Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Sunday, January 1, 2017

Desaku Menyimpan Sejuta Kenangan

ilustrasi foto by Ruma
   Di dalam hati ini aku mengukir rindu, rinduku pada hangat peluk Ayah dan Ibu, rinduku pada kokok ayam di pagi hari, rinduku untuk kembali. Telah ku torehkan begitu banyak kenangan, telah ku rangkai dengan indah sebuah cerita, telah ku jatuhkan hatiku pada kampung halamanku. Desa yang asri dengan udara sejuk dan ramah penduduk. Desa kecil yang mengajariku banyak hal akan arti persahabatan, persaudaraan, dan makna sebuah kehidupan.

     Desaku, sejauh mata memandang selalu datang gambar-gambar samar dalam ingatan. Saksi bisu perjuangan yang mencoba membawa mimpi-mimpinya terbang, dan benar saja sebuah mimpi membawaku berlari ke kota ini. Terasingkan dan kesepian. Hanya sebuah tekad sebagai teman. Entah berapa banyak air mata yang telah ku titihkan, demi sebuah cerita indah di hari kepulangan. Aku menyadari banyak harapan yang menantiku di sana. Ada yang tak berhenti berjuang dan berdoa. Dalam malam-malam sunyi ia bersimpuh memohon yang terbaik untuk anaknya. Andai ku bisa ingin ku percepat perputaran waktu. Tak ingin ku melewati masa ini. Tapi aku sadar, sukses adalah sebuah proses panjang dengan tak sedikit perjuangan, jadi aku harus menerimanya dengan hati yang lapang.

     Kota memang menawarkanku begitu banyak kemudahan, memberiku begitu banyak pengalaman. Mengenalkanku pada sebuah kata, yaitu kemewahan. Meski demikian, hatiku tak pernah pergi dari kampung halaman. Di sana menyimpan sejuta kenangan. Aku ingin pulang, menyapa kembali mentari jingga menjelang petang dan menikmati suasana yang tenang. Menjadi anak desa bukanlah suatu kehinaan tapi justru sebuah hadiah indah yang Tuhan berikan. Dengan segala keindahan alam yang menawan, menjadikannya tempat yang begitu nyaman. Bukit terjal, hutan dan ladang sebagai teman sepanjang perjalanan. Setiap sudutnya memberiku begitu banyak pelajaran, mengajariku arti kesederhanaan dan kesahajaan.
cakruk underground
Bukan aku tak menyukai kota, hanya saja aku sudah terlanjur jatuh hati pada desa. Ku kirimkan salam terhangat untuk desaku Somorejo bagelen yang ku rindukan, tunggulah daku pulang membawa sebuah kesuksesan dan berjuta pengalaman

Sunday, December 25, 2016

Cah Perantauan


Kesepian, kesendirian dan kerinduan adalah hal yang akrab dirasakan oleh para anak rantau. Saat jauh dari orang tua, kita anak rantau menyimpan permasalahan dan kerinduan kita sendiri tanpa harus bicara langsung pada mereka. Namun tidak pernah kita bagi keluh kesah yang terlalu berat itu.
Bila jauh dari orang tua, kita anak rantau lebih memilih menceritakan hal yang baik-baik saja. Sebab kita tidak mau permasalahan kita di tanah rantau semakin membebani pikiran mereka para orang tua.

Ibu, walaupun kita berjauhan. Aku berjanji sekuat tenaga akan berusaha membahagiakanmu. Doa di setiap sujudmu selalu menyertai setiap langkahku menuju kesuksesan

Doa ibu selalu menyertai ku

Merantau bukanlah perkara sederhana. Jauh dari orang tua adalah hal yang paling sulit dijalani. Namun, berbahagialah mereka yang sedang berada di tanah rantau, semakin jauh dari orang tua, hati mereka justru semakin dekat.
Sejujurnya kesedihan terberat yang ada di hati anak rantau adalah jauh dari ibunya. Namun dilubuk hatinya pula, anak rantau percaya bahwa orang yang akan dia bahagiakan selain ayah adalah ibunya.
Selain ibu yang melahirkan, ibu juga punya frekuensi batin yang kuat dengan anaknya. Ibu bisa merasakan apa yang kami rasakan.

Kesendirian dan kesepian adalah hal yang setiap hari di temui. Apakah itu sedih? Iya, tapi ini bagian dari sebuah perjuangan

Biarkan aku simpan sendiri rindu ini dalam kesendirian;

Kesendirian merupakan hal yang sering dirasakan anak rantau. Namun apa yang sedang dirasakan sebenarnya ini jarang diungkapkan kepada orang tua. Bila tiba saatnya berkumpul bersama keluarga, itulah kebahagiaan sejati yang sebenarnya. Sebab ketika pergi kembali ke tanah rantau, tidak ada yang tahu apakah esok masih bisa berkumpul lagi atau tidak.

Kita memang merindukan tanah kelahiran, tapi kerinduan ini akan tergantikan dengan kesuksesan dikelak nanti

Tanah kelahiran yang selalu ku rindukan
Tanah kelahiran, tunggu kelak aku mengabdi padamu
Dalam diam dan kesepian, para perantau punya mimpi yang sangat besar. Tentu ada pengorbanan yang akan dilakukan, salah satunya menahan rindu pada tanah kelahiran. Dan kerinduan ini akan terbayar lunas saat pulang dan mengembangkan tanah kelahiran sendiri. Tunggu saat itu tiba.

Thursday, November 10, 2016

Desaku Yang Ku Lupakan

“ Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia ” – Soekarno.


Kita pasti pernah mendengar atau membaca kutipan tersebut. Presiden pertama Indonesia tidak main-main ketika mengatakannya. Beliau sadar bahwa kemerdekaan dapat diraih karena pemuda/pemudi berjuang dengan sekuat tenaga disertai doa dan keikhlasan mampu merebut kemerdekaan bersama.

Bagaimana dengan kita saat ini? Apa hal mendesak yang perlu kita perjuangkan? Sekolah/kuliah, karir, kebahagiaan keluarga? Hal-hal ini memang penting, tapi jangan lupa bahwa keberadaan kita di dunia ini harus bisa memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitar tempat kita dilahirkan.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, pemuda/pemudi sama-sama melihat penjajah sebagai musuh. Saat itu, semua orang merasakan dampak dari penjajahan yang benar-benar menyiksa. Meski berjuang dengan caranya masing-masing, sebelum akhirnya membuat gerakan-gerakan nasional/terpusat, mereka berhasil mengusir penjajah dari Indonesia.

Lain dulu lain sekarang. Sekarang ini melihat kemiskinan dan ketertinggalan sebagai musuh yang benar-benar harus diberantas. Kesenjangan yang tinggi diantara masyarakat yang tinggal di kota dan yang tinggal di pelosok desa bagaikan langit dan bumi. Kalau hal ini terus dibiarkan, sila ke-5 Pancasila yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” tidak akan pernah tercapai.

Hal ini diperparah dengan urbanisasi, ketika pemuda/pemudi meninggalkan desa dan berpikir ada peluang yang lebih baik di kota. Padahal, dengan latar belakang pendidikan yang tidak seberapa, mereka kemudian hanya menjadi pengangguran atau pekerja serabutan. Kalau tidak kuat iman, mereka ‘banting setir’ menjadi pelaku tindak kriminal hanya untuk menyambung hidup.


Tiap tahun banyak warga desa berurbanisasi ke kota hanya untuk mencoba suatu peruntungan dan berharap mereka sukses ditanah rantau.
Banyak dari mereka yang pulangnya membawa kebahagiaan namun tidak sedikit pula yang pulang ke daerah asalnya membawa kesedihan.

Pertanyaanya, mengapa mereka harus merantau? pertanyaan ini yang selalu terlintas dipikiran kita padahal desa adalah sebuah asset yang sangat luar biasa jika kita mau gali dan kita kembangkan potensi yang sudah ada didesa.


Harapan untuk DESAKU jadilah berdaya dan berwibawa, karena desa adalah kekuatan dan jati diri bangsa, kemajuan desa adalah kemajuan bangsa, kemajuan rakyat semua. Mulai saat ini, dari DESAKU, DESAMU, dan DESA KITA SEMUA, kita bangun BANGSA.