Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Sunday, December 25, 2016

Cah Perantauan


Kesepian, kesendirian dan kerinduan adalah hal yang akrab dirasakan oleh para anak rantau. Saat jauh dari orang tua, kita anak rantau menyimpan permasalahan dan kerinduan kita sendiri tanpa harus bicara langsung pada mereka. Namun tidak pernah kita bagi keluh kesah yang terlalu berat itu.
Bila jauh dari orang tua, kita anak rantau lebih memilih menceritakan hal yang baik-baik saja. Sebab kita tidak mau permasalahan kita di tanah rantau semakin membebani pikiran mereka para orang tua.

Ibu, walaupun kita berjauhan. Aku berjanji sekuat tenaga akan berusaha membahagiakanmu. Doa di setiap sujudmu selalu menyertai setiap langkahku menuju kesuksesan

Doa ibu selalu menyertai ku

Merantau bukanlah perkara sederhana. Jauh dari orang tua adalah hal yang paling sulit dijalani. Namun, berbahagialah mereka yang sedang berada di tanah rantau, semakin jauh dari orang tua, hati mereka justru semakin dekat.
Sejujurnya kesedihan terberat yang ada di hati anak rantau adalah jauh dari ibunya. Namun dilubuk hatinya pula, anak rantau percaya bahwa orang yang akan dia bahagiakan selain ayah adalah ibunya.
Selain ibu yang melahirkan, ibu juga punya frekuensi batin yang kuat dengan anaknya. Ibu bisa merasakan apa yang kami rasakan.

Kesendirian dan kesepian adalah hal yang setiap hari di temui. Apakah itu sedih? Iya, tapi ini bagian dari sebuah perjuangan

Biarkan aku simpan sendiri rindu ini dalam kesendirian;

Kesendirian merupakan hal yang sering dirasakan anak rantau. Namun apa yang sedang dirasakan sebenarnya ini jarang diungkapkan kepada orang tua. Bila tiba saatnya berkumpul bersama keluarga, itulah kebahagiaan sejati yang sebenarnya. Sebab ketika pergi kembali ke tanah rantau, tidak ada yang tahu apakah esok masih bisa berkumpul lagi atau tidak.

Kita memang merindukan tanah kelahiran, tapi kerinduan ini akan tergantikan dengan kesuksesan dikelak nanti

Tanah kelahiran yang selalu ku rindukan
Tanah kelahiran, tunggu kelak aku mengabdi padamu
Dalam diam dan kesepian, para perantau punya mimpi yang sangat besar. Tentu ada pengorbanan yang akan dilakukan, salah satunya menahan rindu pada tanah kelahiran. Dan kerinduan ini akan terbayar lunas saat pulang dan mengembangkan tanah kelahiran sendiri. Tunggu saat itu tiba.

Thursday, November 10, 2016

Desaku Yang Ku Lupakan

“ Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia ” – Soekarno.


Kita pasti pernah mendengar atau membaca kutipan tersebut. Presiden pertama Indonesia tidak main-main ketika mengatakannya. Beliau sadar bahwa kemerdekaan dapat diraih karena pemuda/pemudi berjuang dengan sekuat tenaga disertai doa dan keikhlasan mampu merebut kemerdekaan bersama.

Bagaimana dengan kita saat ini? Apa hal mendesak yang perlu kita perjuangkan? Sekolah/kuliah, karir, kebahagiaan keluarga? Hal-hal ini memang penting, tapi jangan lupa bahwa keberadaan kita di dunia ini harus bisa memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitar tempat kita dilahirkan.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, pemuda/pemudi sama-sama melihat penjajah sebagai musuh. Saat itu, semua orang merasakan dampak dari penjajahan yang benar-benar menyiksa. Meski berjuang dengan caranya masing-masing, sebelum akhirnya membuat gerakan-gerakan nasional/terpusat, mereka berhasil mengusir penjajah dari Indonesia.

Lain dulu lain sekarang. Sekarang ini melihat kemiskinan dan ketertinggalan sebagai musuh yang benar-benar harus diberantas. Kesenjangan yang tinggi diantara masyarakat yang tinggal di kota dan yang tinggal di pelosok desa bagaikan langit dan bumi. Kalau hal ini terus dibiarkan, sila ke-5 Pancasila yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” tidak akan pernah tercapai.

Hal ini diperparah dengan urbanisasi, ketika pemuda/pemudi meninggalkan desa dan berpikir ada peluang yang lebih baik di kota. Padahal, dengan latar belakang pendidikan yang tidak seberapa, mereka kemudian hanya menjadi pengangguran atau pekerja serabutan. Kalau tidak kuat iman, mereka ‘banting setir’ menjadi pelaku tindak kriminal hanya untuk menyambung hidup.


Tiap tahun banyak warga desa berurbanisasi ke kota hanya untuk mencoba suatu peruntungan dan berharap mereka sukses ditanah rantau.
Banyak dari mereka yang pulangnya membawa kebahagiaan namun tidak sedikit pula yang pulang ke daerah asalnya membawa kesedihan.

Pertanyaanya, mengapa mereka harus merantau? pertanyaan ini yang selalu terlintas dipikiran kita padahal desa adalah sebuah asset yang sangat luar biasa jika kita mau gali dan kita kembangkan potensi yang sudah ada didesa.


Harapan untuk DESAKU jadilah berdaya dan berwibawa, karena desa adalah kekuatan dan jati diri bangsa, kemajuan desa adalah kemajuan bangsa, kemajuan rakyat semua. Mulai saat ini, dari DESAKU, DESAMU, dan DESA KITA SEMUA, kita bangun BANGSA.





Wednesday, October 26, 2016

Kelingan Pantai Glagah

kelingan tekan seprene
nalikane gegandengan wayah sore
pasuryanmu sing kesorot srengenge
ndek biyen ono ing pinggir pantai

prasetyamu sing tansah tak ugemi
tak simpen ono ing njero ati
bakal urip bebarengan tekan pati
sesandingan geguritan nyawiji

Pantai glagah nggon sing dadi saksi
marang roso tresno iki



Wednesday, September 14, 2016

Growolku Go Internasional

growol lawuh iwak asin
Rasanya empuk gurih dan terbuat dari singkong. Growol merupakan makanan tradisional yang sejak lama dikenal di beberapa daerah sekitaran Jawa Tengah bagian selatan yang berbatasan dengan wilayah DIY.

Growol, makanan khas pedesaan yang hingga kini masih terus eksis diantara makanan modern. Selain menjadi makanan pokok pengganti, makanan tradisional tersebut juga bisa dijadikan makanan alternatif bagi penderita penyakit diabetes dikarenakan growol merupakan makanan yang rendah kalori. Disamping itu growol juga cocok dikonsumsi bagi yang sedang menjalani diet karena dengan mengkonsumsi growol seseorang akan merasa kenyang dalam jangka waktu yang lama.
growol lawuh besengek tempe benguk
Dahulu warga masyarakat dusun Tepus desa Somorejo kecamatan Bagelen masih suka membuat growol sendiri karena tanaman singkong masih melimpah namun seiring berjalannya waktu perlahan tapi pasti ladang-ladang singkong berganti dengan tanaman kayu seperti albasiah, jati dan tanaman perdu liar yang membuat ladang-ladang itu seperti hutan belantara. Sehingga berdampak growol pun mulai dilupakan, mulai langka peredarannya didusun Tepus, bahkan kini untuk sekedar mencicipi growol harus membeli di warung-warung tertentu dengan kisaran harga Rp. 5000 per iris. Sungguh tragis nasib growol didusun Tepus.

Sementara untuk membeli growol sekala besar harus datang ke salah satu sentra produsen growol disekitaran kecamatan Bagelen yaitu dusun Pletuk Desa Dadirejo, Kecamatan Bagelen. Mayoritas penduduk didusun Pletuk adalah pengrajin growol dan produksinya 90% mensupply pasaran DIY dan sekitarnya.
proses nyithak growol
Proses pembuatan makanan dengan warna putih dan rasa gurih khas ketela pohon ini cukup panjang. Setelah singkong dikupas dan dibersihkan, kemudian direndam air bersih dalam bak besar selama sekitar 4 hari. Untuk menghilangkan bau kecut, setelah direndam singkong kemudian dicuci 7 sampai 10 kali hingga bersih sambil dipisahkan dari serat-serat kasar.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam karung untuk dipres agar kadar airnya berkurang. Setelah dipipit atau dipres kemudian dicacah untuk skala kecil/digiling untuk skala besar dan dikukus sampai matang. Terus dicetak pakai cething atau bakul dari bambu yang sudah dibikin dengan ukuran khusus. Rata-rata berat per bakul sekitar 2 kilogram.
jualan growol
Dengan harga sekitar Rp. 15.000 s/d 25.000, per bakul, growol asal Desa Dadirejo tersebut dipasarkan ke Yogyakarta dan sekitarnya. Growol akan terasa nikmat jika disantap dengan beberapa lauk seperti ikan asin pedhas, pentho, serundeng, tempe bacem, oglok tempe daun melinjo, sambel jenggot dan minumannya teh hangat.

Harapannya agar keberadaan growol tetap dijaga agar tidak punah meski makanan modern lain terus berkembang, lebih bersyukur apabila growol bisa go internasional melalui bule-bule yang berkunjung ke wisata Jawa Tengah bagian selatan dan DIY termasuk wilayah Bagelen karena memang lokasinya dempetan.
Growol makanan khas menyehatkan yang dibuat tanpa bahan pengawet dan bisa tahan hingga 4 hari sehingga bisa dijadikan sebagai makanan oleh-oleh khas pedesaan yang sehat dan alami.

"Semoga growol tetap ada terus sampai kapanpun, berharap warga juga tetap memproduksi terus untuk nguri-uri makanan tradisional, jangan sampai anak cucu kita tidak tahu tentang makanan growol yang merupakan saksi bisu dari kisah perjuangan merebut kemerdekaan".

Growolku ... go ... Internasional

Wednesday, August 17, 2016

Aku Seperti Orang Asing Didesaku Sendiri


Di atas jalan bebatuan yang tak beraspal ku ayunkan kaki ini untuk melangkah, ingin rasanya ku berhenti sejenak diperjalanan ini. Tapi, rasanya langkah kaki ini seakan enggan untuk berhenti, dulu jalan ini hanyalah sebuah jalanan kecil tak berguna.

Waktu semakin berlalu, dan jaman pun kian berganti namun kenangan jalanan ini tak pernah berubah.
Sejenak dalam diamku, teringat akan masa kecil dahulu yang bagitu ceria, bermain bersama teman, sahabat, ada canda, ada tawa dan bahkan tangisan.
Tapi..!!  kini semua itu tinggallah kenangan yang takkan mudah untuk di lupakan, meskipun cerita masa kecil itu telah berlalu namun semuanya itu masih ada sampai saat ini dalam ingatan batinku.

Akhh... Sungguh menyenangkan ketika masa-masa kecil dulu.
Hmmm....aku tersenyum sendiri, sesekali aku mengingat setiap sudut-sudut jalan ini yang dulunya adalah sebuah lahan kecil tempat kami bermain.

" Akhh... Rasanya ingin sekali kembali kemasa lalu, masa-masa kecil dahulu, tapi semua itu mungkin hanyalah mimpi...
mimpi yang tak mungkin untuk kembali.. karena jaman telah jauh berbeda dengan sekarang ".


Perlahan ku mulai melangkah, menyusuri jalan terjal yang berliku.
Sembari berpikir, sangat disayangkan jika perjuangan harus berhenti dan kadang berasa sungguh ironis, di balik kemajuan jaman aku seperti orang asing didesa tanah kelahiran sendiri.

Uhhh... Sedemikian parahkah aku mengalami krisis identitas, pertanyaan ini sangat mengganggu kenyamananku, namun aku menyadari satu hal, bahwa darah yang mengalir dalam tubuh ini tidak dapat digantikan dengan darah manapun. Aku tetaplah orang yang berasal dari tanah yang sama dengan mereka.

Dan menjadi sebuah keharusan untuk  membangun sebuah kesadaran tentang pentingnya identitas diri, karena itulah modal yang bisa kita persembahkan pada orang-orang yang ingin mengetahui lebih tentang asal muasal kita. Dan perjalanan hari ini memberi pandangan baru, bahwa tanah ini tak sekejam yang kita bayangkan.

" Dan manusia yang berada di atas tanah ini memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi terhadap siapapun yang siap masuk melewati pintu rumahnya".

( Tepus Somorejo Bagelen Selalu Dihati )


Jayalah Desaku Jayalah Negeriku


Semangat memperingati hari bersejarah yang ditunjukkan oleh warga di desaku membuatku bangga.
Memperingati hari kemerdekaan setiap tahunnya memang tidak sebanding dengan perjuangan para pahlawan untuk kemerdekaan negara ini, tetapi setidaknya masyarakat tidak lupa dengan sejarah perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan negeri ini dari para penjajah.


Seperti kata Bung Karno dalam pidatonya ;
" Jangan pernah sekalipun meninggalkan sejarah."

Karena dengan tidak melupakan sejarah kita bisa tetap menghargai dan menghormati segala perjuangan para pahlawan itu.


Kini, kita sebagai generasi berikutnya harus terus semangat untuk melanjutkan tugas yang belum diselesaikan oleh para pendahulu kita yaitu mengisi kemerdekaan dengan membangun negeri ini sebaik mungkin.


" Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang mempunyai semangat berkobar-kobar dan tekad Merdeka, merdeka atau mati." (Bung Karno).

MERDEKA...

Saturday, July 30, 2016

Lepas pandang di Gunung Agung Bagelen


Gunung Agung terletak di perbatasan antara dusun Ngargo Hargorojo, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah dan dusun  Plampang 1 Kalirejo Kokap Kulonprogo DIY. Tempat ini masuk kawasan pegunungan Menoreh, yang memiliki panorama keindahan alam yang masih asri.


Pegunungan Menoreh sendiri merupakan kumpulan dari banyak gugusan perbukitan yang di penuhi dengan dataran tinggi, lembah, dan jurang. Di puncak Gunung Agung terhampar pemandangan menakjubkan, ke arah selatan akan terlihat laut selatan dengan deburan ombaknya yang tinggi. Ke arah utara terlihat  hamparan perbukitan yang banyak di tumbuhi pepohonan serta hamparan gunung-gunung seperti Gunung Kukusan yang terlihat lebih dekat dan yang nampak lebih jauh Gunung Sindoro Sumbing akan tampak jelas jika dipagi hari. Ke arah timur ada  Gunung Telu (tiga) tampak berbaris dengan gagah di Kulonprogo, Yogyakarta. Ke arah barat terlihat  hamparan sawah dengan tanaman padinya laksana lembaran karpet dan tampak juga di kejahuan kali Bogowonto yang berkelok di Bagelen Purworejo.
Dengan latar pegunungan maka sunrise akan muncul dengan panorama yang sangat indah dengan perlahan Matahari seolah-olah muncul dari balik gunung.

Untuk berkunjung ke sini bisa dari pusat kota Purworejo dan  membutuhkan waktu kurang lebih satu jam hingga sampai puncak gunung Agung. Dari alun-alun Purworejo ambil jalan ke arah Jogja, sesampai pasar Krendetan jl Jogja-Purworejo km 13, tepatnya di SLTP N17 Krendetan langsung pilih jalan ke desa Somorejo. Dari Somorejo lewati jalan nanjak terus kaya jalur puncak di Bogor dan akan sampai di dusun Tepus dari sini gunung Agung sudah nampak kelihatan.  Saat masuk dusun Tepus, dusun yang terkenal dengan suhu dingin , dan salah satu dusun penghasil gula semut organik kwalitas ekspor ini juga memiliki suasana pemandangan alam yang sangat indah untuk dinikmati. Jalan yang menanjak dan berliku bisa sebagai pemicu andrenalin dan memberikan kesan yang menakjubkan.

Wednesday, June 8, 2016

Desaku Yang Kucinta


Desaku yang kucinta pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
Dan handai taulanku
Tak mudah ku lupakan
Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan desa ku yang permai


Penggalan lirik lagu desaku mengingatkan akan kenangan indah dimasa yang telah lalu disebuah wilayah pelosok desa yang jauh dari hingar bingarnya keramaian kota. Peribahasa mengatakan ( adoh ratu caket watu ) yaitu dusun Tepus, desa Somorejo, kecamatan Bagelen, kabupaten Purworejo.

Desaku yang kucinta, tempat aku dilahirkan dan menjadi tahu seperti apa itu arti dari sebuah kehidupan, pribadi kecil ini berkomitmen akan kembali ke desa. Mencoba mendedikasikan seluruh kapasitas dan potensi yang dimiliki untuk desaku, melalui tulisan sederhana ini, semoga kita semua bisa bercermin dan melihat di sekeliling kita, bahwa di desaku, desamu dan desanya sedang berlangsung ketertinggalan.

Kembalilah ke desa kita masing-masing, sesungguhnya desa memerlukan anak-anak bangsa yang sangat peduli dengan desanya sebagai bentuk pengabdian.


Mari Bangun Desaku Desamu Desa kita

Thursday, May 5, 2016

Dari Desa Membangun Bangsa


Siapapun paham betul bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi sumber daya alamnya. Surga dunia bisa dibilang, karena semua telah tersedia, hanya tinggal menikmati dan merawatnya saja sebenarnya. Namun laksana terlena oleh berbagai anugerah kemudahan, sejumlah kalangan menyebut bahwa hingga 70 tahun merdeka, kekayaan alam itu tak terkelola secara maksimal. Salah satu sebabnya adalah karena paradigma pembangunan yang menempatkan desa sebagai obyek yang tidak diberdayakan, termarginalkan. Hal tersebut didukung dengan kenyataan masyarakat miskin umumnya berada di desa-desa yang terpencil utamanya.

Desa identik dengan keterbelakangan serta penumpukan angkatan kerja produktif yang menganggur menunggu peruntungan untuk mendapatkan pekerjaan, yang pada akhirnya terjadi eksodus, urbanisasi besar-besaran sehingga potensi desa semakin tenggelam, ditinggalkan oleh sumber daya manusianya. Kini yang desa miliki tinggal sumber daya manusia yang bisa dibilang tidak produktif lagi.

Saat ini desa sudah mendapatkan pengakuan dengan lahirnya UU yang memberikan porsi untuk memprioritaskan desa. Desa sudah siap membangun. Saat ini pemberdayaan desa dengan semua potensi sumber daya baik sumber daya alam maupun manusianya merupakan suatu keniscayaan dan membutuhkan komitmen yang kuat dan konsisten dari pemerintah desa, masyarakat desa sendiri dan seluruh pihak yang terkait demi kelangsungan, kemajuan desa yang berdikari.

Kerja membangun desa membutuhkan ketulusan dan ikhtiar yang konsisten yang melibatkan seluruh stakeholder yang ada di desa, baik pemerintah maupun masyarakat desa. Setelah ada pengakuan,  pemberian kewenangan, serta dukungan alokasi dana yang besar, desa harus bisa menjaga dan merawat kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya. Budaya gotong royong, toleransi, dan bekerja keras jangan sampai tergerus oleh modernisasi yang mengarah pada sikap individualistik. Kearifan lokal daerah penting untuk tetap dijaga kelestariannya, bahkan perlu untuk senantiasa dikembangkan, ditularkan ke segenap hati masyarakat laksana virus kebaikan yang nantinya akan menginfeksi setiap masyarakat menuju kemajuan dan kesejahteraan.

Pengembangan tidak hanya sampai di tingkat kabupaten/kota saja, akan tetapi harus bisa menembus tingkat nasional bahkan internasional. Bukankah menjadi suatu kebanggaan sekaligus merupakan daya ungkit bagi desa dalam proses pembangunannya bila desa dengan membawa hasil karyanya, potensi khasnya mengharumkan nama desa, daerah bahkan bangsanya dimana nantinya akan diiringi oleh kemajuan-kemajuan pada bidang-bidang lainnya.

Untuk DESAKU jadilah berdaya dan berwibawa, karena desa adalah kekuatan dan jati diri bangsa, kemajuan desa adalah kemajuan bangsa, kemajuan rakyat semua. Mulai saat ini, dari DESAKU, DESAMU, dan DESA KITA SEMUA, kita bangun BANGSA.

Monday, April 25, 2016

Wisata Alam Selo Agung

Komplek wisata alam selo agung yang berada diwilayah kecamatan Bagelen kabupaten Purworejo tepatnya berada diwilayah perbukitan menoreh didusun Ngargo desa Hargorojo. Tempat yang masih asri dengan pemandangan panorama yang sangat indah namun belum digarap menjadi sebuah obyek wisata yang menarik bagi para pecinta wisata alam.

 
Selo agung / watu gèdé



Menggali Potensi Wisata Desa Somorejo


Desa Somorejo merupakan sebuah kawasan pedesaan yang memiliki keunikan dan  karakteristik khusus yang tentunya layak untuk menjadi destinasi wisata, yang menjadi obyeknya antara lain: lingkungan bernuansa alami,   tradisi dan budaya masih dipegang masyarakat, makanan khas, ragam pertanian dan sistem kekerabatan. Untuk menjadikan desa Somorejo sebagai daerah tujuan wisata tentu perlu ditunjang dengan fasilitas yang memadai bagi para wisatawan. Fasilitas tersebut antara lain : penginapan/homestay, sehingga wisatawan benar-benar merasakan suasana keseharian pedesaan dengan apa adanya, restoran/warung makan, arena aktifitas di alam/outbound facility serta berbagai kemudahan bagi wisatawan.

Makin beragamnya pilihan keinginan wisatawan, kesadaran akan pelestarian lingkungan, isu pemanasan global, menjadikan para pelaku wisata melirik pada konsep back to nature.  Wisata pedesaan sebenarnya suatu bentuk pariwisata minat khusus yang  dikemas secara komprehensif sehingga para wisatawan dapat berinteraksi secara lengkap baik dengan alam lingkungan maupun dengan masyarakat sekitar termasuk juga budaya dan tradisi didalamnya.

Wisatawan dapat melihat dan merasakan langsung  nilai – nilai kearifan lokal yang masih terasa denyutnya dalam  kehidupan masyarakat sehari-hari. Kearifan tersebut seperti: 
gotong royong, acara adat, merti desa, sambatan/rewang, kenduri/slametan, dolanan bocah, kesenian tradisional, nderes/nyadap nira hingga proses pembuatan gula dan sebagainya. Tentu agar pengunjung/wisatawan kerasan, sangat dibutuhkan keterlibatan partisipasi aktif masyarakat lokal agar terjamin keberlangsungan kegiatan pariwisata di pedesaan. Dengan demikian, konsep pariwisata pedesaan adalah menawarkan harapan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat lokal, dengan cara meningkatkan partisipasi aktif masyarakat serta mendorong keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan yang ditujukan kepada pengunjung wisata desa.

Masyarakat dipedesaan memegang peran penting sebagai subyek pelaku kegiatan-kegiatan pengembangan pariwisata yang dilakukan, dan bukan hanya sebagai “tuan rumah yang pasif”. Pariwisata berbasis masyarakat       merupakan sebuah pendekatan pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development paradigm), yang berarti dengan terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat saat kini dengan tidak mengesampingkan aspek keberlanjutan yaitu memberikan manfaat kepada generasi sekarang tanpa mengurangi kualitas manfaat kepada generasi mendatang.

Thursday, March 24, 2016

Lare Nggunung


Kulo niki lare nggunung
Adoh kutho, manggene ten kampung
Cedak alas cedak nggrumbul, gung liwang liwung
Dede margi nanging lurung

Slendang klambi, jarike kawung
Pak'e kuncung, mung blebetan sarung
Adoh ratu caket watu, sak gunung gunung
Kirang gaul alias srawung

Nadyan kulo lare nggunung
Ampun supe, ampun lali etung
Niat nulung nopo menthung, kulo wong bingung
Ra nduwe bapak, ra nduwe biyung

Ora udan ora mendung
Kok jamane, poro priyayi bingung
Biyen pripun kok ra dipetung
Trimah nasib, kulo lare nggunung

Sunday, February 21, 2016

Apa Itu Buah Gayam?


Gayam dikenal dengan nama latin Inocarpus fagiferus, adalah salah satu tanaman khas Melanesia bagian timur khususnya dari Indonesia. Asal muasal tanaman ini dari bangsa Malaya-Polenisia ke Mikronesia, Melanesia dan Polenisia. Pada saat ini pohon buah Gayam tersebar luas diwilayah Indonesia yang meliputi pulau Jawa, Kalimantan , Sumatera, dan sebagian Semenanjung Malaya.


Pohon Gayam merupakan salah satu jenis tanaman keras, dibeberapa wilayah tertentu dan cukup banyak dijumpai didusun Tepus desa Somorejo . Umumnya merupakan tanaman pekarangan yang berfungsi sebagai pohon peneduh. Seiring dengan berkembangnya pembibitan beragam tanaman buah-buahan dengan berbagai pola pembiakan menjadikan tanaman gayam semakin terpinggirkan.
Pelan namun pasti pohon gayam mulai tersaingi oleh jenis pohon yang kebanyakan masyarakat menganggap punya nilai ekonomi yang lebih bagus.

Kelebihan utama yang dipunyai buah gayam antara lain,  pohonnya mampu menyerap polutan udara seperti debu yang lebih banyak karena tekstur daun yang dimilikinya bentuknya tebal, lebar serta rimbun. Disamping itu sistem akarnya sangat kokoh yang baik untuk penyimpan cadangan air bersih dan sudah pasti bermanfaat mencegah tanah longsor.


Tekstur buah gayam relatif keras, tidak mempunyai bakal buah seperti buah umumnya, biji buah gayam juga bergetah, apalagi dilapisi oleh kulit luar yang keras. Beberapa hal tersebut menjadi penyebab masyarakat kurang berminat untuk mengolah dan memanfaatkan buah gayam. Masyarakat awan tentunya tidak banyak mengetahui manfaat biji gayam serta kandungan nilai gizinya, maka lengkaplah sudah derita nasib buah gayam.

Batang pohonnya yang keras dan kuat,  banyak digunakan untuk  bahan baku mebel, sisanya untuk kayu bakar, arang, dll. Hal yang istimewa adalah buahnya dapat dimasak dan dibuat makanan ringan yang sangat lezat, antara lain dikukus. Nilai ekonomi semakin melambung manakala gayam diolah menjadi keripik gayam, rasanya khas dan tidak dimiliki oleh keripik dari jenis lainnya.
Keripik Gayam saat ini semakin populer namanya dan harganya juga tinggi karena populasi tanaman gayam yang terbatas dan masyarakat yang memproduksi makanan ringan ini juga jumlahnya masih belum banyak.


Pohon gayam memang sudah agak langka dan ternyata Gayam memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan. Banyak orang yang tidak tahu tentang hal tersebut. Gayam memiliki kandungan zat kimia saponin dimana kandungan ini berfungsi untuk membersihkan kotoran dalam usus besar dan saluran pencernaan. Selain itu gayam juga memiliki kandungan Flavonoida (zat antioksidan) kandungan ini berfungsi untuk kekebalan tubuh sehingga tubuh terjaga dari berbagai penyakit. Tanin merupakan unsur senyawa yang terdapat pada gayam ini berfungsi untuk membantu usus lebih cepat menyerap sari makanan tanpa gangguan mikroba lain yang mengganggu dan menimbulkan pembusukan sebelum proses.

Sunday, February 14, 2016

Ini Dia Si Jali Jali

Biji jali kini hanya terkenang lewat tembang Jali-jali. Itu ada benarnya. Pasalnya, orang zaman sekarang nyaris tidak mengenal bahkan mengkonsumsi biji-bijian berwarna putih tersebut. Padahal manfaat yang dirasakan tubuh saat mengonsumsi jali sangatlah bagus.


Jali (Coix lacryma-jobi L.), merupakan sejenis tumbuhan biji-bijian (serealia) tropika dari suku padi-padian atau Poaceae. Asalnya adalah Asia Timur dan Malaya namun sekarang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Beberapa varietas memiliki biji yang dapat dimakan dan dijadikan sumber karbohidrat dan juga obat. Bulir yang masak terbungkus struktur yang keras, berbentuk oval dan berwarna putih.

Biji jali yang sudah dikupas dari cangkangnya, kalau dimakan mentah rasanya hambar seperti rasa tepung mentah. Biji jali yang telah digiling atau ditumbuk dapat dimasak menjadi nasi jali, selain itu jali juga dapat dibuat sebagai bahan membuat ketan, dodol jali, bubur jali, dll. Caranya pun tergolong hampir sama dengan bahan baku yang lain. Walaupun sekarang jali nyaris tidak lagi dikonsumsi, mungkin kalah terkenal dengan sumber makanan pokok lainnya. Padahal kalau dikembangkan, jali merupakan tanaman yang bermanfaat dan serbaguna.

Ada dua varietas jali yang sering ditanam yaitu :
_ Coix lacryma-jobi var. lacryma-jobi memiliki cangkang (pseudokarpium) keras berwarna putih, bentuk oval, dan dipakai sebagai manik-manik.
_ Coix lacryma-jobi var. ma-yuen dimakan orang dan juga menjadi bagian dari tradisi pengobatan Tiongkok. Di perdagangan internasional ia dikenal sebagai Chinese pearl wheat (gandum mutiara Cina), walaupun ia lebih dekat kekerabatannya dengan jagung daripada gandum.

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Coix
Spesies: C. lacryma-jobi
Nama binomial Coix lacryma-jobi L.

Jali mengandung berbagai macam zat yang sangat diperlukan oleh tubuh. Perbandingan kandungan biji jali dan beras putih dalam 100 gramnya antara lain sebagai berikut

JALI
Bahan Kalori Karbohidrat 289
Lemak 61,4
Kalsium 213
Protein 11,1
Amonium 23
Fosfor 176
Zat Besi 11,0
Vit. B1 0,14

BERAS
Bahan Kalori Karbohidrat 248
Lemak 79
Kalsium 1,2
Protein 5
Amonium 40
Fosfor 22
Zat Besi 0,5
Vit. B1 0,02

Jali dapat dikatakan tanaman serbaguna. Mengapa serbaguna? Karena jali bukan hanya sebagai solusi tanaman makanan pokok, tapi juga dapat digunakan sebagai tanaman obat.

1. Jali Sebagai Makanan Pokok
Saat ini masyarakat masih bergantung pada beras sebagai makanan pokoknya. Padahal masih banyak makanan lain yang bisa dijadikan sebagai pengganti beras. Salah satunya ya jali ini. Toh rasanya tidak kalah dengan beras, kandungan gizinya pun cukup. Menurut kebutuhan gizi, jali ini juga tidak jauh beda dengan makanan pokok lain.

2. Jali Sebagai Makanan Tambahan
Jali sebagai makanan tambahan disini yang dimaksud adalah jali tidak hanya digunakan sebagai makanan pokok, melainkan dapat dibuat menjadi dodol jali, tape jali, ketan jali, jenang jali, bubur jali, dan masih banyak jenis makanan lainnya tergantung dari kreatifitas masing masing.

3. Jali sebagai Tanaman Obat
Bukan hanya sebagai makanan pokok, jali dapat digunakan juga sebagai obat seperti : Diare, radang paru paru, usus buntu, urin sedikit, keputihan, kutil, tidak datang haid, kanker mulut rahim, sakit kuning, dan masih banyak lagi manfaatnya. Jali juga mengandung komponen Coxenolide yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi Cortex Adrenal pada Ginjal. Jali juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati rasa pegal, mengeluarkan nanah, anti toxic, menyembuhkan bisul, cacingan, sakit otot, sakit tulang, sakit persendian, dll.

4. Jali sebagai tanaman langka.
Saat ini jali dapat dikategorikan sebagai tanaman langka, sebab banyak orang yang tidak mengetahui apa itu jali, bagaimana bentuknya dan manfaatnya. Juga yang tadinya di berbagai daerah ada, sekarang sudah tidak lagi dikembangkan. Padahal cara penanamannya juga tergolong mudah dan biaya untuk menanam serta perawatannya juga tergolong murah. Murah dalam arti lebih murah prosesnya daripada tanaman pangan lainnya seperti beras dan jagung. Cara penanaman jali juga cukup mudah. Jali tidak harus ditanam di lahan terbuka. Kebanyakan orang memang menanamnya di lahan terbuka/tegalan. Namun, tidak harus di lahan terbuka. Di kebun yang banyak pepohonan pun juga bisa. Tidak hanya itu saja. Jali juga dapat ditanam di lahan yang kurang subur di tanah yang keras, dan banyak batu, namun bisa tetap tumbuh dengan baik.

Thursday, February 11, 2016

Kesenian Kethoprak Nasibmu Kini


Dulu, diwaktu masa kecil dan jaman televisi didusun Tepus Somorejo masih berwarna hitam putih itupun hanya beberapa orang saja yang memilikinya, tontonan yang paling menarik bagi orang tua khususnya adalah kethoprak, meskipun anak-anak, remaja, maupun dewasa juga menyukainya. Stasiun televisi masih TVRI, stasiun TV swasta seingat saya belum banyak (atau mungkin belum sampai siarannya di pedesaan), sehingga stasiun televisi paling favorit adalah TVRI.

Kethoprak memang menarik, apalagi masih kental dengan budaya jawa yang masih mengakar di wilayah pedesaan, kala itu. Setiap malam Rabu atau malam minggu, menonton kethoprak menjadi hiburan yang menyenangkan bagi orang desa, apalagi kalau Kethoprak sayembara, itu lebih menarik perhatian lagi.

Seiring dengan perkembangan, stasiun televisi swasta mulai bermunculan, dan mulai ada satu dua yang memiliki televisi sendiri, bahkan ada yang sudah berwarna. Perlahan-lahan, eksistensi TVRI mulai tergusur, yang dulunya suka nonton kethoprak mulai berubah arah, perlahan-lahan, sinetron mulai menjadi pengganti kethoprak yang sebelumnya jadi idola.

Dan sekarang nampak sangat jelas, betapa sinetron mulai menggantikan eksistensi kethoprak dan kesenian daerah lainnya. Orang tua tak sungkan membicarakan sinetron saat berkumpul, asyik dan sepertinya begitu menarik. Sangat bertolak belakang dengan jaman saya kecil dulu, di mana tempat, kalau membicarakan acara di televisi seringnya bercerita tentang kethoprak bahkan disaat bermain bersama teman sering kali memainkan beberapa kisah cerita adegan dari kesenian kethoprak

Mungkin saja perkembangan jaman dan perubahan pola fikir telah menjadikan semua serasa mudah, perubahan yang mau tidak mau harus di terima, suka atau tidak. TVRI yang masih paling konsisten menayangkan acara kesenian tradisional seperti kethoprak harus rela menelan pil pahit, perlahan mulai di tinggalkan penggemarnya. Sinetron sudah menjadi tayangan favorit, diluar konteks bagus atau tidak, berkualitas atau tidak, tayangan "kethoprak modern" ini sudah jauh meninggalkan kethoprak yang sepertinya semakin sedikit pelestarinya. Dan sepertinya tinggal menunggu waktu untuk melihat kethoprak dan kesenian tradisional lainnya "punah" tertelan jaman.

Sebenarnya saya dan mungkin masih banyak yang lainnya, yang berharap agar kelestarian budaya Indonesia tetap terjaga. Kadang terasa aneh, saat ada negara lain yang mengakui kebudayaan Indonesia sebagai budaya negaranya, banyak yang bereaksi dan seolah memiliki sepenuhnya kebudayaan tersebut. Padahal, kalau mau jujur, bisa jadi mengenal keseniannya saja kita (saya) belum.

Kita percaya, banyak pihak yang telah berusaha keras untuk terus menjaga dan melestarikan kesenian tradisional seperti kethoprak dan lainnya, tapi, perimbangannya dirasa kurang, saat dunia global lebih berorientasi pada kemajuan teknologi ketimbang berkaca pada masa lalu. Tak ada yang keliru, namun alangkah baiknya kalau hal semacam ini perlu di luruskan, dikarenakan adanya masa sekarang karena masa lalu.

Peran televisi juga sangat vital dalam menjaga dan melestarikan budaya, selain TVRI, sepertinya sedikit stasiun televisi yang konsisten dalam menayangkan acara-acara tentang kesenian tradisional. Saya cenderung berfikir tentang orientasi profit ketimbang niatan melestarikan budaya. Dulu sempat booming acara ketoprak humor, ada juga sajian wayang kulit di salah satu TV swasta, tapi itu dulu, saat pasar belum jenuh.

Mungkin kurang bijak kalau kita terlalu mengkoreksi pihak lain, barangkali kita juga masih perlu belajar untuk mencintai kesenian tradisional dan kalau bisa turut melestarikannya. Soal sampai kapan kesenian tradisional akan bertahan, biarlah waktu nantinya yang memperjelas. Dan saat kita ingat masa lalu, kita kembali teringat tentang televisi hitam putih yang kini sudah jadi barang rongsok. Apakah kesenian tradisional akan bernasib sama dengan televisi hitam putih tersebut?, entahlah.

Wednesday, January 27, 2016

Eksistensi Rinjing Dijaman Serba Plastik

Masyarakat modern saat ini memiliki ketergantungan yang tinggi akan penggunaan kantong plastik. Di satu sisi, kantong plastik memiliki banyak kegunaan. Namun di sisi lain, kantong plastik juga menghasilkan efek negatif berupa limbah. Limbah kantong plastik sangat sulit terurai di dalam tanah dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat diurai. belum lagi selama proses penguraian bermacam-macam zat kimia yang terkandung di dalamnya akan mencemari tanah dan merusak kelestarian alam.


Dahulu masyarakat didesa-desa sudah menjawab tentang permasalahan hal ini dengan kearifan lokalnya dalam menjaga keseimbangan serta kelestarian alam. Mereka tidak serta merta mengandalkan kantong plastik sebagai alat untuk membungkus atau membawa barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Masyarakat pedesaan lebih mengenal atau menggunakan "Rinjing" sebagai alat untuk membawa barang dari satu tempat ke tempat yang lain.

Rinjing terbuat dari anyaman bambu yang menyerupai keranjang hanya saja anyaman rinjing lebih rapat. Jaman dahulu didusun Tepus somorejo rinjing digunakan untuk membawa hasil pertanian kepasar dan sebaliknya untuk membawa barang belanjaan dari pasar. Kini eksistensi rinjing sudah kalah saing dijaman yang serba plastik. Padahal rinjing lebih ramah lingkungan mengingat bahan bakunya terbuat dari bambu yang tumbuh dari alam.

Bagaimanapun fungsi kantong plastik tetap dibutuhkan namun sebisa mungkin penggunaannya harus dikurangi dan digunakan secara bijak.
Hal yang terpenting adalah meningkatkan kesadaran diri masing-masing untuk melakukan diet kantong plastik untuk mengurangi sampah plastik. satu langkah kecil perubahan yang kita lakukan sangat berarti untuk kelestarian bumi demi masa depan anak cucu kita.

Monday, January 11, 2016

Mersah Buah Hutan Yang Semakin Langka

    Mersah atau Rengasa, atau ada juga yang menyebutnya hangasa, wersah, yang mempunyai nama latin Amomum dealbatum ini termasuk buah hutan dan tidak dijajakan dipasaran. Kebanyakan hanya anak-anak di pedesaan saja yang tahu buah ini, itupun tidak semuanya, kalau anak desa nya anak rumahan (jarang main) dijamin tidak tahu buah ini.

    Tanaman Mersah yang juga biasa disebut dengan wersah ini hidup liar dan terpencar-pencar di hutan, adapun yang tumbuh di kebun atau dekat pemukiman penduduk biasanya sengaja ditanam atau tidak sengaja tumbuh setelah biji rangasa dibuang, tapi itupun jarang sekali terjadi. Pohonnya akan mudah tumbuh di daerah yang tanahnya lembab dan kaya akan humus. Untuk perbanyakannya sendiri, Mersah akan cepat tumbuh jika diperbanyak dengan menanam ujung rimpangnya yang berakar, karena Mersah ini memang termasuk anggota suku jahe-jahean (Zingiberaceae).
    Bagi anak-anak desa yang senang berpetualang masuk ke dalam hutan, buah ini biasanya diburu karena memang rasanya menyegarkan, dengan rasa manis sedikit asam dan berbau harum tentu akan menambah keseruan ketika berpetualang ke dalam hutan. Kebanyakan hanya akan memakannya di tempat, tapi ada juga yang suka membawanya pulang karena dalam satu tandan buah terdiri dari banyak buah mersah.

    Secara fisik, buahnya berbentuk lonjong dan berbelah bintang seperti buah belimbing, buahnya menempel pada tandan yang muncul di pangkal batang. Pada satu tandan terdapat banyak buah mersah, jika buahnya dibelah atau dikupas, daging buahnya berbentuk selaput atau gel dengan banyak biji yang berjajar searah. 

    Dahulu didusun Tepus desa Somorejo buah ini mudah dicari (dilebuh_lebuh/dibawah) rumah warga, namun sayangnya sekarang buah ini bisa dikatakan sudah hampir punah, ya,, sangat disayangkan buah ini sekarang semakin langka dan sulit ditemui. Hal tersebut diakibatkan oleh ketidak tahuan para warga akan manfaat dari buah mersah , sementara di sisi lain, jarang ada penduduk desa yang menyengaja menanam atau membudidayakan tanaman mersah ini.



Friday, January 1, 2016

Sambatan

Oke... Guys setelah beberapa waktu yang lalu diterbitkan entri "Sinoman" kini kita terbitkan entri tentang Kearifan Sosial Budaya Desa yaitu “Sambatan”.

Foto ilustrasi : sambatan membuat rumah tinggal

Setiap desa memiliki keanekaragaman budaya yang melekat di setiap sendi kehidupannya, menjadi satu kesatuan yang tidak bisa lepas dari kehidupan desa dan menjadi salah satu karakter pribadi dan identitas suatu desa. Setiap desa mempunyai budaya berbeda – beda, namun, ada satu budaya yang mungkin semua desa di Indonesia mempunyai budaya yang sama walaupun dengan istilah berbeda – beda akan tetapi mempunyai makna dan tujuan sama, yaitu Gotong Royong. Gotong royong, sebuah perilaku sosial masyarakat desa yang menjadi ciri khas desa di Indonesia yang begitu melekat pada setiap sendi kehidupan masyarakatnya.

Dalam kehidupan masyarakat desa di Jawa, gotong royong merupakan suatu sistem saling membantu, bekerja sama dalam pekerjaan. Gotong royong ditunjukkan dalam bentuk pengerahan tenaga untuk meringankan pekerjaan dalam suatu lingkungan di desa. Gotong royong dalam pembuatan rumah, membersihkan lingkungan, membuat jalan, maupun gotong royong dalam hal lain yang bersifat sosial.
Gotong royong merupakan wujud dari suatu rasa kepedulian antar individu satu dengan yang lain dan individu dengan lingkungannya. Budaya atau tradisi ini merupakan kewajiban sosial yang di tunjukkan oleh masyarakat desa atas nama kebersamaan, solidaritas, tenggang rasa tanpa memandang golongan, latar belakang, batas usia dan status sosial.

Sambatan, yaitu istilah lain gotong royong yang ada di Dusun Tepus Desa Somorejo, salah satu Dusun di Kabupaten Purworejo yang masih menjaga dan mempertahankan budaya gotong royong/sambatan. Sambatan, adalah kearifan budaya masyarakat Dusun Tepus Somorejo yang masih terjaga dan masih bertahan sampai saat ini, dimana arus globalisasi dan modernitas mulai menggerus sendi – sendi kehidupan desa. Sambatan hadir atas dasar solidaritas, kebersamaan, tenggang rasa, dengan tetap menjunjung tinggi sikap saling menghormati tidak membedakan status sosial, atas dasar keihklasan saling membantu dan dilakukan oleh semua warga tanpa memandang batas usia.

Sambatan, merupakan ciri masyarakat Dusun Tepus Somorejo yang dapat menghadirkan rasa persaudaraan, persatuan dan menyatukan perbedaan. Sambatan, adalah salah satu kekuatan dalam menjaga budaya, tradisi dan kearifan yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakatnya.
Sambatan merupakan tempat berkomunikasi, memecahkan masalah yang dihadapi dengan tetap menjaga persatuan untuk satu tujuan, menghilangkan ego individu. Atas dasar keadilan sosial bermasyarakat dan menjunjung tinggi nilai – nilai luhur budaya desa.

Tidak dipungkiri dengan pengaruh globalisasi seperti saat ini, budaya dan tradisi sambatan lambat laun akan tergerus, adanya budaya kota yang masuk ke desa, pengaruh teknologi dan pengaruh dari masyarakat desa yang tinggal di kota, kemudian membawa tradisi kota ke desanya merupakan faktor yang dapat menggerus budaya sambatan terkikis bahkan hilang sama sekali.
Perlu adanya upaya dan kesadaran dari masyarakat desa, tokoh masyarakat dan aparat desa untuk selalu saling mengingatkan dan menjaga serta melestarikan kearifan budaya luhur sambatan yang ada di Dusun Tepus Desa Somorejo.