa Somorejo sebagai daerah tujuan wisata tentu perlu ditunjang dengan fasilitas yang memadai bagi para wisatawan. Fasilitas tersebut antara lain : penginapan/homestay, sehingga wisatawan benar-benar merasakan suasana keseharian pedesaan dengan apa adanya, restoran/warung makan, arena aktifitas di alam/outbound facility serta berbagai kemudahan bagi wisatawan.

Makin beragamnya pilihan keinginan wisatawan, kesadaran akan pelestarian lingkungan, isu pemanasan global, menjadikan para pelaku wisata melirik pada konsep back to nature.  Wisata pedesaan sebenarnya suatu bentuk pariwisata minat khusus yang  dikemas secara komprehensif sehingga para wisatawan dapat berinteraksi secara lengkap baik dengan alam lingkungan maupun dengan masyarakat sekitar termasuk juga budaya dan tradisi didalamnya.

Wisatawan dapat melihat dan merasakan langsung  nilai – nilai kearifan lokal yang masih terasa denyutnya dalam  kehidupan masyarakat sehari-hari. Kearifan tersebut seperti: 
gotong royong, acara adat, merti desa, sambatan/rewang, kenduri/slametan, dolanan bocah, kesenian tradisional, nderes/nyadap nira hingga proses pembuatan gula dan sebagainya. Tentu agar pengunjung/wisatawan kerasan, sangat dibutuhkan keterlibatan partisipasi aktif masyarakat lokal agar terjamin keberlangsungan kegiatan pariwisata di pedesaan. Dengan demikian, konsep pariwisata pedesaan adalah menawarkan harapan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat lokal, dengan cara meningkatkan partisipasi aktif masyarakat serta mendorong keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan yang ditujukan kepada pengunjung wisata desa.

Masyarakat dipedesaan memegang peran penting sebagai subyek pelaku kegiatan-kegiatan pengembangan pariwisata yang dilakukan, dan bukan hanya sebagai “tuan rumah yang pasif”. Pariwisata berbasis masyarakat       merupakan sebuah pendekatan pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development paradigm), yang berarti dengan terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat saat kini dengan tidak mengesampingkan aspek keberlanjutan yaitu memberikan manfaat kepada generasi sekarang tanpa mengurangi kualitas manfaat kepada generasi mendatang.

Thursday, March 24, 2016

Lare Nggunung


Kulo niki lare nggunung
Adoh kutho, manggene ten kampung
Cedak alas cedak nggrumbul, gung liwang liwung
Dede margi nanging lurung

Slendang klambi, jarike kawung
Pak'e kuncung, mung blebetan sarung
Adoh ratu caket watu, sak gunung gunung
Kirang gaul alias srawung

Nadyan kulo lare nggunung
Ampun supe, ampun lali etung
Niat nulung nopo menthung, kulo wong bingung
Ra nduwe bapak, ra nduwe biyung

Ora udan ora mendung
Kok jamane, poro priyayi bingung
Biyen pripun kok ra dipetung
Trimah nasib, kulo lare nggunung

Tuesday, October 20, 2015

Kilas Sejarah Bagelen




     Tanah bagelen merupakan suatu kawasan di selatan Jawa Tengah menurut tata negara Mataram masa Sultan Agung, ( FA Sutjipta 1963 ) yang disebut tanah bagelen terdiri dua bagian dalam satu kesatuan yaitu wilayah bagelen di sebelah barat sungai progo sampai timur sungai bogowonto disebut “Tumbak Anyar” dan yang kedua wilayah di barat sungai Bogowonto sampai Timur Sungai Donan ( Cilacap ) yang disebut “Urut Sewu” . dua wilayah Tumbak Anyar dan Urut Sewu itulah yang dinamakan Tanah Bagelen yang melegenda.
     Wilayah Bagelen sekarang sudah terpecah menjadi beberapa Kabupaten yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Purworejo ( gabungan kadipaten Kutoarjo dan Brengkelan ), Kabupaten Kebumen ( gabungan kadipaten Ambal, Gombong, Karanganyar, dan Kutowinangun ), Kabupaten Cilacap, ditambah Kabupaten Wonosobo, sisa dari wilayah yang dahulu dikenal sebagai Urut Sewu atau Ledok.
Nama Bagelen menurut Profesor Purbatjaraka (1954) seorang ahli sejarah Kuno, berasal dari kata pagaluhan, wilayah yang masuk dalam kekuasaan kerajaan Galuh.
     Berdasarkan penelitian Arkheologi Yogyakarta, ( Prayitno Hadi S, 2007 ) ternyata di pusat wilayah Bagelen tepatnya di Desa Bagelen dan sekitarnya yang masuk dalam Kabupaten Purworejo, sekurang-kurangnya terdapat sekitar 70 buah situs Megalitik dan Puluhan Situs Klasik Hindhu-Budha.
     Salah satu tempat yang menarik adalah Desa Watukuro kecamatan Purwodadi, Purworejo, lokasinya di muara sungai Bogowonto. Menurut Profesor DR. N J. Khrom (1950) seorang ahli Purbakala di Desa ini dahulu terdapat tempat untuk Perabuan Jenazah-jenazah Raja-Raja Mataram Hindhu, demikian juga asal usul Raja Mataram Hindhu terbesar yaitu Diah Balitung. Sayang situs peninggalan purbakala di desa Watukuro telah hilang akibat adanya sistem tanam paksa pada abad 19.
     Peradaban Jawa kuno menurut Supratikno Rahardjo (2001) bisa dibagi dalam dua periode utama , pertama periode Jawa Tengah sekitar Abad 8 – 10 Masehi, periode berikutnya periode setelah pusat pemerintahan pindah ke jawa timur. Menurut Profesor Brandes (1889) di Pulau Jawa sebelum masuknya Pengaruh Hindhu, berdasarkan bukti dan data-data Prasasti telah memiliki paling tidak 10 macam kepandaian khusus yakni pertunjukan wayang, musik gamelan, seni syair, pengrajin logam, sistem mata uang untuk perdagangan, navigasi, irigasi, ilmu falak, dan sistem pemerintahan yang teratur.

     Bagelen memiliki nilai dan karismatik sebagai sebuah wilayah. Wilayah yang luas -terdapat 20 kecamatan jika dibandingkan dengan kondisi administratif saat ini- dan terletak di Jawa Tengah bagian selatan (tepatnya di Yogyakarta) itu memiliki peranan yang sangat penting dalam sejarah tanah air. Operasi militer, perlawanan terhadap Kompeni, pembangunan candi (Prambanan dan Borobudur) merupakan beberapa bukti pentingnya wilayah tersebut.

     Bukti-bukti kebesaran Bagelen tercatat sebagai berikut:

1. Di era Majapahit, Raja Hayam Wuruk pernah memerintahkan untuk menyelesaikan pembangunan candi makam dan bangunan para leluhur, menjaga serta merawatnya dengan serius (Negarakertagama);

2. Di era Demak, Sunan Kalijaga (anggota Wali Songo) mengunjungi dan menyebarkan Agama Islam di Bagelen serta mengangkat muridnya, Sunan Geseng untuk berdakwah di wilayah Bagelen;

3. Di awal Dinasti Mataram, Panembahan Senopati menggalang persahabatan dengan para kenthol (tokoh-tokoh) Bagelen untuk menopang kekuasaannya.

4. Ditemukannya bukti-bukti sejarah, seperti Lingga (52 buah), Yoni (13), stupa/Budhis (2), Megalith (22), Guci (4), Arca (38), Lumpang (24), Candi Batu atau berkasnya (8), Umpak Batu (16), Prasasti (3), Batu Bata (8), temuan lain (17), dan Umpak Masjid (20).


     Tapi pada akhirnya, Bagelen sebagai sebuah kawasan yang solid akhirnya terpecah seiring dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) yang didesain oleh Kompeni Belanda untuk memecah Mataram menjadi dua kerajaan; Kasunanan Surakarta (Solo) dengan Sunan Paku Buwono III sebagai raja pertamanya, dan Kasultanan Yogyakarta dengan Sultan Hamengku Buwono I sebagai rajanya.
Sebagian masuk Solo, dan sisanya masuk Yogyakarta. Secara peradaban, Bagelen sudah terbelah. Abad XIX (1825-1830), Bagelen ikut dalam Perang Jawa. 3000 prajurit Bagelen di bawah kendali Pangeran Ontowiryo menyokong perjuangan Pangeran Diponegoro yang terpusat di Tegalrejo, Magelang. Saking kuatnya perlawanan Bagelen, Kompeni Belanda sampai harus menggunakan taktik Benteng Stelsel, dengan mambangun 25 buah benteng di kawasan Bagelen.

     Usaha Belanda untuk semakin memperlemah Bagelen dilanjutkan di tahun 1901. Tanggal 1 Agustus, Bagelen dihapus secara karesidenan dan dilebur ke dalam Karesidenan Kedu. Selanjutnya Bagelen hanya dijadikan sebagai sebuah kecamatan saja. Kemudian Belanda juga membangun jalur transportasi Purworejo-Magelang untuk memudahkan pengawasan. Belanda juga menempatkan batalion militer reguler dengan dibantu serdadu negro (Ambon?). Kebijakan ini sangat nyata untuk menghilangkan jati diri Bagelen sebagai sebuah kawasan yang sangat berakar. Buku ringkas ini merupakan upaya penulis untuk melakukan rekonstruksi suatu aset nasional yang memiliki muatan lokal. Berikut penelusurannya:

LATAR BELAKANG MATARAM KUNO

     Di Jawa Tengah abad VIII – X, ada kerajaan besar, bernama Medang yang terletak di Poh pitu. Kerajaan ini luas, dikenal subur dan makmur. Pusat kekuasaan dibagi menjadi dua; Pertama, negara yang bersifat internasional dengan beragama Budha, diperintah oleh Dinasti Syailendra. Kedua, negara yang diperintah oleh sepupunya yang beragama Syiwa. Kedua kerajaan ini berada dalam satu istana, dan disebut Kerajaan Medang i Bhumi Mataram. Berdasarkan prasasti berbahasa Melayu Kuno (Desa Sojomerto, Batang) memperkuat pendapat sejarawan Purbacaraka, bahwa hanya ada satu dinasti saja di Jawa Tengah, yakni Syailendra. Raja Sanjaya yang menganut Syiwa di kemudian hari menganjurkan putranya, Rakai Panangkaran untuk memeluk Budha. Menurut catatan Boechori, epigraf dan arkeolog, Syailendra merupakan penduduk asli Indonesia. Hal ini juga diperkuat oleh prasasti Wanua Tengah III (Temanggung) yang memuat silsilah raja-raja Mataram lengkap dengan tahunnya.

ASAL MULA RAJA SANJAYA DAN TANAH BAGELEN

     Berdasarkan prasasti Canggal (Sleman) menjelaskan: -ada sebuah pulau bernama Yawadwipa -negeri yang kaya raya akan padi, jewawut, dan tambang emas. -raja pertamanya : Raja Sanna. -setelah dia mangkat, diganti oleh ponakannya: Raja Sri Sanjaya Menurut catatan seorang sejarawan, Raja Sanjaya mendirikan kerajaan di Bagelen, satu abad kemudian dipindah ke Wonosobo. Sanjaya adalah keturunan raka-raka yang bergelar Syailendra, yang bermakna “Raja Gunung“, “Tuan yang Datang dari Gunung“. Atau, “Tuan yang Datang dari Kahyangan“, karena gunung menurut kepercayaan merupakan tempatnya para dewata.
     Raja Sanjaya dikenal sebagai ahli kitab-kitab suci dan keprajuritan. Armada darat dan lautnya sangat kuat dan besar, sehingga dihormati oleh India, Irian, Tiongkok, hingga Afrika. Dia berhasil menaklukkan Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kerajaan Melayu, Kemis (Kamboja), Keling, Barus, dan Sriwijaya, dan Tiongkok pun diperanginya (from “Cerita Parahiyangan“).
Area Kerajaan Mataram Kuno (Bagelen) berbentuk segitiga. Ledok di bagian utara, dikelilingi Pegunungan Menoreh di sisi Barat dan Pegunungan Kendeng di utara dan basisnya di pantai selatan dengan puncaknya Gunung Perahu (Dieng), di lembah Sungai Bagawanta (Sungai Watukura, kitab sejarah Dinasti Tang Kuno 618-906). Catatan dinasti Tiongkok tersebut diperkuat juga oleh Van der Meulen yang menggunakan kitab “Cerita Parahiyangan” dan “Babad Tanah Jawi“.
     Bagelen merupakan hasil proses nama yang final. Bermula Galuh/Galih, menjadi Pegaluhan/Pegalihan, menjadi Medanggele, Pagelen, lalu jadilah Bagelen. Dalam prasasti Tuk Mas (Desa Dakawu, Grabag-Magelang) yang menyebut adanya sungai yang seperti sungai Gangga, maka Medang i bhumi Mataram bermakna “Medang yang terletak di suatu negeri yang menyerupai Ibu” (lembah Sungai Gangga). Dieng diasumsikan sebagai Himalaya, Perpaduan Sungai Elo dan Progo disamakan sebagai Sungai Gangga, dan pegunungan Menoreh disamakan sebagai Pegunungan Widiya.

SILSILAH RAJA-RAJA MATARAM KUNO


     Pada jaman Mataram Hindhu, tersebutlah seorang raja yang bijaksana yang bernama Prabu Sowelocolo. Ia memiliki enam orang putra, masing-masing bernama Sri Moho Punggung, Sendang Garbo, Sarungkolo, Tunggul Ametung, Sri Getayu, dan Sri Panuhun.
     Sri Panuhun memiliki seorang cucu, anak dari Joko Panuhun atau Joko Pramono yang bernama Roro Dilah atau Roro Wetan yang kemudian dikenal dengan sebutan Nyai Bagelen. Roro Dilah juga dapat disebut dengan Roro Wetan karena kedudukannya di daerah timur. Sri Getayu memiliki cucu dari putra Kayu Mutu bernama Awu-Awu Langit. Ia berkedudukan di Awu-Awu (Ngombol). Setelah dewasa, Roro Dilah menikah dengan Raden Awu-Awu Langit dan menetap di Hargopuro atau Hargorojo.

     Dari pernikahan tersebut, Roro Dilah atau Roro Wetan dan Pangeran Awu-Awu Langit dianugrahi tiga orang putra, Bagus Gentha, Roro Pitrang dan Roro Taker.
Kesibukan Roro Wetan dan Awu-Awu Langit adalah bertani padi, ketan, dan kedelai, beternak sapi, ayam dan juga menenun. Konon karena tanahnya cocok untuk ditanami kedelai dan hasilnya melimpah maka wilayah tersebut dikenal dengan nama Medang Gelih atau Padelen dan sekarang disebut dengan Bagelen.

     Roro Wetan atau Nyai Ageng Bagelen sosoknya tinggi besar dengan rambut terurai dan senang memakai kemben lurik. Beliau memiliki keistimewaan berupa kemampuan spiritualnya dan juga payudaranya yang sangat panjang sehingga ketika putra-putrinya ingin ngempeng, ia tinggal menyampirkan ke belakang.

     Pada suatu ketika, Nyai Ageng Bagelen sedang asik menenun. Sebagaimana biasanya, ia menyampirkan payudaranya ke belakang supaya tidak mengganggu. Tidak disangka-sangka datang anak sapi menghampirinya, Nyai Ageng Bagelen mengira itu salah satu putra-putrinya yang ingin ngempeng. Tanpa menghiraukan kedatangan anak sapi tersebut ia terus asik menenun. Terkejutlah ia ketika menoleh, ternyata yang menyusu bukanlah anaknya tetapi anak sapi.

     Kejadian tersebut membuat Nyai Ageng Bagelen merasa malu dan marah, sehingga menyebabkan pertengkaran dengan Raden Awu-Awu Langit. Dan akhirnya ia menyampaikan pesan untuk semua anak cucu beserta keturunannya, agar atau tidak boleh memelihara sapi.
Peristiwa yang memilukan atau menyedihkan juga terjadi kembali pada hari Selasa Wage. Pada waktu itu masih musim panen kedelai dan padi ketan hitam. Kedua putrinya Roro Pitrang dan Roro Taker masih senang bermain-main. Namun tidak sebagaimana biasanya, hingga sore hari kedua putri itu tidak kunjung pulang.

     Selesai menenun Nyai Ageng Bagelen berusaha mencari. Karena tidak menemukannya, ia menanyakan kepada suaminya. Namun jawaban Raden Awu-Awu Langit sepertinya kurang mengenakan. Dengan perasaan marah dan jengkel dibongkar padi ketan hitam dan kedelai di dalam lumbung sehingga isinya berhamburan terlempar jauh hingga jatuh di desa Katesan dan Wingko Tinumpuk.
Betapa terkejutnya Nyai Ageng Bagelen ketika melihat kedua putri kesayangannya terbaring lemas pada lumbung padi tersebut. Setelah didekati ternyata mereka telah meninggal.

     Semenjak peristiwa tersebut kehidupan Nyai Ageng Bagelen dengan Raden Awu-Awu Langit selalu diwarnai dengan pertengkaran. Akibatnya Raden Awu-Awu Langit memutuskan untuk pulang ke daerahnya, Awu-Awu, sedangkan Nyai Ageng Bagelen tetap tinggal di Bagelen untuk memerintah negeri.
     Suatu ketika terdengar kabar bahwa Raden Awu-Awu Langit meninggal di desa Awu-Awu. Mendengar berita tersebut Nyai Ageng Bagelen merasa sedih dan berpesan kepada Raden Bagus Gentha bahwa anak cucu keturunannya dilarang atau berpantangan untuk bepergian atau jual beli, mengadakan hajad pada hari pasaran Wage, karena pada hari itu saat jatuhnya bencana dan merupakan hari yang naas. Selain itu orang-orang asli Bagelen juga berpantangan untuk menanam kedelai, memelihara lembu, memakai pakaian kain lurik, kebaya gadung melati dan kemben bangau tulis.

     Setelah Nyai Ageng Bagelen menyampaikan pesan tersebut kepada Raden Bagus Gentha putranya, ia kemudian masuk ke kamarnya dan lemudian menghilang tanpa meninggalkan bekas atau moksa.

     Selain itu Nyai Ageng Bagelen juga mengajarkan kepada anak cucu keturunannya agar melakukan tiga hal, yaitu: bersikap jujur, berpenampilan sederhana dan lebih baik memberi dari pada meminta.
Sepeninggalan Nyai Ageng Bagelen, kedudukan dan pemerintahan Bagelen digantikan oleh Raden Bagus Gentha.

Thursday, August 6, 2015

Kerajinan Mebel Kayu Sonokeling Dari Dusun Tepus


Meja rias buatan pengrajin dari dusun Tepus
Salam Blogger – Sobat kali ini mau sedikit berbagi mengenai potensi dusun tercinta Tepus somorejo.

Kebanyakan orang luar daerah pasti bakal mengatakan Tepus identik dengan gula merah, gula semut, daerah nggunung, banyak pohon kelapa, daerah dingin dll, Sebetulnya Tepus Somorejo itu mempunyai banyak potensi lho !!!
Ya, mungkin banyak yang belum terpublikasikan secara luas saja. Mulai tempat wisata, kuliner, kerajinan, sumberdaya alam dan kebudayaan semuanya ada.
Lemari baju buatan pengrajin dari Tepus
Nah pada kesempatan kali ini kita ingin berbagi sekaligus mereview salah satu kerajinan Tepus Somorejo. Ya, Kerajinan Mebel kayu Sonokeling dan berbagai macam kayu lainnya.

Terdapat sebuah kerajinan mebel rumahan yang berkualitas bagus Mulai dari lemari, tolet, kitchen set, buffet, meja, kursi atau tempat tidur dll. Berbagai macam tipe baik model classic atau model terbaru bisa dipesan ke pengrajinnya. Keberadaan beberapa pengrajin tersebar di 4 Rt didusun Tepus yang mulai eksis dan produknya sudah banyak peminatnya. Kebetulan pengrajin yang kita kunjungi bernama pak Wahid beliau sudah banyak pelanggan dan hasil karyanya banyak diminati oleh konsumen. Harganya juga bervariasi mulai dari Rp 3 juta bahkan sampai puluhan juta.
Meja kursi produk pengrajin dari dusun Tepus
Tentu saja, sebagai masyarakat dusun Tepus Somorejo sangat mengapresiasi, ini merupakan potensi sangat besar untuk terus dikembangkan dan harus didorong terus pertumbuhannya agar dari waktu ke waktu mampu memberikan kontribusi yang makin signifikan terhadap perekonomian warga Tepus Somorejo dan sekitarnya.

Harapannya bukan hanya kerajinan ini saja tapi juga semua potensi yang ada bisa terus berkembang dan maju, sehingga bisa tercapai cita-cita " Tepus Sebagai Pedukuhan Makmur, Adil Dan Sejahtera ", Aamiin.

Tuesday, June 10, 2014

Selayang Pandang " Dusun Tepus "


'' Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
tempat ayah dan bunda dan handai taulanku
tak mungkin kulupakan, desaku yang permai''.

Sebuah bait yang yang cukup menggambarkan suasana indah nan harmoni. Tepus adalah kunci untuk menemukan ketenangan jiwa, raga dan hati. Sebuah dusun kecil yang penuh dengan keindahan dan kedamaian. Meski kecil, akan tetapi mempunyai tempat yang amat besar dihati setiap insan yang hidup didalamnya.
Lintas sangon-plampang membentang disisi timur pedukuhan tepus
Tepus adalah nama sebuah pedukuhan didesa Somorejo kecamatan Bagelen, kabupaten Purworejo, Jawa tengah. Atau lebih tepatnya daerah paling timur desa Somorejo. Jika kita menuju ke timur pedukuhan Tepus maka akan sampai didusun Sangon 2 Kalirejo Kokap Kulonprogo, dan bila ke selatan maka akan sampai didusun Grindang Hargomulyo Kulonprogo. Disisi barat berbatasan dengan dusun Sejagir Somorejo, di utara dusun Ngargo Hargorojo, ke arah timur laut menuju ke dusun Plampang 1 Kalirejo Kokap Kulonprogo. Dusun Tepus terdiri dari 1 RW dan 4 RT, yaitu RW 05, RT 01, RT 02, RT 03, RT 04. Dari ke empat RT yang ada mempunyai ciri khasan dan pionir tersendiri. Dusun Tepus dipimpin oleh seorang kadus/bayan yang dipilih oleh rakyat,inilah wujud demokrasi yang ada dipedukuhan Tepus.
Diutara dan timur laut jalur menuju dsn ngargo dan dsn plampang 1
Letaknya tepat di cekungan perbukitan panjang bagian dari perbukitan menoreh atau lebih kerennya " pedukuhan hijau dilintas menoreh ". Tatanan masyarakat yang khas pedesaan tidak lepas dari pengaruh geografis dusun ini. Betapa tidak, tanah subur yang membentang luas sepanjang deretan perbukitan, sangat cocok untuk bercocok tanam. Ternyata koes-plus berkata benar,"tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Inilah kenyataannya. Petanipun menjadi dominan didusun Tepus, baik petani ladang, kebun, tegalan dan petani hutan.

Tidak terhenti sampai disitu, sekalipun pertanian didusun ini maju, akan tetapi dibagian lain banyak hal yang bisa dipelajari dari tempat ini, semisal adat seni budaya, yaitu acara adat bersih dusun/merti dusun yang diadakan setiap bulan Suro yang diiringi dengan pertunjukan kesenian wayang kulit, kesenian jathilan dan adat kepungan. Mengenai kesenian didusun Tepus ada 1 sanggar seni kuda lumping/incling, ada grup rebana (kelompok ibu-ibu), grup rebana ( kelompok remaja) dan grup shalawat/terbang yang mulai punah.

Untuk hubungan sosial warga masyarakat masih sangat kental dan erat saling bergotong-royong. Sungguh berbeda sekali dengan gaya hidup modern yang cenderung individualis. Ditempat ini, warga masyarakat saling teposeliro dan menjunjung tinggi kekeluargaan. Untuk keamanan didusun ini sangat kondusif dan terkendali, itu berkat kesadaran warga masyarakat dusun Tepus yang "sadar hukum". Tidak ditemukan record keterlibatan warga dusun Tepus melakukan tindakan kriminal.

Didusun Tepus banyak terdapat Taman Pendidikan yang berbasis islami baik dari kalangan anak usia dini hingga orang dewasa bahkan orang tua sekalipun dan itu merupakan sebuah kebanggaan bagi warga masyarakat dusun Tepus. Dan agama islam mendominasi didusun ini.
Meskipun dusun kecil, untuk masalah pendidikan, Tepus tidak kalah maju dari daerah yang lain.

Inilah Selayang Pandang tentang dusun kami tercinta "Pedukuhan Tepus".

Di sini ku dilahirkan
Di sini ku dibesarkan
Di sini ku belajar
Di sini ku mengerti,  kuhargai tuk ku cintai

Ketika jiwa dan raga ini dilahirkan dengan rasa air, tanah dan udara yang sama, pernahkah terbesit dipikiran, bagaimana takdir telah menyatukan kita. Lantas apa yang pernah kita berikan untuk mensyukuri nikmat ini. Mari jadikan takdir ini menjadi lebih sempurna dengan bersama-sama memajukan dusun kita tercinta.
Tepus menantimu wahai jiwa muda. Sekarang atau tidak sama sekali.
" Gregah gumregah anggayuh mukti "

Monday, June 9, 2014

Sonokeling Si Kayu Mewah dari Pedukuhan Tepus

pohon sonokeling
Ada beberapa jenis kayu yang dapat digolongkan sebagai kayu mewah, salah satunya adalah kayu sonokeling yang merupakan jenis kayu tropis yang berserat indah. Kayu ini banyak sekali dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat berbagai macam produk olahan kayu seperti mebel, lemari, meja, kursi, pintu, kusen, dipan, lantai kayu, alat-alat musik, barang-barang ukiran dan aneka barang berkualitas tinggi yang lainnya.

Nah sekarang apakah alasannya sonokeling disebut atau tergolong kedalam kayu mewah ? Hal tersebut dikarenakan kayu sonokeling ini memiliki tekstur yang sangat halus dan juga memiliki nilai dekoratif yang sangat baik. Selain itu kayu sonokeling juga termasuk kedalam golongan kayu yang awet dan kuat terhadap serangan rayap maupun jamur pembusuk meskipun tanpa diberi bahan pengawet terlebih dahulu. Pori-pori kayunya yang keras dan rapat menjadikan kayu sonokeling tidak mudah lapuk dan lunak.

Kayu sonokeling pun menjadi komoditas primadona di pasar perdagangan kayu. Hal tersebut dikarenakan banyaknya perusahaan pembuat sovenir mewah yang memanfaatkan kayu sonokeling ini sebagai pelapis permukaan kayu yang mahal.
Dengan semakin banyaknya kebutuhan akan kayu sonokeling ini membuat persediaan pohon sonokeling pun menjadi berkurang, hal tersebut dikarenakan masa tumbuh dari pohon sonokeling memerlukan waktu yang cukup lama hingga puluhan tahun.

Pada saat ini mungkin anda akan kesulitan untuk menemukan kayu sonokeling yang berdiameter lebih dari 35cm, jikalau ada pasti harganya pun akan sangat mahal. Semakin tua umur pohon sonokeling maka diameter batangnya pun akan semakin besar. Dan semakin besar diameter batang maka harganya pun akan semakin mahal.
Itulah alasan mengapa kayu sonokeling termasuk dalam golongan kayu mewah, ya karena kualitasnya yang memang bagus dan semakin banyaknya kebutuhan akan kayu ini sehingga semakin sulit untuk bisa mendapatkan kayu sonokeling ini. 
sonokeling super
bibit sonokeling 

Wednesday, May 1, 2013

Mari Bangun Dusun Kita Tercinta " Tepus Somorejo "


Lembah pedukuhan Tepus, foto diambil dari puncak gunung Agung
Sudah sewajarnya, setelah kita menyelesaikan studi pada tingkatan tertentu pastilah orientasinya pada Lapangan Pekerjaan. Karena memang itu hak setiap individu dan merupakan kebutuhan primer. Akan tetapi menjadi tidak wajar ketika kita “ mencari makan” di lain tempat lantas lupa dengan tempat dimana kita telah dilahirkan, dibesarkan dan tempat yang telah membentuk kepribadian kita ini. Jangankan mereka yang berada jauh disana, kadangkala yang dekatpun seolah tidak peduli dengan perkembangan desa kita.

Tidak bisa dipungkiri, kadang kita terlena oleh glamour kehidupan ditempat yang lebih menjanjikan, dan kesibukan yang terus memojokkan kita. Tapi itu bukan berarti menjadikan alasan untuk semakin meminggirkan dimana tempat kita terlahir (Tepus) didalam diri kita. Kepribadian, semangat, polapikir, bahkan darah di dalam tubuh kita merupakan jelmaan dari sebuah kehidupan yang secara tidak langsung mempunyai ikatan batin kekeluargaan dan culture yang sama. Persamaan hal itu yang secara tidak kita sadari, bahwa dalam jiwa yang saling berjauhan ini kita disatukan oleh satu semangat yaitu “Keluarga Besar Pedukuhan Tepus”.

Dari sinilah sebenarnya permasalahan itu muncul dan inti dari tulisan ini. Akan kita cari tahu bersama dan kita resapi apa yang telah kita lakukan untuk tanah kelahiran kita. Kalau kita mau flashback kemasa kanak – kanak kita, coba bayangkan betapa indahnya saat itu. Keceriaan, kegembiraan, canda, tawa, bahkan tangis, sedih, haru, dan sepenggal kisah “kenakalan” di masa kanak-kanak kita. Tempat kita lahir telah memberikan seluruhnya yang dia punyai agar kehidupan kita lebih berwarna dan indah.

Masih ingatkah keceriaan kita saat mandi di sungai (ciblon) dikedung jumbleng, disolongan mbekukung, tawu dikali cari ikan kutuk, wader, chithul, urang, cari plong (sarang jungkang). Betapa cerianya bermain dihutan cari jangkrik, cari burung, cari kayu bakar, panjat pohon (penek'an wit), ngarit/ramban. Bagaimana rasa jambu mente, duet, salam, nanas, nam-naman, degan, pelem dan pakel?

Dimanakah letak mengger, puthuk watu, dimana kita bisa main layang - layang, main mblanthong, senangnya kita main bersama - sama, main betengan, main gobak sodor, main bis bis thung (petak umpet), main plorodan pake bongkok, main perang - perangan mengikuti adegan serial tv berjudul combat, senangnya kita saat ada pertunjukan wayang dan jaran kepang/incling diacara merti deso (bersih deso).

Keceriaan diSDN Tepus, saat tiba jam istirahat sekolah kita bermain kasti, engklek, gamparan, cutat (patel lele), seguh, jepretan karet, uthit, gatheng, bal bekel, dir -diran/panda/dudutan, adu gambar wayang ada yang curang jagonya digamblok dsb. Sepenggal dari kisah indah masa kecil dari sekian banyak kejadian yang telah kita alami. Cobalah kita flashback dan renungi bersama, mencoba mengingatkan betapa bersyukurnya kita dilahirkan didusun Tepus.

Akan tetapi semua itu seolah ironis dengan kehidupan sekarang. Sudahkah kita berterima kasih atas keceriaan, kegembiraan dan semua yang telah Tepus berikan? Pernahkan kita berfikir , konstribusi apa yang pernah kita berikan? Seberapa besar kita bisa membalas? Bagaimana kepedulian kita terhadap perkembangannya? Seberapa perhatian kita? Dan masih banyak lagi hal - hal sepele yang kadang kita lupa begitu saja seolah acuh - tak acuh dengan dusun Tepus  kita tercinta. Apakah itu adil saudaraku? Jawaban ada di diri kita semua. Silahkan kita renungi, kita resapi dan kita jawab lewat hati kita masing-masing.

Semua belum terlambat, lebih baik bertindak dari pada tidak sama sekali. Mulai saat ini marilah kita peduli dengan perkembangan desa kita, marilah bersama satukan langkah, bulatkan tekad demi kemajuan dusun Tepus. Bukan waktunya untuk acuh lagi, sekarang masa depan ada ditangan kita. Ajakan ini tertujukan kepada semua pihak yang terketuk hatinya dan mau berbagi ide pemikirannya. Peran aktif kita semua sangat dibutuhkan, mari saling bahu membahu untuk membangun kemajuan bersama. Tidak ada kemerdekaan tanpa perjuangan.

Mari bersama untuk memahami, mengerti, mencintai dan mensyukuri…

Tepus Somorejo Menanti Kita…. Gregah, Gumregah, Anggayuh Mukti!!

Menggeran / puthuk ngebonan

Dari DESAKU, DESAMU dan DESA KITA SEMUA kita bangun BANGSA.