Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Saturday, July 30, 2016

Lepas pandang di Gunung Agung Bagelen


Gunung Agung terletak di perbatasan antara dusun Ngargo Hargorojo, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah dan dusun  Plampang 1 Kalirejo Kokap Kulonprogo DIY. Tempat ini masuk kawasan pegunungan Menoreh, yang memiliki panorama keindahan alam yang masih asri.


Pegunungan Menoreh sendiri merupakan kumpulan dari banyak gugusan perbukitan yang di penuhi dengan dataran tinggi, lembah, dan jurang. Di puncak Gunung Agung terhampar pemandangan menakjubkan, ke arah selatan akan terlihat laut selatan dengan deburan ombaknya yang tinggi. Ke arah utara terlihat  hamparan perbukitan yang banyak di tumbuhi pepohonan serta hamparan gunung-gunung seperti Gunung Kukusan yang terlihat lebih dekat dan yang nampak lebih jauh Gunung Sindoro Sumbing akan tampak jelas jika dipagi hari. Ke arah timur ada  Gunung Telu (tiga) tampak berbaris dengan gagah di Kulonprogo, Yogyakarta. Ke arah barat terlihat  hamparan sawah dengan tanaman padinya laksana lembaran karpet dan tampak juga di kejahuan kali Bogowonto yang berkelok di Bagelen Purworejo.
Dengan latar pegunungan maka sunrise akan muncul dengan panorama yang sangat indah dengan perlahan Matahari seolah-olah muncul dari balik gunung.

Untuk berkunjung ke sini bisa dari pusat kota Purworejo dan  membutuhkan waktu kurang lebih satu jam hingga sampai puncak gunung Agung. Dari alun-alun Purworejo ambil jalan ke arah Jogja, sesampai pasar Krendetan jl Jogja-Purworejo km 13, tepatnya di SLTP N17 Krendetan langsung pilih jalan ke desa Somorejo. Dari Somorejo lewati jalan nanjak terus kaya jalur puncak di Bogor dan akan sampai di dusun Tepus dari sini gunung Agung sudah nampak kelihatan.  Saat masuk dusun Tepus, dusun yang terkenal dengan suhu dingin , dan salah satu dusun penghasil gula semut organik kwalitas ekspor ini juga memiliki suasana pemandangan alam yang sangat indah untuk dinikmati. Jalan yang menanjak dan berliku bisa sebagai pemicu andrenalin dan memberikan kesan yang menakjubkan.

Wednesday, June 8, 2016

Desaku Yang Kucinta


Desaku yang kucinta pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
Dan handai taulanku
Tak mudah ku lupakan
Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan desa ku yang permai


Penggalan lirik lagu desaku mengingatkan akan kenangan indah dimasa yang telah lalu disebuah wilayah pelosok desa yang jauh dari hingar bingarnya keramaian kota. Peribahasa mengatakan ( adoh ratu caket watu ) yaitu dusun Tepus, desa Somorejo, kecamatan Bagelen, kabupaten Purworejo.

Desaku yang kucinta, tempat aku dilahirkan dan menjadi tahu seperti apa itu arti dari sebuah kehidupan, pribadi kecil ini berkomitmen akan kembali ke desa. Mencoba mendedikasikan seluruh kapasitas dan potensi yang dimiliki untuk desaku, melalui tulisan sederhana ini, semoga kita semua bisa bercermin dan melihat di sekeliling kita, bahwa di desaku, desamu dan desanya sedang berlangsung ketertinggalan.

Kembalilah ke desa kita masing-masing, sesungguhnya desa memerlukan anak-anak bangsa yang sangat peduli dengan desanya sebagai bentuk pengabdian.


Mari Bangun Desaku Desamu Desa kita

Thursday, May 5, 2016

Dari Desa Membangun Bangsa


Siapapun paham betul bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi sumber daya alamnya. Surga dunia bisa dibilang, karena semua telah tersedia, hanya tinggal menikmati dan merawatnya saja sebenarnya. Namun laksana terlena oleh berbagai anugerah kemudahan, sejumlah kalangan menyebut bahwa hingga 70 tahun merdeka, kekayaan alam itu tak terkelola secara maksimal. Salah satu sebabnya adalah karena paradigma pembangunan yang menempatkan desa sebagai obyek yang tidak diberdayakan, termarginalkan. Hal tersebut didukung dengan kenyataan masyarakat miskin umumnya berada di desa-desa yang terpencil utamanya.

Desa identik dengan keterbelakangan serta penumpukan angkatan kerja produktif yang menganggur menunggu peruntungan untuk mendapatkan pekerjaan, yang pada akhirnya terjadi eksodus, urbanisasi besar-besaran sehingga potensi desa semakin tenggelam, ditinggalkan oleh sumber daya manusianya. Kini yang desa miliki tinggal sumber daya manusia yang bisa dibilang tidak produktif lagi.

Saat ini desa sudah mendapatkan pengakuan dengan lahirnya UU yang memberikan porsi untuk memprioritaskan desa. Desa sudah siap membangun. Saat ini pemberdayaan desa dengan semua potensi sumber daya baik sumber daya alam maupun manusianya merupakan suatu keniscayaan dan membutuhkan komitmen yang kuat dan konsisten dari pemerintah desa, masyarakat desa sendiri dan seluruh pihak yang terkait demi kelangsungan, kemajuan desa yang berdikari.

Kerja membangun desa membutuhkan ketulusan dan ikhtiar yang konsisten yang melibatkan seluruh stakeholder yang ada di desa, baik pemerintah maupun masyarakat desa. Setelah ada pengakuan,  pemberian kewenangan, serta dukungan alokasi dana yang besar, desa harus bisa menjaga dan merawat kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya. Budaya gotong royong, toleransi, dan bekerja keras jangan sampai tergerus oleh modernisasi yang mengarah pada sikap individualistik. Kearifan lokal daerah penting untuk tetap dijaga kelestariannya, bahkan perlu untuk senantiasa dikembangkan, ditularkan ke segenap hati masyarakat laksana virus kebaikan yang nantinya akan menginfeksi setiap masyarakat menuju kemajuan dan kesejahteraan.

Pengembangan tidak hanya sampai di tingkat kabupaten/kota saja, akan tetapi harus bisa menembus tingkat nasional bahkan internasional. Bukankah menjadi suatu kebanggaan sekaligus merupakan daya ungkit bagi desa dalam proses pembangunannya bila desa dengan membawa hasil karyanya, potensi khasnya mengharumkan nama desa, daerah bahkan bangsanya dimana nantinya akan diiringi oleh kemajuan-kemajuan pada bidang-bidang lainnya.

Untuk DESAKU jadilah berdaya dan berwibawa, karena desa adalah kekuatan dan jati diri bangsa, kemajuan desa adalah kemajuan bangsa, kemajuan rakyat semua. Mulai saat ini, dari DESAKU, DESAMU, dan DESA KITA SEMUA, kita bangun BANGSA.