Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Tuesday, March 5, 2013

Sepenggal Cerita Sejarah Tepus


     Alkisah disebuah tempat yang masih berupa hutan semak belukar yang belum berpenghuni ada seorang pengembara sakti yang bernama Ki Tumenggung Prawiro negoro atau disebut juga dengan Ki Noyo pati.
     Beliau konon seorang punggawa kerajaan yang suka mengembara dan tibalah beliau disebuah alas yang bernama mranggi. Kemudian beliau tinggal atau menetap dialas mranggi dan memulai babat alas mranggi dan memulai babat alas dari arah utara (lor / bahasa jawa).
     Disisi lain masih dikawasan hutan yang sama ada seorang priyayi dengan sebutan Nyi Siti Mudrikoh atau sering disebut Nyai Pawit juga melakukan babat alas dari sebelah selatan (kidul) yaitu diwilayah alas segondel.
     Seiring berjalannya waktu ki Noyo Pati yang babat alas dari arah utara menggunakan sabit/arit (deres) tibalah ditengah-tengah kawasan hutan lalu beliau berhenti untuk melaksanakan ibadah sholat dzuhur.
Tanpa disengaja diwaktu yang sama Nyi Pawit yang juga sedang babat alas dari arah selatan dengan menggunakan api (di lagar) juga sampai ditengah-tengah kawasan hutan tersebut. Beliau juga hendak beristirahat untuk melaksanakan sholat dzuhur maka beliau mematikan lagaran apinya dengan air yang berasal dari mata air yang berada ditengah hutan tersebut.
     Dan pada akhirnya Ki Noyo pati dan Nyi Pawit bertemu ditengah hutan yang mereka babat dari arah yang berlawanan dan mereka akhirnya berembuk dan bersepakat untuk mengakhiri kegiatan babat hutannya karena sudah " tepus " antara alas lor (mranggi) dan alas kidul (segondel) dan mereka berdua bersepakat bahwa alas yang sudah mereka babat untuk dinamakan Tepus dari kata lain tempuk (jawa)/bertemu.
Menurut sumber dari sesepuh Tepus, ki Noyo pati kembali ke alas mranggi dan beliau menetap disana sampai beliau wafat dan alas mranggi sampai sekarang disebut Mranggen.
     Sedangkan Nyai Pawit memutuskan untuk tinggal disekitar tempat pertemuan atau ditengah-tengah Tepus dekat mata air yang konon jaman dahulu mengeluarkan mata air sangat deras sehingga bisa buat menyiram lagaran api yang buat babat alas. Konon mata air itu hingga sekarang tidak kering meskipun musim kemarau, dan penduduk menamakan mata air itu dengan sebutan Mbeji (sumber kaping siji) / mata air yang pertama. Konon kabarnya air dari Mbeji bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit dan penduduk sudah banyak membuktikannya.
     Sampai kini Nyai pawit bersemayam di sekitar Mbeji, sekarang dekat sekolahan  SD N Tepus sedangkan ki Noyo pati bersemayam diwilayah mranggen dekat masjid Al Huda Tepus.

1 comment:

  1. Saya baru tahu tentang sejarah terbentuknya dusun Tepus

    ReplyDelete