Welcome To Tepus Somorejo Bagelen
Showing posts with label gotong royong. Show all posts
Showing posts with label gotong royong. Show all posts

Saturday, September 14, 2019

Ronda Dan Sejarahnya

     Sistem Keamanan Lingkungan atau sering disingkat Siskamling merupakan sistem keamanan yang ada disetiap daerah di Indonesia, baik didaerah perkotaan maupun di perdesaan. Maksud dan tujuannya adalah untuk menumbuhkan sikap mental dan meningkatkan kepekaan masyarakat juga daya tanggap serta tanggung jawab dalam mewujudkan ketertiban dan keamanan lingkungannya.
     Kegiatan siskamling pada umumnya dikerjakan oleh para kepala keluarga di waktu malam hari dan jika berhalangan hadir bisa mencari gantinya atau rollingan sama yang lain jika tidak bisa juga bisa menggantinya dengan salam tempel sesuai dengan kesepakatan.
     Di awali dari pos ronda atau sering juga disebut Gardu ada juga yang menyebutnya Cakruk bahkan ada yang menyebutnya Patrol, para peronda yang mendapat giliran mengatur strategi untuk membagi kelompok dalam berkeliling kampung untuk ngeronda. Sambil menunggu waktu untuk berkeliling yang biasanya dimulai pukul 24.00, para peronda terlebih dahulu menikmati secangkir kopi dan cemilan ala kadarnya.
     Yang harus diketahui dari sejarah Pos ronda atau Gardu atau cakruk atau patrol, bermula dari jaman kolonial Belanda. Ketika itu Gardu pos berfungsi sebagai pos pemantauan oleh kaum penjajah untuk mengawasi gerak para kaum pribumi guna mencegah gerakan-gerakan pemberontakan. Hingga di jaman penjajahan Jepang Gardu pos masih di gunakan untuk kegiatan yang sama.
     Sampai masa kemerdekaan Indonesia, pos-pos tersebut diambil alih oleh masyarakat pribumi untuk mengawasi gerak sisa-sisa kaum penjajah karena setelah masa kemerdekaan banyak kaum penjajah yang masih bertahan di Indonesia.
     Kemudian dimasa Orde Baru gardu pos menjadi perpanjangan kekuasaan pemerintah. Keberadaan gardu mengukuhkan bentuk militerisme dalam kemasan yang sederhana dan terasa merakyat. Presiden Soeharto menerapkan model pertahanan semesta yang berfungsi sebagai pendukung legitimasi kekuasaanya dengan dalih Sistem Keamanan Lingkungan  (Siskamling).
     Begitulah sejarah panjang daripada pos Ronda untuk siskamling. Pos ronda menyimpan banyak kepingan sejarah bangsa Indonesia dari yang besar sampai hal yang terkecil.
     So... Hidupkan kembali budaya ronda dari desamu, desaku dan desa kita semua untuk merajut kebersamaan, belajar bertanggung-jawab, menjaga keamanan lingkungan dengan suka rela dan bergotong-royong.

Friday, January 1, 2016

Sambatan

Oke... Guys setelah beberapa waktu yang lalu diterbitkan entri "Sinoman" kini kita terbitkan entri tentang Kearifan Sosial Budaya Desa yaitu “Sambatan”.

Foto ilustrasi : sambatan membuat rumah tinggal

Setiap desa memiliki keanekaragaman budaya yang melekat di setiap sendi kehidupannya, menjadi satu kesatuan yang tidak bisa lepas dari kehidupan desa dan menjadi salah satu karakter pribadi dan identitas suatu desa. Setiap desa mempunyai budaya berbeda – beda, namun, ada satu budaya yang mungkin semua desa di Indonesia mempunyai budaya yang sama walaupun dengan istilah berbeda – beda akan tetapi mempunyai makna dan tujuan sama, yaitu Gotong Royong. Gotong royong, sebuah perilaku sosial masyarakat desa yang menjadi ciri khas desa di Indonesia yang begitu melekat pada setiap sendi kehidupan masyarakatnya.

Dalam kehidupan masyarakat desa di Jawa, gotong royong merupakan suatu sistem saling membantu, bekerja sama dalam pekerjaan. Gotong royong ditunjukkan dalam bentuk pengerahan tenaga untuk meringankan pekerjaan dalam suatu lingkungan di desa. Gotong royong dalam pembuatan rumah, membersihkan lingkungan, membuat jalan, maupun gotong royong dalam hal lain yang bersifat sosial.
Gotong royong merupakan wujud dari suatu rasa kepedulian antar individu satu dengan yang lain dan individu dengan lingkungannya. Budaya atau tradisi ini merupakan kewajiban sosial yang di tunjukkan oleh masyarakat desa atas nama kebersamaan, solidaritas, tenggang rasa tanpa memandang golongan, latar belakang, batas usia dan status sosial.

Sambatan, yaitu istilah lain gotong royong yang ada di Dusun Tepus Desa Somorejo, salah satu Dusun di Kabupaten Purworejo yang masih menjaga dan mempertahankan budaya gotong royong/sambatan. Sambatan, adalah kearifan budaya masyarakat Dusun Tepus Somorejo yang masih terjaga dan masih bertahan sampai saat ini, dimana arus globalisasi dan modernitas mulai menggerus sendi – sendi kehidupan desa. Sambatan hadir atas dasar solidaritas, kebersamaan, tenggang rasa, dengan tetap menjunjung tinggi sikap saling menghormati tidak membedakan status sosial, atas dasar keihklasan saling membantu dan dilakukan oleh semua warga tanpa memandang batas usia.

Sambatan, merupakan ciri masyarakat Dusun Tepus Somorejo yang dapat menghadirkan rasa persaudaraan, persatuan dan menyatukan perbedaan. Sambatan, adalah salah satu kekuatan dalam menjaga budaya, tradisi dan kearifan yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakatnya.
Sambatan merupakan tempat berkomunikasi, memecahkan masalah yang dihadapi dengan tetap menjaga persatuan untuk satu tujuan, menghilangkan ego individu. Atas dasar keadilan sosial bermasyarakat dan menjunjung tinggi nilai – nilai luhur budaya desa.

Tidak dipungkiri dengan pengaruh globalisasi seperti saat ini, budaya dan tradisi sambatan lambat laun akan tergerus, adanya budaya kota yang masuk ke desa, pengaruh teknologi dan pengaruh dari masyarakat desa yang tinggal di kota, kemudian membawa tradisi kota ke desanya merupakan faktor yang dapat menggerus budaya sambatan terkikis bahkan hilang sama sekali.
Perlu adanya upaya dan kesadaran dari masyarakat desa, tokoh masyarakat dan aparat desa untuk selalu saling mengingatkan dan menjaga serta melestarikan kearifan budaya luhur sambatan yang ada di Dusun Tepus Desa Somorejo.

Sunday, July 6, 2014

Gugur Gunung

Ayo (ayo)
Konco (konco)
Ngayahi karyaning projo
Kene (kene)
Kene (kene)
Gugur gunung tandang gawe
Sayuk sayuk rukun
Bebarengan ro kancane
Rilo lan legowo
Kanggo mulyaning negoro
Siji  (loro)
Telu (papat)
Maju papat papat
Diulang ulungake
Mesthi enggal rampunge
Holobis kuntul baris, holobis kuntul baris
Holobis kuntul baris, holobis kuntul baris

foto by mas untung ; warga sedang melakukan kerjabakti
membuat jalan rabat beton dijalur somorejo-tepus

“ Gugur Gunung “sebuah Idiom yang menggambarkan aktivitas masyarakat Pedesaan di Jawa. Selain mempunyai manfaat yang besar,“ Gugur Gunung “ juga merupakan Kearifan lokal masyarakat pedesaan yang mempunyai nilai moral yang tinggi.

Jaman sekarang, orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sehingga waktu sangatlah berharga. Mereka cenderung tidak mau melakukan sesuatu yang tidak produktif, dan tidak menghasilkan uang. Bahkan banyak yang bilang “ Waktu Adalah Uang “, jadi sesuatu yang mereka kerjakan orientasinya adalah uang. Berbeda dengan masyarakat di pedesaan, mereka masih mau melakukan kegiatan tanpa menerima bayaran.
Foto by Nasikun ; remaja Tepus kerja bakti bikin jalan
“ Gugur Gunung “ merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan secara bersama-sama dalam hal pekerjaan yang kaitannya dengan fasilitas umum. Misalnya membersihkan jalan, membuat jalan, membuat jembatan, bersih-bersih lingkungan dan sebagainya. “Gugur Gunung “ dilakukan pada hari minggu atau hari libur dan pada hari-hari tertentu, misalnya menjelang bulan suci ramadhan, menjelang HUT RI dan lain-lain. Biasanya “ Gugur Gunung “ dilakukan secara berkelompok dalam satu RT, RW, bahkan satu kampung.
Remaja ikut andil dalam gugur gunung
Ada beberapa nilai yang dapat dipetik dari Gugur Gunung, antara lain :

1.Kebersamaan

Mereka percaya bahwa pekerjaan sebesar Gunung pun akan “ Gugur “ atau selesai kalau dikerjakan bersama-sama

2.Tanpa Pamrih

Gugur Gunung dilakukan masyarakat atas dasar kesadaran dan keikhlasan. Mereka sama sekali tidak memperoleh upah. Demikian juga kita, tidak semua pekerjaan dilakukan harus diukur dengan uang.

3.Rela Berkorban

Untuk hal-hal tertentu misalnya untuk kepentingan umum, amal dan kemanusiaan, tidak ada salahnya kita sedikit mengorbankan waktu, tenaga dan harta kita.

4.Kesederhanaan

Pada kegiataan Gugur Gunung, biasanya secara sukarela warga ada yang membawa makanan dan minuman sekedar untuk melepas dahaga dan sedikit menambah tenaga. Cukup dengan singkong rebus dan air putih terasa sudah nikmat bagi mereka yang sudah kelelahan.

5.Tanggung jawab

Kita wajib bertanggung jawab terhadap lingkungan tempat tinggal, baik kebersihan, keamanan dan ketertiban.

Sungguh suatu kearifan lokal yang patut kita junjung tinggi dan pertahankan. Apapun suku, budaya dan adat istiadatnya, sebagai bangsa yang besar kita wajib melestarikan dan menjunjung tinggi kearifan lokal masyarakat. Keanekaragaman budaya bangsa kita merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tak ternilai harganya.