Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Sunday, December 24, 2017

Pemuda Bangun Desa Terbangun

     Disela-sela waktu santai sambil ngopi terkadang terlintas pikiran yang mungkin agak kacau dan tidak bermutu. Mengapa desa yang notabene memiliki kekayaan alam yang melimpah dan sumber daya alam yang tak terhitung justru malah mengalami ketertinggalan?, sampai disitu kadang pemikiran yang mungkin agak nyleneh itu muncul.
     Padahal sumber bahan makanan pokok diperkotaan semuanya dipasok dari desa. Desa memiliki lahan yang luas, wilayah yang strategis dan kondisi memungkinkan untuk berkarya menciptakan sebuah produk. Dengan daya dukung sumber daya manusia hebat yang ada didesa ditambah dengan sumber daya alam yang melimpah ruah serta ditunjang dengan keamanan yang kondusif, harusnya basis pembangunan nasional adalah pedesaan.
     Pembangunan pada prinsipnya sebuah sistematis yang dilakukan oleh masyarakat atau warga setempat untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik dari apa yang dirasakan sebelumnya. Namun demikian, pembangunan juga merupakan proses bertahap untuk menuju kondisi yang lebih ideal. Karena itu, proses pembangunan perlu beberapa tahapan yang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dengan mempertimbangkan aspek persoalan yang akan dihadapi.
     Keberadaan pemuda sebagai penggerak untuk merubah keadaan harusnya memainkan posisi yang strategis. Artinya pemuda adalah kader penerus kepemimpinan didesa, pelopor pembangunan, penyemangat kaum remaja dan para kaum milenial.
Peran pemuda yang bisa dilakukan sebagai kader penerus yaitu; sebagai organizer yang menata dan membantu memenuhi kebutuhan warga desa; sebagai mediamaker yang berfungsi menyampaikan aspirasi, keluhan dan keinginan warga; sebagai leader, pemimpin dimasyarakat, menjadi pengurus publik/warga.
     Setidaknya peran itulah yang harus dilakukan pemuda dalam proses pembangunan desa. Dan yang terpenting pemuda harus berpartisipasi dalam mempraktikan nilai-nilai luhur budaya lokal dan agama serta membangun solidaritas sosial antar warga, aktif dalam membangun dan mengembangkan wadah atau organisasi yang memberikan manfaat bagi warga, memajukan desa dengan memperbanyak belajar dan menciptakan hasil karya yang bermanfaat bagi warga, berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa.
     Proses pembangunan desa akan dapat dirasakan manfaatnya apabila perencanaanya mengikut sertakan warga desa terlibat dalam penyusunan setiap program yang diagendakan. Sikap gotong royong, bahu membahu dan saling menjaga antar warga harus diutamakan demi terciptanya pembangunan desa yang lebih baik dan bermartabat.
     Nyanyian itu akan terus menggema wahai para jiwa muda.

Bangun pemudi pemuda indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

     Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas
     Tak usah banyak bicara trus kerja keras
     Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih
     Bertingkah laku halus hai putra negri

" Indonesia tak tersusun dari batas peta, tapi gerak dan peran besar kaum muda " (mengutip kata dari Najwa Shihab).

Thursday, September 14, 2017

Tradisional Swadaya Swakarya Atau Swasembada

     Menurut buku yang pernah penulis baca, ada beberapa klasifiksasi tentang desa menurut perkembanganya, diantaranya:

Pertama, Desa Tradisional
     Desa tradisional atau disebut juga pra-desa adalah tipe desa pada masyarakat suku terasing yang seluruh kehidupan masyarakatnya masih sangat bergantung pada alam sekitarnya. Ketergantunganya itu terdapat pada cara bercocok tanamnya, cara pemeliharaan kesehatan, pengobatan dan pengolahan makanan. Pada desa seperti ini penduduknya cenderung tertutup atau kurang komunikasi dengan daerah lain. Dengan demikian sistem perhubungan dan pengangkutan tidak berkembang.

Kedua, Desa Swadaya
     Adalah desa yang masih terikat oleh tradisi karena tingkat pendidikan yang masih relatif rendah, produksi yang masih di arahkan untuk kebutuhan primer keluarga dan komunikasi keluar masih terbatas.
Norma yang terdapat didesa swadaya;
- Mata pencaharian primer penduduknya dari pertanian, peternakan, nelayan dan hasil hutan.
- Adat istiadat masih mengikat
- Kelembagaan dan pemerintahan desa masih sederhana. Prasarana kurang memadai dan biasanya desa ini mampu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Ciri desa swadaya :
1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
2. Penduduknya jarang.
3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
4. Bersifat tertutup
5. Masyarakat memegang teguh adat.
6. Tekhnologi masih rendah.
7. Sarana dan Prasarana sangat kurang.
8. Hubungan antarmanusia sangat erat.
9. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.

Ketiga, Desa Swakarya
     Adalah desa yang tingkat perkembangannya sudah lebih maju, dengan beberapa ciri sebagai berikut;

1. Adat-istiadat masyarakatnya sedang mengalami masa perubahan (transisi).
2. Pengaruh dari luar mulai masuk dalam masyarakat desa dan mengakibatkan perubahan pola pikir.
3. Mata pencaharian penduduknya mulai beraneka ragam, tidak hanya pada sektor agraris.
4. Lapangan kerja bertambah dan produktivitasnya mulai meningkat, di imbangi dengan maki bertambahnya prasarana desa.
5. Swadaya masyarakat dengan cara bergotong-royong telah efektif. Mulai tumbuh kesadaran serta tanggung jawab masyarakatnya untuk membangun desanya.
6. Roda pemerintahan desa mulai berkembang baik dalam tugas maupun fungsinya.
7. Masyarakat desa mampu meningkatkan kehidupanya dengan hasil kerjanya sendiri.
8. Bantuan pemerintah hanya bersifat sebagai stimulasi saja.

Keempat, Desa Swasembada
     Adalah desa yang telah maju dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut;

1. Kebanyakan desa swasembada berlokasi di sekitar ibukota kecamatan, di sekitar ibukota kabupaten dan di sekitar ibukota propinsi, yang tidak termasuk kedalam wilayah kelurahan.
2. Semua kebutuhan hidup pokok swasembada dapat disediakan semuanya oleh desa tersebut.
3. Alat-alat teknis yang digunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sudah lebih modern dibandingkan dengan yang digunakan oleh penduduk desa tradisional, swadaya dan swakarya.
4. Ikatan adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan adat yang berkaitan dengan perekonomian sudah tidak berpengaruh lagi pada kehidupan masyarakatnya. Lembaga-lembaga bekonomi di anggap lebih modern dan lebih berpengaruh.
5. Lembaga-lembaga sosial, ekonomi dan kebudayaan yang ada sudah dapat menjaga kelangsungan hidup penduduknya.
6. Mata pencaharian penduduknya sudah beraneka ragam, sebagian besar penduduknya bergerak dibidang perdagangan dan jasa.
7. Tingkat pendidikan dan ketrampilan penduduk telah tinggi sehingga cara berpikirnya telah maju (rasional).
8. Masyarakatnya sudah mulai lepas dari adat dan tradisi.
9. Tingkat produksi, pemasaran dan kegiatan sosial sudah baik.
10. Tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan penduduk desa swasembada sangat tinggi.
Pada desa swasembada masyarakatnya tidak mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitasnya karena berbagai sarana dan prasarana sudah tersedia.

Kategori yang mana desaku, desamu dan desa kita semua ???

Friday, August 18, 2017

Terimakasih Untuk Semuanya

copy paste dari akun fb
Jaket Kuning Dibukit Menoreh

3 Srikandi dari FIBUI
     "Bukit Menoreh". Namanya pernah melegenda dalam serial API DI BUKIT MENOREH , sebuah cerita fiksi sejarah karya S. H. Mintardja. Cerita itu sangat panjang seakan tanpa ujung, sepanjang barisan bukit Menoreh itu sendiri yang amat sangatlah panjang membentang.
     Tapi kisah tentang bukit Menoreh kali ini bukan tentang Agung Sedayu, tokoh sentral dalam kisah sesungguhya. Lagi pula, kisah Menoreh kali ini bukan fiksi tapi betul-betul fakta bernilai historis, setidaknya buat Kecamatan Bagelen, lebih spesifik lagi: Desa Somorejo.

pemasangan tower triangle
disdn Tepus Somorejo
     Bagaimana tidak? Fakta yang tak terpungkiri itu sedang ada di depan mata mereka, yakni kehadiran tower-tower triangle internet yang memberikan akses yang mudah dan gratis bagi anak-anak sekolah dan warga desa pada umumnya. Mulai Juli yang lalu, wifi gratis bukan hanya ditawarkan di tempat-tempat yang elit di kota-kota besar umumnya tapi tersedia juga di dusun Mejing, dan di dusun Tepus, tepatnya di SD-nya, keduanya bagian dari desa Somorejo.

     Sejak Rabu yang lalu, sehari setelah rombongan mahasiswa bersama saya menginjakkan kaki di Menoreh (Selasa pagi sekitar pukul 5.30), pagi hari berikutnya jaket-jaket kuning yang dikenakan oleh 3 Srikandi dari FIBUI mulai mewarnai pemandangan bukit Menoreh yang penuh dengan pemandangan bukit-bukit dan lembah-lembah yang menghijau.

     Dengan semangat mereka melakukan pengabdian kepada masyarakat, khususnya kepada anak-anak SD Tepus yang duduk di kelas 4, 5, dan 6 yang umumnya belum memiliki hape android. Anak-anak yang lugu, polos, sebagian tak bersepatu mulai diperkenalkan pada "dunia lain" yang bernama jaringan internet.
pengenalan dunia lain yang bernama jaringan internet
     Apa pun hasilnya nanti, langkah awal sudah dimulai. Tower-tower triangle internet sudah berdiri di 2 titik penting: 1 di lembah dan 1 lagi di pegunungan. Dua atau 3 hari ke depan masih akan tambah satu tower lagi di SD Somorejo. Dengan itu semua UI sudah memperlihatkan kepeduliannya kepada pengembangan masyarakat desa melalui IPTEKS, dalam hal ini teknologi informatika internet.
antusiasme para siswa siswi SD Tepus dalam mengikuti pengenalan teknologi informatika internet
     Demikianlah. Bendera telah dikibarkan, bendera perjuangan yang semoga ikut mengibarkan angin perubahan, sudah ditancapkan. Hasil baik atau makin baik akan menjadi catatan sejarah bagi sebagian kecil masyarakat Menoreh. Dengan keberadaan jaringan internet semoga cerita tentang kesulitan, penderitaan, dan ketertinggalan dalam hal jaringan internet yang murah dan memadai semoga akan berujung, tidak berkepanjangan seperti serial API DI BUKIT MENOREH.


     Demikianlah. Api perubahan telah disulut. Semoga hembusan angin Menoreh akan membesarkan dan mengobarkannya. Semoga pula titik api ini akan merambat, meluas menjadi api penerang Bukit Menoreh yang tenggelam dalam kegelapan.


Salam perjuangan.
05 Agustus 2017

Saturday, July 1, 2017

Lebaran Ditanah Rantau

     Ketika suara takbir terdengar berkumandang saling bersahutan, sepatah kata pun tak ada yang sanggup terucapkan dimalam takbir hari raya. Kita adalah orang yang akan dipaksa untuk kuat karena kita sebagai perantau. Namun sekuat apapun kita jika suara takbir berkumandang akan sangat berasa terenyuh dan membuat air mata menetes jika perantauan masih menjadi saksi hidupnya.

"Kita tidak takut untuk lebaran sendiri di tanah perantauan. Namun yang kita rasakan adalah ketika air mata harus menetes di saat suara takbir berkumandang tanpa keluarga disampingnya".

"Bagi Perantau, ketika suasana malam takbir adalah malam yang menyedihkan dinegeri orang".

"Bertahan dikampung orang bukan berarti
 tak rindu kampung halaman".

"Lebaran idul fitri di tanah yang jauh dari kampung halaman, menyadarkan bahwa hidup ini adalah perjuangan".

"Banyak orang bahagia menyambut hari kemenangan. Namun bagi perantau ada kesedihan karena tak bisa berkumpul dengan keluarga".

"Demi tugas yang diembannya harus lebaran dikampung orang, itulah jiwa perantau".

"Rasa rindu dipeluk sosok ibu, rasa kangen kepada bapak, ibu serta sanak saudara dan handai taulan. Namun menyadari hidup ini adalah perjalanan yang harus dilaksanakan dari garis Sang Illahi".

"Dan rasa yakin kesedihan akan membawa kebahagiaan suatu saat nanti. Karena ini adalah jalan pembuktian dan pengabdian".

"Bagi perantau ini adalah suatu perjalanan hidup yang orang lain mungkin tak pernah bisa merasakan akan hal ini".

     Semoga di lebaran idhul fitri berikutnya ada kesempatan untuk bisa berkumpul bersama keluarga dikampung halaman.

Saturday, June 10, 2017

Menahan Rindu Itu Memang Berat

Rindu itu berat gaeess
     Lazimya setiap perpisahan pasti ada pertemuan begitu pula setiap kepergian pasti ada kepulangan, betul kan gaeesss. Dan moment hari raya merupakan kesempatan bagi siapapun untuk kembali pulang ke tempat asal kelahiran atau kampung halaman. Berkumpul bersama keluarga saling bersilaturahmi sesama sanak famili dan handai taulan saling berbagi cerita sambil bersenda gurau sesama saudara. Sepertinya hal ideal seperti ini mudah untuk dilakukan. Nyatanya tidak, terbukti masih banyak yang tak kuasa untuk mewujudkannya. Banyak ragam alasan yang menjadi penyebabnya.
     Setiap orang mempunyai alasan tersendiri mengapa harus bertahan didaerah orang lain ketimbang ditempat kelahirannya sendiri. Sejatinya sejauh apapun mereka berada tidak akan pernah lupa dimana dilahirkan dan sesungguhnya kerinduan akan kampung halaman amat sangat mendalam karena memang rindu itu sungguh berat gaeesss,,, terlebih saat ketika moment-moment perayaan hari besar seperti hari raya idul fitri.
     Setiap orang memiliki kepedulian terhadap tanah kelahiranya sesuai dengan caranya masing-masing , ketika tekad sudah bulat tidak ada keraguan untuk melangkahkan kaki meninggalkan kampung halaman untuk mencari sebuah pengalaman. Dengan tekad yang luar biasa selayaknya diimbangi dengan tekad suatu saat nanti akan kembali lagi ke kampung halaman membawa berjuta pengalaman dan sebuah harapan perubahan.
     " Rindu itu memang berat dan tak semua orang sanggup menahannya ".
Tetapi dengan menahan rasa rindu akan membawa sebuah perubahan untuk kampung halaman, dengan menahan rasa rindu untuk membangun tanah kelahiran berbekal pengalaman. 
Tanah kelahiranku, telah lama aku pergi meninggalkanmu, tetapi rasa cintaku takkan hilang dan kesetiaanku akan selalu terbawa hingga sampai matiku. Terimakasih atas segala yang kau berikan sejak ku terlahirkan. Dengan segala daya dan upaya akan ku coba untuk mempertahankan pesona keindahanmu sesampainya ajal maut menjemputku. Karena kaulah harga diriku. Tepus Somorejo kau selalu dihatiku.

Friday, May 5, 2017

Mengembalikan Rasa Mie Instan Ke Era 90an

Oke gaeesss... hallo semuanya dan semuanya hallo...

     Sebagai warga Indonesia tentunya mengenal beragam macam makanan cepat saji, banyak jenis makanan cepat saji yang dijual diberbagai gerai penjualan salah satu diantaranya dan menjadi favorit semua kalangan yaitu Mie instan.
     Berbicara soal mie instan tentu sangat erat kaitannya dengan berbagai macam citarasa dan aromanya. Yang pastinya pihak produsen faham betul tentang citarasa karena berurusan dengan banyak lidah para konsumennya, maka dari itu para produsen mengutamakan citarasa  itu dari dulu hingga sekarang jangan sampai berubah citarasa dari mie instan yang diproduksinya tersebut.
     Permasalahannya muncul dikonsumennya, dengan berbagai macam cara memasaknya ditambah lagi dengan campuran bahan lain diluar bawaan produk mie instan tersebut, seperti yang dialami "guwe" dan mungkin ada juga yang merasakan hal yang sama seperti "guwe" (terbawa bahasa rantau bro) kaya mas Purno pemeran sitkom TOP (tukang ojek pengkolan).
     Pernah suatu ketika guwe memasak mie rebus seperti kebanyakan orang umumnya, dengan cara memanaskan air pada panci hingga mendidih lalu mie dimasukan kedalamnya sembari nunggu beberapa menit, bumbu diracik pada mangkok, setelah mie kelihatan matang lalu tuang pada mangkok kemudian diaduk agar bumbu bercampur, siap dah hidangan mie rebus guwe.
     Setelah dirasakan dengan seksama dibanding-bandingkan dengan masakan mie instan yang sebelum-sebelumnya sampai mengingat-ingat masakan mie instan jaman dulu ketika masih kecil diera 90an, muncullah statmen " mie instan sekarang gak seenak dulu ya, rasanya beda". Dan itu di Aamiini oleh beberapa orang disekitar guwe begini " iya, enakan mie instan jaman dulu kalau dikampung, bumbunya terasa".
     Kebetulan guwe merantau bro,,, untuk menelusuri lebih lanjut tentang rasa mie instan yang berbeda dengan rasa mie instan jaman dulu, Guwe sampai meneliti. Widiihh,,, jadi penelitian dimulai dari segi cuaca dengan asumsi suhu dikampung kan dingin dan dikota panas mungkin itu bisa mempengaruhi, ternyata setelah dilakukan metode masak mie instan sama seperti umumnya dan disuhu dingin dikampung hasilnya rasa tetap sama dengan metode masak umumnya disuhu panas yang dikota dan tetap beda dengan citarasa mie instan jaman dulu. "Guwe mikiirr lagi".
     Sekian lama mengingat-ingat ketika jaman dulu " ngemie " diwaroeng Simbah Muni (almrh), terlintas ingat sedikit mengenai metode urutan penyajian mie instan dan guwe mencoba metode itu dan hasilnya memang diluar dugaan, citarasa mie instan jaman dulu benar-benar bisa dirasakan. Sungguh nikmat yang luarr biasa, sangat terasa bumbu serta aromanya.

proses membuat mie com
     Mau tau gaeesss,,, metode penyajian mie instan jaman dulu?
Awalnya siapkan mie instan yang disukai lalu buka bungkusnya dengan cara tidak merusak bungkusnya/digunting bagian atas bungkusnya lalu keluarkan bumbu-bumbunya, lalu potek (dipatahkan) mie menjadi 4 bagian dengan tetap didalam bungkusnya, siapkan air mendidih dan tuang ke dalam bungkusnya dan jepit bungkus mie instan atau diikat tunggu 3 - 5 menit, kemudian tuang kedalam mangkok lalu masukkan bumbunya dan aduk sampai bumbunya campur.

     Mie instan siap dinikmati dengan sensasi rasa jaman dulu era tahun 90an. Dan uniknya meskipun ditambah dengan campuran lain bumbu dan chilinya serta aromanya tetap berasa. Menurut Guwe, ini namanya bukan mie instan rebus tetapi dalam bahasa kami namanya " Mie instan Com" (mie instan yang dicom). Karena memang mie instannya tidak direbus melainkan disiram dengan air panas mendidih.

     Oke gaesss... silahkan mencoba dan rasakan dengan seksama, inilah citarasa mie instan era 90an.

Selamat Mencoba dan nikmati sensasi "ngemie" di era 90an.

Tuesday, April 25, 2017

Kopi Dan Filosofi



     Multikulturalisme yang ada di Indonesia memberikan keberagaman adat, suku, budaya dan kekayaan alam yang melimpah, salah satunya terdapat banyak jenis kopi yang dihasilkan.
     Tidak bisa dipungkiri aroma dan cita rasa kopi yang sangat nikmat telah membuat para pencintanya tidak bisa melupakanya. Sehari saja tanpa kopi bisa membuat penikmatnya kehilangan semangat untuk menjalani berbagai aktifitas. Kopi ibarat candu yang selalu dirindu. Bagi para penikmatnya, kopi bukan sekedar minuman seduh biasa. Akan tetapi kopi memiliki nilai-nilai filosofi dalam memahami arti dari sebuah kehidupan.
     Perjalanan kopi sampai terseduh dalam cangkir membutuhkan proses yang panjang tidak instan. Proses mengolah dari biji kopi sampai menjadi bubuk kopi yang halus hingga menjadi minuman yang nikmat butuh kesabaran. Beda cara mengolah membuat beda rasa, bahkan beda tangan akan menghasilkan cita rasa yang berbeda.      Kopi memiliki beragam jenis dan menghasilkan cita rasa dan kenikmatan yang berbeda-beda. Kopi bisa disajikan dengan dipadukan dengan berbagai macam jenis makanan dan minuman dari yang sederhana hingga yang istimewa. Disinilah letak keunikan kopi.
     Kita bisa belajar tentang kehidupan dari keragaman jenis kopi, manusia juga beragam suku, budaya serta adat istiadat tidak bisa disamaratakan.
Kita harus bisa menghargai perbedaan yang ada. Dari pola asuh yang berbeda menghasilkan karakter manusia yang berbeda pula, dari lingkungan tumbuh besar yang berbeda juga menghasilkan manusia-manusia yang beda.
     Kita juga bisa belajar tentang makna kehidupan dari secangkir kopi, untuk menghasilkan secangkir kopi yang nikmat membutuhkan proses yang sangat panjang, proses panjang itu yang menentukan nikmatnya kopi. Begitu juga dengan kehidupan kita, untuk mewujudkan sebuah impian butuh perjuangan dan kerja keras juga kerja cerdas. Untuk mencapainya kita butuh proses yang panjang tidak bisa instan.
     Tanaman kopi Tumbuh diberbagai tempat, beda tempat menghasilkan jenis kopi yang berbeda, dari biji kopi yang berbeda menghasilkan citarasa yang berbeda pula. Tidak ada yang lebih nikmat, semuanya memiliki kenikmatannya masing-masing. Kembali kepada selera penikmatnya, lebih suka pada jenis kopi yang seperti apa.
     Begitu juga jalan hidup, setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing. Bagi orang lain melihat hidup kita terasa amat ringan padahal kenyataanya memilukan begitu pun sebaliknya kita melihat hidup orang lain sangat menyenangkan padahal kenyataanya tidak demikian, pepatah jawa ( wong urip iku mung sawang sinawang ). Semua itu kembali kepada sudut pandang dan cara menjalaninya.
     So... Penikmat kopi biasanya adalah orang-orang yang pandai menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Dari secangkir kopi bisa mengikat rasa disetiap berkumpul bersama dimanapun. Dari secangkir kopi menjadi pembuka obrolan yang hangat bagi siapapun yang baru saja berjumpa setelah sekian lama berpisah.

Salam Ngopi

Saturday, March 11, 2017

Dolanan Gamparan Yang Tergantikan

Hay...Hay Bro...Hay...Mas Bro...

Di era tahun 90 an sehabis sekolah di SDN Tepus, Sesama teman-teman biasanya pulang melalui aliran sungai yang ada didusun Tepus untuk mencari batu pilihan. Batu yang bentuknya pipih seperti batu-bata dan berpori-pori halus. Watu Item atau batu hitam biasa kami menyebutnya. Batu jenis ini mempunyai kekerasan yang lebih baik dan permukaannya licin sehingga enak membawanya. Batu ini merupakan syarat mutlak untuk bisa ikut permainan Gamparan yang biasa dimainkan pada sore hari menjelang maghrib atau siang hari ketika jam istirahat sekolah.
Dasar dari dolanan Gamparan ini yaitu mengadu batu dengan batu. Batu lawan diletakkan berdiri dalam jarak sekitar 5 meter, terus kita hantam dengan batu milik kita. Batu kita letakkan di atas kaki, kemudian ambil ancang-ancang sambil ayunkan batu yang ada di kaki lalu dihantamkan pada batu yang dipasang oleh pihak lawan. Bila batu yang terhantam patah maka dia harus keluar dari permainan. Jika batu yang milik kita untuk menghantam juga pecah maka juga dianggap sudah kalah dan harus keluar dari arena. Hanya batu yang tetap utuh dan tidak terbelah saja yang boleh bertahan dalam permainan ini.

Pada akhirnya hanya ada dua batu yang difinalkan. Batu yang tidak patah yang akan jadi pemenang. Kalau dua-duanya patah maka tidak ada pemenang dalam permainan ini. Intinya hanya batu yang keras dan kuat dari hantaman yang akan jadi pemenang.

Orang hidup itu memang harus mempunyai keteguhan sekeras batu dalam permainan gamparan tadi. Hanya yang punya keinginan dan niat yang kuat saja yang akan dapat survive dalam menghadapi kehidupan ini. Dan benturan-demi benturan suka atau tidak suka pasti akan kita temui. Hanya yang sekeras batu hitamlah yang tidak akan terhanyut oleh aliran air kehidupan. Dan, tentunya tidak mudah tergerus oleh gesekan-gesekan yang menimpanya.

Itulah barangkali, ( eh barang kali itu ya batu ) hikmah yang dapat diambil dari dolanan waktu kecil yang sekarang sudah ditinggalkan dan tergantikan oleh permainan modern.

Oke gaesss... jangan lupakan mainan jadul ya...karena mainan jadul itu lebih asyik dan mendidik.

Wednesday, February 8, 2017

Menuju Desa Berdikari

Kajian Desa Berdikari mulai diobrolkan masyarakat desa, terutama di wilayah Jawa Tengah. Berdikari merupakan akronim dari Berdiri di Kaki Sendiri. Gubernur Ganjar Pranowo menangkap semangat ini dalam program provinsi di bidang pemberdayaan masyarakat. Provinsi Jawa Tengah juga menjadi model desentralisasi program pemberdayaan masyarakat, khususnya urusan penanggulangan kemiskinan.

Desa Berdikari menandai komitmen desa untuk membangun kemandirian, baik di bidang pangan, energi, budaya, dan politik. Sebagai kesatuan masyarakat hukum, desa memiliki sejumlah hak tradisional yang berfungsi untuk menekan jarak antara kebijakan pemerintah desa dengan kebutuhan rakyatnya. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menegaskannya dalam kewenangan desa berdasar hak asal-usul (rekognisi) dan kewenangan lokal berskala desa (subsidiaritas).

Berbekal dua kewenangan tersebut, desa harus mampu melepaskan dirinya dari ketergantungan dan patronasi pemerintah supra-desa. Selama ini perumusan program kerja pemerintah desa banyak mendasarkan diri pada kontruksi desa yang dibangun oleh pemerintah supradesa. Ambil contoh, untuk merumuskan program kependudukan, desa masih merujuk ke data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil; untuk merumuskan program pendidikan, desa merujuk pada data Dinas Pendidikan. Pemerintah desa tidak memiliki rujukan data akurat yang diolah oleh mereka secara mandiri.

Kondisi itu menunjukkan desa belum mampu mengenali dirinya secara menyeluruh. Fakta-fakta yang terjadi di desa masih dianggap oleh pemerintah desa sebagai peristiwa harian yang tanpa makna. Hubungan antara pemerintah desa dan masyarakat desa terbangun sebatas hubungan sosial kemasyarakat karena perumusan kebijakan desa justru lebih banyak melaksanakan tugas-tugas perbantuan pada pemerintah supra-desa.

Konsep Desa Berdikari ingin mengembalikan fungsi desa sebagai pelembagaan masyarakat sipil. Pemerintah desa dan masyarakat desa mampu menciptakan kolaborasi kerja untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di desa. Kolaborasi kerja bisa dimulai melalui kerja-kerja mengenali desa sendiri. Desa memiliki kedaulatan atas data kondisi wilayahnya sebagai data banding atas data yang dikontruksi oleh pemerintah supra-desa. Desa mampu mengaudit hasil-hasil survei supra-desa melalui Sistem Informasi Desa yang dibangun oleh pemerintah desa dan masyarakat desa.

Dari DESAKU, DESAMU, dan DESA KITA SEMUA, kita bangun BANGSA.

Tepus Somorejo Bagelen Purworejo

Saturday, January 28, 2017

Dasa Wisma

Dasa wisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang bertetangga. Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga. Bentuk kegiatannya seperti arisan(PKK), pembuatan jamban, sumur, kembangkan dana sehat (PMT, pengobatan ringan, membangun sarana sampah dan kotoran).
Kerangka pikir pertama adalah bahwa Desa Siaga akan dapat terwujud apabila manajemen dalam pelaksanaan pengembangannya diselenggarakan secara paripurna oleh berbagai pihak (unit-unit kesehatan dan pemangku kepentingan lain yang terkait).
Hasil pemantauan oleh masyarakat diinformasikan kepada petugas kesehatan atau unit yang bertanggung jawab untuk dapatnya diambil tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan dalam rangka kewaspadaan dini terhadap ancaman muncul atau berkembangnya penyakit/masalah kesehatan yang disebabkan antara lain oleh status gizi, kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (surveilans).
Secara umum tujuan dari kegiatan tersebut yang berbasis masyarakat adalah terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah-masalah kesehatan yang akan mengancam dan merugikan masyarakat yang bersangkutan.

Peran Dasawisma

Peran serta masyarakat akan diperluas sampai ketingkat keluarga dengan sepuluh keluarga sebagai satuan untuk pembinaan dalam bidang kesehatan secara swadaya.
Salah seorang dari anggota keluarga persepuluhan untuk dipilih oleh mereka sendiri dan dijadikan pimpinan dan pembina atau penghubung.
Tujuan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat, agar tercipta sistem kewaspadaan dan kesiap-siagaan dini masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah kesehatan, bencana, dan kegawat daruratan, yang akan mengancam dan merugikan masyarakat sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan secara efektif dan efisien.
Bidan yang ditempatkan didesa akan membina pemimpin kelompok persepuluhan tersebut secara berkala dan menerima rujukan masalah kesehatan dari para anggota persepuluh tersebut dalam wilayah kerjanya.
Salah satu organisasi yang telah ada dan diakui manfaatnya bagi masyarakat, terutama dalam upaya meningkatkan keberdayaan dan kesejahteraan keluarga adalah gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Selain ekonomi atau pendapatan keluarga, yang tak kalah penting diberdayakan dalam PKK adalah peningkatan kesehatan dan spritual.
                Disini yang paling berperan adalah dasawisma, yakni unit terkecil kelompok PKK yang terdiri dari 10 anggota rumah tangga. Dari 10 anggota itu,  ada seorang penanggung jawab untuk memantau kondisi rumah tangga yang lain. Prinsip dasawisma adalah pengawasan dan pemberdayaan hingga kemasyarakat bawah dan menyentuh unit masyarakat terkecil, yakni keluarga.
                Peran PKK diharapkan dapat menggugah masyarakat agar termotivasi untuk selalu dinamis, mau mengubah keadaan kepada yang lebih maju lagi. Seperti dalam hal upaya peningkatan kesejahteraan keluarga. PKK bukanlah tempat arisan dan pengajian saja, tetapi merupakan wadah bagi pemberdayaan masyarakat. Kalau arisan dan pengajian, setiap perkumpulan beberapa orang bisa saja  dilakukan. Tapi PKK lebih dari itu, merupakan wadah pemberdayaan.
                Dasawisma sebagai kelompok terkecil dari kelompok-kelompok PKK memiliki peran strategis mewujudkan keluarga sejahtera. Untuk itu, di harapkan agar Dasawisma menjadi ujung tombak pelaksanaan 10 program pokok PKK dan program pemerintah karena sebagai mitra.
                Selain itu, melalui dasawisma tersebut diharapkan banyak hal yang dapat dilakukan seperti melaksanakan kegiatan kerjabakti, usaha perbaikan gizi keluarga dan keluarga berencana (KB). Dengan begitu Keberadaan dasawisma akan mempermudah koordinasi, sehingga program-program PKK maupun yang melibatkan PKK dapat berjalan tepatsasaran.
                Pengetahuan dan keterampilan mutlak dimiliki bagi kader PKK, untuk memajukan serta meningkatkan mutu dan kemampuan organisasi. Karena, kesejahteraan bangsa dimulai dari kesejahteraan keluarga yang merupakan salah satu sasaran pembangunan. Juga mengingatkan semua yang tergabung dalam wadah organisasi PKK harus lebih mampu untuk berperan di masyarakat, baik sebagai motivator, komunikator, dinamisator pembangunan dan sebagainya yang mampu menyerap segala aspirasi yang tumbuh di masyarakat untuk membuktikan manfaat dan keberadaan PKK itu sendiri secara nyata.

Sunday, January 1, 2017

Desaku Menyimpan Sejuta Kenangan

ilustrasi foto by Ruma
   Di dalam hati ini aku mengukir rindu, rinduku pada hangat peluk Ayah dan Ibu, rinduku pada kokok ayam di pagi hari, rinduku untuk kembali. Telah ku torehkan begitu banyak kenangan, telah ku rangkai dengan indah sebuah cerita, telah ku jatuhkan hatiku pada kampung halamanku. Desa yang asri dengan udara sejuk dan ramah penduduk. Desa kecil yang mengajariku banyak hal akan arti persahabatan, persaudaraan, dan makna sebuah kehidupan.

     Desaku, sejauh mata memandang selalu datang gambar-gambar samar dalam ingatan. Saksi bisu perjuangan yang mencoba membawa mimpi-mimpinya terbang, dan benar saja sebuah mimpi membawaku berlari ke kota ini. Terasingkan dan kesepian. Hanya sebuah tekad sebagai teman. Entah berapa banyak air mata yang telah ku titihkan, demi sebuah cerita indah di hari kepulangan. Aku menyadari banyak harapan yang menantiku di sana. Ada yang tak berhenti berjuang dan berdoa. Dalam malam-malam sunyi ia bersimpuh memohon yang terbaik untuk anaknya. Andai ku bisa ingin ku percepat perputaran waktu. Tak ingin ku melewati masa ini. Tapi aku sadar, sukses adalah sebuah proses panjang dengan tak sedikit perjuangan, jadi aku harus menerimanya dengan hati yang lapang.

     Kota memang menawarkanku begitu banyak kemudahan, memberiku begitu banyak pengalaman. Mengenalkanku pada sebuah kata, yaitu kemewahan. Meski demikian, hatiku tak pernah pergi dari kampung halaman. Di sana menyimpan sejuta kenangan. Aku ingin pulang, menyapa kembali mentari jingga menjelang petang dan menikmati suasana yang tenang. Menjadi anak desa bukanlah suatu kehinaan tapi justru sebuah hadiah indah yang Tuhan berikan. Dengan segala keindahan alam yang menawan, menjadikannya tempat yang begitu nyaman. Bukit terjal, hutan dan ladang sebagai teman sepanjang perjalanan. Setiap sudutnya memberiku begitu banyak pelajaran, mengajariku arti kesederhanaan dan kesahajaan.
cakruk underground
Bukan aku tak menyukai kota, hanya saja aku sudah terlanjur jatuh hati pada desa. Ku kirimkan salam terhangat untuk desaku Somorejo bagelen yang ku rindukan, tunggulah daku pulang membawa sebuah kesuksesan dan berjuta pengalaman