Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Tuesday, December 3, 2013

Bersatu Dan Maju / Bersama Kita Bisa


Pertemuan rutin PAWARTEP (paguyuban warga tepus perantauan)
yang diadakan setiap 2 bulan sekali diminggu kedua
Kita berkumpul disini tuk persahabatan

Kita berkumpul disini untuk kemajuan

Selamanya

Mari kita perkuat kebersamaan kita

Mari kita perkuat persaudaraan kita

Mari kita perkuat persatuan kita

Selamanya

Kawasan kita bersatu dan terus maju

Dunia kita bersatu dan maju selalu

Satu dunia satu cita-cita

Bersama kita bisa

Bersatu dan maju

Selamanya

Monday, December 2, 2013

Bengawan Sore

Ning pinggiring bengawan
Tansah setyo ngenteni sliramu
Eling eling jamane semono
Wis ndungkap petung ketigo

Ning pinggiring bengawan
Saben saben mung tansah kelingan
Wus prasetyo ing janji kang suci
Ing lahir terusing ati

Sanadyan koyo ngopo manungso
Mung biso ngreko lan njongko
Gusti kang paring idi lan pesthi
Kito sak dermo nglampahi

Ning pinggiring bengawan
Wayah sore tan soyo kelingan
Gawang gawang esemu cah bagus
Gawe sedihing atiku

Foto by Rumaniyah

Sunday, November 10, 2013

Keheningan Di Tepus Somorejo


Hari Yang Sepi
Di Pinggir Dusun Yang Permai
aku Sendiri Menata Hati

Dalam Hidupku,
Hari Yang Indah Berputar,
dan Kujalani Bersama Temanku

Walau Dusunku Sunyi
Kasih Sayang Bersemi
Terus Kurajut Tanpa Henti

Dalam Hati Bermohon
Rahmatilah Negeriku
Hidup Rukun Damai Abadi

Di Pagi Hari
Kudengarkan Burung Bernyanyi
dan Tetes Embun Sebening Hati

Dalam Hidupku
Seteduh Alam Dusunku
aku Syukuri Seiring Waktu

Monday, October 14, 2013

Untuk Bumi Kita " Tepus Somorejo "

Tepus somorejo

Nun jauh di sana, di ujung dunia
Aku datang, membawa harapan
Bersama kawanku, umat hamba Tuhan
Bersatu untuk, kelestarian alam

Bumi kita ini, taman kehidupan
Hutan dan lautan, direlung langit biru
Mari kita bersama, cegah kerusakan
Bersatulah wahai bangsa sedunia

Bersatu, bersatulah kawan
Bersatu dunia, untuk bumi kita
Lakukan, mari kita lakukan
Bergandengan tangan, untuk menjaganya
Tengadahkan tangan, memohon pada Tuhan
Selamatkanlah, anak cucu semua


Tuesday, September 10, 2013

Galeri Ndewan / Nderes





pohon kelapa kwalitas super

Proses memasak air nira/legen
Bibit kelapa/cikal


Proses mencetak gula/nitis

Gula kelapa cetak organik

Proses pembersihan bumbung wadah nira/gojok menggunakan air panas


Monday, September 9, 2013

Acara Adat Bersih Dusun Tepus Somorejo

Pertunjukan gelaran wayang kulit 
jaran kepang/jathilan
Bersih dusun/merti dusun sebenarnya sudah ada dari jaman dulu secara turun temurun. Awalnya dari istilah bersih desa/merti desa namun karena dilaksanakan di tingkat dusun maka menjadi bersih dusun. Pelaksanaan dari bersih desa dilakukan dibulan suro penanggalan jawa/dibulan muharram penanggalan hijriyah.

Berdasarkan penuturan dari beberapa tokoh masyarakat bersih desa sudah ada sejak jaman pemerintahan kelurahan Tepus. Dalam pelaksanaannya baru pada taraf selametan (dalam bahasa jawa ruwat bumi). Dilanjutkan generasi penerusnya dalam pelaksanaan selametan bersih desa diadakan pentas seni jathilan dan seni wayang kulit.

Pada waktu itu Tepus belum menjadi bagian dari desa Somorejo masih kelurahan Tepus dan lurahnya berkedudukan diwilayah Munggangsono, kemudian pada masa penjajahan digabung jadi satu dengan somorejo. Adapun lurah Tepus bernama Raden Sastro Prawiro. Dalam rangka penggabungan kelurahan tersebut dan dengan melestarikan adat tradisi budaya jawa yang telah lama berjalan, maka Lurah R.Sastro mengadakan musyawarah bersama dukuh dan perabot untuk tetap melestarikan adat budaya yang ada.

Pada awalnya tata cara bersih dusun dilakukan dari membersihkan lingkungan rumah dan lingkungan pedukuhan yang dilanjutkan pada makam Ki Noyo Pati dan Nyai Pawit / seorang tokoh dibalik cikal bakal berdirinya Tepus. Namun seiring berjalannya waktu pelaksanaan bersih dusun di Tepus sudah banyak perubahan. Dan sampai saat ini pelaksanaan bersih dusun antara lain :
Foto by Nduri ; kegiatan membersihkan lingkungan
1.      Membersihkan lingkungan
Hal ini dimaksudkan agar lingkungan masyarakat bersih dari sampah-sampah sehingga masyarakat akan terhindar dari berbagai penyakit. Namun yang lebih utama bahwa kita diharapkan tidak hanya bersih lahir saja namun batin juga ikut bersih.
Kemudian diadakan pertunjukan seni jathilan atau kuda lumping.

2.       Ziarah Makam Ki Noyopati dan Nyi Pawit
Dengan bertujuan agar masyarakat selalu ingat kepada tokoh tersebut  dan selalu menghormati beliau sebagai leluhur dan juga mengingatkan pada kita tentang sejarah berdirinya dari sebuah nama Tepus. Dengan harapan kita bisa mensuritauladani beliau dalam perjuangannya babat alas dan menjadi sebuah nama Tepus.

3.       Tahlillan se pedukuhan Tepus
Diadakan dimushola atau dirumah warga yang sudah ditentukan. Acara tahlil dilaksanakan sebulan sebelum acara puncak dimulai yaitu dibulan Besar (Dzulhijah) dan biasanya diadakan pemotongan kambing untuk acara makan bersama.

4.       Selametan atau Kepungan
Selametan atau kepungan ini biasanya dilaksanakan pada siang hari ditempat dimana akan digelar wayang kulit. Masyarakat berduyun-duyun datang dengan membawa tenong yang berisi makanan yang berujud nasi yang dibentuk menjadi golong dan tumpeng, lauk,  buah dan dilengkapi dengan makanan ringan. Adapun yang ketempatan untuk upacara adat bersih dusun, mereka juga mempersiapkan sesaji dan beberapa wujud persembahan.

Doa bersama yang dipimpin oleh bayan/kaum/Rois dilaksanakan setelah wayang kulit dimulai dengan cara menghentikan sementara pagelaran wayang tersebut. Seperti yang telah disampaikan diatas bahwa upacara adat jawa tekandung makna kias yang dalam dengan simbol-simbol namun sebenarnya banyak makna yang bisa diambil tuntunannya didalamnya.

Dengan diadakan selametan atau kepungan ini merupakan perwujudan syukur kepada Yang Maha Kuasa dan juga wujud dari kebersamaan dan kegotong-royongan masyarakat yang dalam istilah jawa " saiyek saeka proyo ". Mereka berkumpul bersama, berdoa bersama untuk nenek moyang yang telah meninggalkan kita, berdoa bersama untuk keselamatan semua warga masyarakat dan juga berdoa bersama untuk kemajuan segenap warga masyarakat agar diberi limpahan rahmat baik rahmat sehat, selamat dunia dan akhirat dan juga rahmat dengan wujud sejahtera lahir dan batin yang akhirnya akan sejahtera didunia dan sejahtera diakhirat.

5.       Pagelaran wayang Kulit Sehari Semalam
Puncak dari acara bersih dusun atau merti dusun ini adalah dengan digelarnya wayang kulit ini. Hal ini dilaksanakan sebagai wujud rasa suka cita atas hasil bumi yang telah didapatkan juga bertujuan untuk melestarikan salah satu bentuk budaya daerah, khususnya budaya jawa. Dipilihnya wayang kulit sebagai puncak acara upacara adat ini karena wayang kulit merupakan budaya yang tidak hanya sekedar tontonan namun juga berisi tuntunan dan juga dengan tatanan.

Pagelaran ringgit purwo
Tontonan adalah hiburan yang bisa dilihat dengan mata dan akan membuat kita merasa senang dan terhibur. Dengan melihat wayang kulit kita akan terhibur, banyak kreasi yang muncul dan guyonan yang membuat kita bisa tertawa sehingga pikiran menjadi segar.

Tuntunan dalam cerita wayang kulit banyak hikmah yang bisa kita ambil, banyak suri tauladan dari tokoh pewayangan yang dapat kita contoh, banyak wejangan yang bisa kita ambil maknanya sampai pada informasi terkinipun dapat disebar luaskan lewat wayang kulit ini. Bahkan penyebaran agamapun bisa dilakukan dengan media ini.

Tatanan, pagelaran wayang kulit tidak hanya asal-asalan namun ada patokan-patokan yang mesti dilakukan, dalam istilah jawanya pakem. Baik dari dalang, waranggono, maupun pemain musiknya. Ada aturan-aturan khusus yang mereka lakukan. Inilah keunikan budaya jawa. Sehingga kenapa generasi muda banyak yang tidak suka dengan budayanya sendiri karena mereka berfikir ini sangat sulit, pelik, rumit, ribet dan kuno. Namun tanpa kita mau melestarikan maka budaya akan hilang dan kita akan kehilangan jati diri.
Begitulah kira-kira gambaran tentang upacara adat bersih dusun atau merti dusun yang ada didusun Tepus, pada intinya bahwa segala bentuk upacara adat didalamnya terkandung pesan moral yang sangat dalam, tidak bisa dimaknai dari segi fisik kegiatan semata namun lebih pada pendekatan estetika dan norma adat yang ada. Karena adat istiadat dan budaya sebuah bangsa adalah pencerminan dari tata etika dan norma bangsa itu sendiri.
Sebagai mana para pujangga bilang “ ARUMING BANGSA MERGA SAKA LUHURING BUDAYA ”.

Tuesday, August 6, 2013

Jalur 30 Somorejo


Mengingatkan masa sekolah menengah yang membutuhkan perjuangan yang luar biasa untuk bisa sampai kesekolahan dikarenakan jarak tempuh yang terlalu jauh untuk para siswa khususnya yang dari dusun Tepus desa somorejo.
Bisa dibayangkan para siswa berangkat dari rumah pukul 05.00 pagi dan harus berjalan dengan jarak tempuh kurang lebih 5 - 7 km hanya untuk mendapatkan jam pertama pemberangkatan kopada menuju kesekolahan untuk menghindari keterlambatan saat masuk sekolah.
Dan yang menarik adalah saat penumpang didalam kopada penuh para siswa sekolah naik diatap kopada,mungkin wajar kalau hanya 1 atau 2 orang saja akan tetapi ini sebuah fakta,penumpang yang diatap bisa lebih banyak dari penumpang yang didalam.sebuah ironi angkutan pedesaan yang jumlahnya sangat minim tak sebanding dengan jumlah pengguna/penumpang kala itu.

Jalur 30 Purworejo-krendetan-somorejo-pp
Sekarang kondisinya berbalik, sesuai dengan berkembangnya ekonomi para warga secara tidak disadari sudah merubah keadaan pada masa yang lalu, ini ditandai dengan para warga sudah menggunakan kendaraan bermotor pribadi apabila ingin bepergian atau kepasar bahkan kesekolah.Dan sebuah ironi angkudes/kopada tarikanmu kini tak seramai dulu.

Angkudes desa somorejo
Kopada jalur 30

Monday, July 22, 2013

Bali Ndeso Mbangun Deso



Motto Bali Ndeso Mbangun Deso ( kembali ke desa membangun desa ) bagi orang Jawa pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya, bukanlah motto yang susah untuk dimaknai. Motto itu menggunakan bahasa Jawa sehari-hari, mengandung makna yang gampang dicerna serta mengandung semangat untuk bekerja

Lebih-lebih dalam kurun beberapa tahun terakhir ini, motto Bali Ndeso Mbangun Deso seolah membumi di Jawa Tengah dan muncul hampir di semua kesempatan pertemuan apakah itu pertemuan antar para pejabat, pertemuan pejabat dengan rakyat atau pertemuan di kalangan rakyat sendiri. Tidak heran, karena motto itu dipopulerkan oleh Gubernur Jawa Tengah H. Bibit Waluyo, bahkan sudah populer sebelum H. Bibit Waluyo menjabat sebagai Gubernur, karena motto itu digunakan sebagai program yang ditawarkan H. Bibit Waluyo kepada rakyat untuk menuju Jawa Tengah 1 pada Pilgub tahun 2008 yang lalu. Oleh karena itu, motto Bali Ndeso Mbangun Deso menjadi identik dengan sosok H. Bibit Waluyo.

Berawal dari keprihatinan melihat masih banyaknya penduduk miskin, pengangguran, penyandang masalah kesejahteraan sosial, padahal Jawa Tengah merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia dan sangat potensial untuk dikembangkan. Di perlukan reorientasi kebijakan pembangunan yang mengarah kepada pembangunan pedesaan.

65 % masyarakat Jawa Tengah berdomisili di pedesaan dan mayoritas bermata pencaharian pada sektor pertanian dalam arti luas, yang meliputi pertanian lahan basah dan kering, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan serta usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan industri padat karya. Sisi lain yang amat strategis karena desa merupakan miniatur Negara serta penyangga kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, bahkan pertahanan dan keamanan Negara.

Konsep Bali Ndeso Mbangun Deso mengandung pengertian untuk mengarahkan kembali orientasi pembangunan ke pedesaan yang bersifat menyeluruh, terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia, alam, lingkungan, sosial, budaya, politik dan kewilayahan.

Dengan mengerahkan potensi masyarakat Jawa Tengah yang memiliki pengetahuan, keterampilan, tekhnologi dan informasi untuk ditularkan kepada masyarakat pedesaan. Demikian pula bagi mereka yang memiliki kekayaan atau modal besar, dapat memberikan bantuan modal usaha atau bertindak sebagai bapak angkat guna melindungi, memasarkan dan mengembangkan usaha produktif yang dilakukan masyarakat pedesaan.

Bali Ndeso Mbangun Deso sebagai gerakan pembangunan untuk pemberdayaan masyarakat desa, harapannya agar masyarakat desa bangkit, kreatif, inovatif dan bekerja keras serta mampu mendayagunakan potensi sumberdaya yang ada di desanya masing-masing untuk kemajuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

Tuesday, July 9, 2013

Gula Semut Tepus Somorejo Ke Pasar Dunia

Nira yang mulai mengental dalam proses pembuatan gula semut

Keberadaaan gula semut atau gula kelapa di pasar dalam negeri memang belum dikenal. Namun komoditas agro asal dusun Tepus desa Somorejo kecamatan Bagelen kabupaten Purworejo ini ternyata sudah menembus pasar internasional. Gula semut asal Tepus somorejo masih diproduksi secara tradisional, menjadi produk unggulan One home One Product. Program ini melibatkan ratusan petani dan sudah menembus pasar luar negeri.

Gula semut memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi dengan jangkauan pasar yang cukup luas meliputi Amerika, Jepang, Taiwan, hingga Australia dan Eropa. Saat ini pemasaran gula semut memang diprioritaskan untuk ekspor.
Gula semut organik produk unggulan dusun tepus

Memiliki aroma yang khas gula ini memang tidak jauh berbeda dengan gula jawa lainnya, hanya saja bentuknya serbuk dan memiliki aroma khas serta organik. “Produksi sudah mencapai puluhan ton per bulan,” ungkap ibu Sri, salah satu penampung produk gula semut didusun Tepus

Harga gula semut per kilogramnya memang relatif sedikit lebih mahal dari gula biasa. Harga per kilogramnya dipatok Rp15.000 – Rp18.000, dengan harga jual ekspor sekitar Rp21.500 per kilogramnya.

Diakui olehnya jika saat ini masih belum dapat menampung semua produksi petani, hal itu lebih disebabkan karena terbatasnya modal dan kapasitas gudang.

Saat ini petani gula semut didusun Tepus sudah memiliki label sertifikasi sebagai produk organik yang berstandar internasional.Sudah ada buku panduan Internal Control System (ICS) produk Gula Kelapa Organik yang mengacu pada EU Regulation, NOP-Standar Organik Amerika, dan JAS- Standar Organik Jepang.
Label ICS kelapa organik ditempel dipohon kelapa yang lulus verifikasi

Pembibitan cikal dan pola jarak tanam

Wednesday, May 1, 2013

Mari Bangun Dusun Kita Tercinta " Tepus Somorejo "


Lembah pedukuhan Tepus, foto diambil dari puncak gunung Agung
Sudah sewajarnya, setelah kita menyelesaikan studi pada tingkatan tertentu pastilah orientasinya pada Lapangan Pekerjaan. Karena memang itu hak setiap individu dan merupakan kebutuhan primer. Akan tetapi menjadi tidak wajar ketika kita “ mencari makan” di lain tempat lantas lupa dengan tempat dimana kita telah dilahirkan, dibesarkan dan tempat yang telah membentuk kepribadian kita ini. Jangankan mereka yang berada jauh disana, kadangkala yang dekatpun seolah tidak peduli dengan perkembangan desa kita.

Tidak bisa dipungkiri, kadang kita terlena oleh glamour kehidupan ditempat yang lebih menjanjikan, dan kesibukan yang terus memojokkan kita. Tapi itu bukan berarti menjadikan alasan untuk semakin meminggirkan dimana tempat kita terlahir (Tepus) didalam diri kita. Kepribadian, semangat, polapikir, bahkan darah di dalam tubuh kita merupakan jelmaan dari sebuah kehidupan yang secara tidak langsung mempunyai ikatan batin kekeluargaan dan culture yang sama. Persamaan hal itu yang secara tidak kita sadari, bahwa dalam jiwa yang saling berjauhan ini kita disatukan oleh satu semangat yaitu “Keluarga Besar Pedukuhan Tepus”.

Dari sinilah sebenarnya permasalahan itu muncul dan inti dari tulisan ini. Akan kita cari tahu bersama dan kita resapi apa yang telah kita lakukan untuk tanah kelahiran kita. Kalau kita mau flashback kemasa kanak – kanak kita, coba bayangkan betapa indahnya saat itu. Keceriaan, kegembiraan, canda, tawa, bahkan tangis, sedih, haru, dan sepenggal kisah “kenakalan” di masa kanak-kanak kita. Tempat kita lahir telah memberikan seluruhnya yang dia punyai agar kehidupan kita lebih berwarna dan indah.

Masih ingatkah keceriaan kita saat mandi di sungai (ciblon) dikedung jumbleng, disolongan mbekukung, tawu dikali cari ikan kutuk, wader, chithul, urang, cari plong (sarang jungkang). Betapa cerianya bermain dihutan cari jangkrik, cari burung, cari kayu bakar, panjat pohon (penek'an wit), ngarit/ramban. Bagaimana rasa jambu mente, duet, salam, nanas, nam-naman, degan, pelem dan pakel?

Dimanakah letak mengger, puthuk watu, dimana kita bisa main layang - layang, main mblanthong, senangnya kita main bersama - sama, main betengan, main gobak sodor, main bis bis thung (petak umpet), main plorodan pake bongkok, main perang - perangan mengikuti adegan serial tv berjudul combat, senangnya kita saat ada pertunjukan wayang dan jaran kepang/incling diacara merti deso (bersih deso).

Keceriaan diSDN Tepus, saat tiba jam istirahat sekolah kita bermain kasti, engklek, gamparan, cutat (patel lele), seguh, jepretan karet, uthit, gatheng, bal bekel, dir -diran/panda/dudutan, adu gambar wayang ada yang curang jagonya digamblok dsb. Sepenggal dari kisah indah masa kecil dari sekian banyak kejadian yang telah kita alami. Cobalah kita flashback dan renungi bersama, mencoba mengingatkan betapa bersyukurnya kita dilahirkan didusun Tepus.

Akan tetapi semua itu seolah ironis dengan kehidupan sekarang. Sudahkah kita berterima kasih atas keceriaan, kegembiraan dan semua yang telah Tepus berikan? Pernahkan kita berfikir , konstribusi apa yang pernah kita berikan? Seberapa besar kita bisa membalas? Bagaimana kepedulian kita terhadap perkembangannya? Seberapa perhatian kita? Dan masih banyak lagi hal - hal sepele yang kadang kita lupa begitu saja seolah acuh - tak acuh dengan dusun Tepus  kita tercinta. Apakah itu adil saudaraku? Jawaban ada di diri kita semua. Silahkan kita renungi, kita resapi dan kita jawab lewat hati kita masing-masing.

Semua belum terlambat, lebih baik bertindak dari pada tidak sama sekali. Mulai saat ini marilah kita peduli dengan perkembangan desa kita, marilah bersama satukan langkah, bulatkan tekad demi kemajuan dusun Tepus. Bukan waktunya untuk acuh lagi, sekarang masa depan ada ditangan kita. Ajakan ini tertujukan kepada semua pihak yang terketuk hatinya dan mau berbagi ide pemikirannya. Peran aktif kita semua sangat dibutuhkan, mari saling bahu membahu untuk membangun kemajuan bersama. Tidak ada kemerdekaan tanpa perjuangan.

Mari bersama untuk memahami, mengerti, mencintai dan mensyukuri…

Tepus Somorejo Menanti Kita…. Gregah, Gumregah, Anggayuh Mukti!!

Menggeran / puthuk ngebonan

Dari DESAKU, DESAMU dan DESA KITA SEMUA kita bangun BANGSA.

Sunday, April 14, 2013

faktor Musim & Produksi Gula Semut Berkelanjutan



Pak Sin salah satu penderes nira didusun tepus


Faktor musim masih menjadi kendala utama pengrajin gula semut untuk memproduksi gula semut secara berkelanjutan. Bagi pengrajin gula semut, perubahan musim khususnya dari musim kemarau yang panas menjadi musim penghujan yang dingin masih menjadi kendala untuk memproduksi gula semut.Menurut penderes, sebut saja Pak Ardan (Ketua RT 03 RW 05) di dusun Tepus mengungkapkan warga penderes masih beralasan bahwa dia tidak bisa membuat gula semut karena kurang mendukungnya permulaan musim penghujan. Biasanya mereka mengatakan seolah musim menjadi faktor utamanya, seperti yang diungkapkan oleh Pak Ardan, bahwa "ini lagi musimnya mas, musimnya lagi jelek, sehingga air nira rusak (keruh) dan susah dibuat untuk menjadi gula semut".Berbeda dengan pengerajin gula semut yang lain, seperti Pak kelik dari RT 04 RW 05, mengatakan bahwa "untuk membuat gula semut itu hanyalah masalah pengelolaan dan perawatan dari masing-masing penderes, pengelolaan produksi gula semut yang bersih, disiplin, dan rajin saat membersihkan bumbung dengan air panas (gojok _ bahasa tepus) pasti air nira tidak akan pernah rusak, dan saya alhamdulillah bisa setiap hari membuat gula semut"Dua pendapat yang sangat berkebalikan dan mempunyai alasan tersendiri untuk diyakini, tetapi dalam hal ini, menurut saya bahwa perawatan dan pengelolaan produksi merupakan menjadi faktor penting untuk juga diperhatikan sebelum kita menyalahkan musim sebagai faktor utama penghambat membuat gula semut berkualitas.

Monday, March 11, 2013

Obyek Wisata Watulumang

watu gunung/pucuk watulumang



watulumang tampak dari sisi barat

watulumang tampak dari sisi timur

Tuesday, March 5, 2013

Sepenggal Cerita Sejarah Tepus


     Alkisah disebuah tempat yang masih berupa hutan semak belukar yang belum berpenghuni ada seorang pengembara sakti yang bernama Ki Tumenggung Prawiro negoro atau disebut juga dengan Ki Noyo pati.
     Beliau konon seorang punggawa kerajaan yang suka mengembara dan tibalah beliau disebuah alas yang bernama mranggi. Kemudian beliau tinggal atau menetap dialas mranggi dan memulai babat alas mranggi dan memulai babat alas dari arah utara (lor / bahasa jawa).
     Disisi lain masih dikawasan hutan yang sama ada seorang priyayi dengan sebutan Nyi Siti Mudrikoh atau sering disebut Nyai Pawit juga melakukan babat alas dari sebelah selatan (kidul) yaitu diwilayah alas segondel.
     Seiring berjalannya waktu ki Noyo Pati yang babat alas dari arah utara menggunakan sabit/arit (deres) tibalah ditengah-tengah kawasan hutan lalu beliau berhenti untuk melaksanakan ibadah sholat dzuhur.
Tanpa disengaja diwaktu yang sama Nyi Pawit yang juga sedang babat alas dari arah selatan dengan menggunakan api (di lagar) juga sampai ditengah-tengah kawasan hutan tersebut. Beliau juga hendak beristirahat untuk melaksanakan sholat dzuhur maka beliau mematikan lagaran apinya dengan air yang berasal dari mata air yang berada ditengah hutan tersebut.
     Dan pada akhirnya Ki Noyo pati dan Nyi Pawit bertemu ditengah hutan yang mereka babat dari arah yang berlawanan dan mereka akhirnya berembuk dan bersepakat untuk mengakhiri kegiatan babat hutannya karena sudah " tepus " antara alas lor (mranggi) dan alas kidul (segondel) dan mereka berdua bersepakat bahwa alas yang sudah mereka babat untuk dinamakan Tepus dari kata lain tempuk (jawa)/bertemu.
Menurut sumber dari sesepuh Tepus, ki Noyo pati kembali ke alas mranggi dan beliau menetap disana sampai beliau wafat dan alas mranggi sampai sekarang disebut Mranggen.
     Sedangkan Nyai Pawit memutuskan untuk tinggal disekitar tempat pertemuan atau ditengah-tengah Tepus dekat mata air yang konon jaman dahulu mengeluarkan mata air sangat deras sehingga bisa buat menyiram lagaran api yang buat babat alas. Konon mata air itu hingga sekarang tidak kering meskipun musim kemarau, dan penduduk menamakan mata air itu dengan sebutan Mbeji (sumber kaping siji) / mata air yang pertama. Konon kabarnya air dari Mbeji bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit dan penduduk sudah banyak membuktikannya.
     Sampai kini Nyai pawit bersemayam di sekitar Mbeji, sekarang dekat sekolahan  SD N Tepus sedangkan ki Noyo pati bersemayam diwilayah mranggen dekat masjid Al Huda Tepus.

Monday, March 4, 2013

Uwi si umbi yang mulai dilupakan

pohon uwi
Uwi merupakan jenis umbi-umbian pangan. Aslinya berasal dari Asia Tenggara Lalu tersebar ke India, Semenanjung Malaya, dan Pasifik. Banyak kultivarnya yang memiliki umbi berwarna ungu sehingga dalam bahasa Inggris dikenal sebagai purple yam dan bersifat generik. Umbi uwi yang mempunyai nama latin “Diocorea alata” ini banyak ditemukan didaerah pedesaan. Umbi uwi kini mulai dilupakan oleh masyarakat dikarenakan sekarang sudah banyaknya makanan yang beredar di masyarakat yang rasanya lebih enak diterima lidah manusia.

Sering kita dengar hal yang aneh ketika kita mengkonsumsi aneka ragam produk pangan yang sudah jarang didapat. Jika makanan seperti umbi-umbian (umbi uwi) tersedia di sebuah rumah tembok kalangan menengah ke atas diartikan penghuni tersebut sedang menikmati makanan tradisional, bernostalgia, atau mencicipi makanan langka. Namun jika makanan seperti umbi uwi tersedia di sebuah rumah kayu kalangan bawah/kurang mampu diartikan bahwa keluarga tersebut memang benar-benar miskin hingga tak mampu membeli beras, ataupun camilan roti.

Padahal umbi uwi merupakan makanan alternative pengganti karbohidrat yang menyehatkan karena didalamnya terdapat kandungan-kandungan yang berguna bagi tubuh kita dan juga cocok bagi penderita Diabetes mellitus. Penggunaan masa kini bahkan dipakai sebagai komponen rasa bagi es krim, susu, kue tart, serta cake. Walaupun umbi uwi jarang kita temukan dipasar-pasar menengah keatas, akan tetapi masih dapat kita temukan di pasar-pasar tradisional yang berada dipedesaan.

Sebenarnya kalau kita cermati pada musim kemarau walaupun anomali cuaca membuat hujan sesekali turun di beberapa tempat dan menyebabkan banjir. Salah satu kekawatiran yang muncul saat menghadapi musim kemarau ialah bencana kelaparan akibat kekeringan di beberapa wilayah. Kekeringan membuat tanaman (pangan) tak sanggup bertahan hidup, kelangkaan pangan pun terjadi saat dimana kekawatiran akan langkanya pangan, justru saat itulah banyak umbi-umbian yang siap untuk dipanen seperti umbi uwi.

umbi uwi

Ciri-ciri fisik uwi

- Habitat : Umbi uwi sering kita jumpai dialam bebas (Herba), yang hidup merambat dengan panjang ± 10 m.

- Batang : Tekstur batang agak lunak dengan bentuk segi empat yang berdiameter 1-4 cm dan panjang ruas ±14cm

- Daun : Daun tunggal dengan bentuk perisai yang tepinya rata, ujung meruncing yang pangkal berlekuk, pertulangan melengkung, permukaan licin. panjang 15-20 cm, lebar 10-15 cm, tangkai daun bentuk segi empat, hijau.

- Bunga : Bunga majemuk, bentuk bulir, di ketiak daun, bulir jantan tersusun rapat.panjang 1-3 cm, bulir betina tersusun tidak rapat, panjang 2-5 cm, mahkota hijau, panjang ± 2 mm, ungu.

- Buah : Bentuk lonjong, berdaging dengan diameter 2-7 cm, berwarna coklat.

- Akar : Berakar serabut dengan warna putih kecoklatan.

Ada beberapa keunggulan/khasiat umbi uwi diantaranya:

1. Dapat menjadi bahan pangan yang aman bagi penderita diabetes karena mengandung kadar gula rendah.

2. Mudahnya pengolahan uwi menjadi tepung, cukup menggunakan metode tradisional.
Cara pembuatannya:
Uwi diparut kasar, kemudian direndam dengan air kapur untuk memisahkan parutan dengan getahnya. Air getah uwi itu bisa untuk pestisida yang ramah lingkungan,"
Parutan yang sudah dikeringkan, dapat langsung diolah menjadi tepung.
Tepung dari uwi ini dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai macam makanan, seperti kue dan mie. Rasa tepungnya sendiri tawar, jadi gampang divariasikan.

3. sebagai obat bengkak. cara pembuatannya:
Untuk obat bengkak dipakai ± 100 gram Uwi basah, dicuci dan ditumbuk halus, dibalurkan pada bagian yang bengkak.

4. Mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Kandungan kimiawi

- alkaloida

- saponin

- flavonoida

- politenol.

- Glikemik rendah (lebih rendah dari nasi), sehingga dapat digunakan sebagai alternatif makanan sumber karbohidrat yang bermanfaat bagi kesehatan. Cocok dikosumsi bagi penderita Diabetes mellitus.

Tanaman umbi uwi sebenarnya tanaman yang banyak kegunaanya bagi kehidupan manusia dilihat dari manfaat dan kemudahan dalam menanam maupun pengolahan. Tanaman umbi uwi merupakan tanaman yang mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan apapun sehingga petani  sangat mudah dalam membudidayakan umbi uwi tersebut sehingga umbi uwi tidak harus hilang dari daftar pangan alternative pengganti karbohidrat yang menyehatkan.