Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Sunday, December 24, 2017

Pemuda Bangun Desa Terbangun

     Disela-sela waktu santai sambil ngopi terkadang terlintas pikiran yang mungkin agak kacau dan tidak bermutu. Mengapa desa yang notabene memiliki kekayaan alam yang melimpah dan sumber daya alam yang tak terhitung justru malah mengalami ketertinggalan?, sampai disitu kadang pemikiran yang mungkin agak nyleneh itu muncul.
     Padahal sumber bahan makanan pokok diperkotaan semuanya dipasok dari desa. Desa memiliki lahan yang luas, wilayah yang strategis dan kondisi memungkinkan untuk berkarya menciptakan sebuah produk. Dengan daya dukung sumber daya manusia hebat yang ada didesa ditambah dengan sumber daya alam yang melimpah ruah serta ditunjang dengan keamanan yang kondusif, harusnya basis pembangunan nasional adalah pedesaan.
     Pembangunan pada prinsipnya sebuah sistematis yang dilakukan oleh masyarakat atau warga setempat untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik dari apa yang dirasakan sebelumnya. Namun demikian, pembangunan juga merupakan proses bertahap untuk menuju kondisi yang lebih ideal. Karena itu, proses pembangunan perlu beberapa tahapan yang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dengan mempertimbangkan aspek persoalan yang akan dihadapi.
     Keberadaan pemuda sebagai penggerak untuk merubah keadaan harusnya memainkan posisi yang strategis. Artinya pemuda adalah kader penerus kepemimpinan didesa, pelopor pembangunan, penyemangat kaum remaja dan para kaum milenial.
Peran pemuda yang bisa dilakukan sebagai kader penerus yaitu; sebagai organizer yang menata dan membantu memenuhi kebutuhan warga desa; sebagai mediamaker yang berfungsi menyampaikan aspirasi, keluhan dan keinginan warga; sebagai leader, pemimpin dimasyarakat, menjadi pengurus publik/warga.
     Setidaknya peran itulah yang harus dilakukan pemuda dalam proses pembangunan desa. Dan yang terpenting pemuda harus berpartisipasi dalam mempraktikan nilai-nilai luhur budaya lokal dan agama serta membangun solidaritas sosial antar warga, aktif dalam membangun dan mengembangkan wadah atau organisasi yang memberikan manfaat bagi warga, memajukan desa dengan memperbanyak belajar dan menciptakan hasil karya yang bermanfaat bagi warga, berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa.
     Proses pembangunan desa akan dapat dirasakan manfaatnya apabila perencanaanya mengikut sertakan warga desa terlibat dalam penyusunan setiap program yang diagendakan. Sikap gotong royong, bahu membahu dan saling menjaga antar warga harus diutamakan demi terciptanya pembangunan desa yang lebih baik dan bermartabat.
     Nyanyian itu akan terus menggema wahai para jiwa muda.

Bangun pemudi pemuda indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

     Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas
     Tak usah banyak bicara trus kerja keras
     Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih
     Bertingkah laku halus hai putra negri

" Indonesia tak tersusun dari batas peta, tapi gerak dan peran besar kaum muda " (mengutip kata dari Najwa Shihab).

Thursday, September 14, 2017

Tradisional Swadaya Swakarya Atau Swasembada

     Menurut buku yang pernah penulis baca, ada beberapa klasifiksasi tentang desa menurut perkembanganya, diantaranya:

Pertama, Desa Tradisional
     Desa tradisional atau disebut juga pra-desa adalah tipe desa pada masyarakat suku terasing yang seluruh kehidupan masyarakatnya masih sangat bergantung pada alam sekitarnya. Ketergantunganya itu terdapat pada cara bercocok tanamnya, cara pemeliharaan kesehatan, pengobatan dan pengolahan makanan. Pada desa seperti ini penduduknya cenderung tertutup atau kurang komunikasi dengan daerah lain. Dengan demikian sistem perhubungan dan pengangkutan tidak berkembang.

Kedua, Desa Swadaya
     Adalah desa yang masih terikat oleh tradisi karena tingkat pendidikan yang masih relatif rendah, produksi yang masih di arahkan untuk kebutuhan primer keluarga dan komunikasi keluar masih terbatas.
Norma yang terdapat didesa swadaya;
- Mata pencaharian primer penduduknya dari pertanian, peternakan, nelayan dan hasil hutan.
- Adat istiadat masih mengikat
- Kelembagaan dan pemerintahan desa masih sederhana. Prasarana kurang memadai dan biasanya desa ini mampu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Ciri desa swadaya :
1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
2. Penduduknya jarang.
3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
4. Bersifat tertutup
5. Masyarakat memegang teguh adat.
6. Tekhnologi masih rendah.
7. Sarana dan Prasarana sangat kurang.
8. Hubungan antarmanusia sangat erat.
9. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.

Ketiga, Desa Swakarya
     Adalah desa yang tingkat perkembangannya sudah lebih maju, dengan beberapa ciri sebagai berikut;

1. Adat-istiadat masyarakatnya sedang mengalami masa perubahan (transisi).
2. Pengaruh dari luar mulai masuk dalam masyarakat desa dan mengakibatkan perubahan pola pikir.
3. Mata pencaharian penduduknya mulai beraneka ragam, tidak hanya pada sektor agraris.
4. Lapangan kerja bertambah dan produktivitasnya mulai meningkat, di imbangi dengan maki bertambahnya prasarana desa.
5. Swadaya masyarakat dengan cara bergotong-royong telah efektif. Mulai tumbuh kesadaran serta tanggung jawab masyarakatnya untuk membangun desanya.
6. Roda pemerintahan desa mulai berkembang baik dalam tugas maupun fungsinya.
7. Masyarakat desa mampu meningkatkan kehidupanya dengan hasil kerjanya sendiri.
8. Bantuan pemerintah hanya bersifat sebagai stimulasi saja.

Keempat, Desa Swasembada
     Adalah desa yang telah maju dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut;

1. Kebanyakan desa swasembada berlokasi di sekitar ibukota kecamatan, di sekitar ibukota kabupaten dan di sekitar ibukota propinsi, yang tidak termasuk kedalam wilayah kelurahan.
2. Semua kebutuhan hidup pokok swasembada dapat disediakan semuanya oleh desa tersebut.
3. Alat-alat teknis yang digunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sudah lebih modern dibandingkan dengan yang digunakan oleh penduduk desa tradisional, swadaya dan swakarya.
4. Ikatan adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan adat yang berkaitan dengan perekonomian sudah tidak berpengaruh lagi pada kehidupan masyarakatnya. Lembaga-lembaga bekonomi di anggap lebih modern dan lebih berpengaruh.
5. Lembaga-lembaga sosial, ekonomi dan kebudayaan yang ada sudah dapat menjaga kelangsungan hidup penduduknya.
6. Mata pencaharian penduduknya sudah beraneka ragam, sebagian besar penduduknya bergerak dibidang perdagangan dan jasa.
7. Tingkat pendidikan dan ketrampilan penduduk telah tinggi sehingga cara berpikirnya telah maju (rasional).
8. Masyarakatnya sudah mulai lepas dari adat dan tradisi.
9. Tingkat produksi, pemasaran dan kegiatan sosial sudah baik.
10. Tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan penduduk desa swasembada sangat tinggi.
Pada desa swasembada masyarakatnya tidak mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitasnya karena berbagai sarana dan prasarana sudah tersedia.

Kategori yang mana desaku, desamu dan desa kita semua ???

Friday, August 18, 2017

Terimakasih Untuk Semuanya

copy paste dari akun fb
Jaket Kuning Dibukit Menoreh

3 Srikandi dari FIBUI
     "Bukit Menoreh". Namanya pernah melegenda dalam serial API DI BUKIT MENOREH , sebuah cerita fiksi sejarah karya S. H. Mintardja. Cerita itu sangat panjang seakan tanpa ujung, sepanjang barisan bukit Menoreh itu sendiri yang amat sangatlah panjang membentang.
     Tapi kisah tentang bukit Menoreh kali ini bukan tentang Agung Sedayu, tokoh sentral dalam kisah sesungguhya. Lagi pula, kisah Menoreh kali ini bukan fiksi tapi betul-betul fakta bernilai historis, setidaknya buat Kecamatan Bagelen, lebih spesifik lagi: Desa Somorejo.

pemasangan tower triangle
disdn Tepus Somorejo
     Bagaimana tidak? Fakta yang tak terpungkiri itu sedang ada di depan mata mereka, yakni kehadiran tower-tower triangle internet yang memberikan akses yang mudah dan gratis bagi anak-anak sekolah dan warga desa pada umumnya. Mulai Juli yang lalu, wifi gratis bukan hanya ditawarkan di tempat-tempat yang elit di kota-kota besar umumnya tapi tersedia juga di dusun Mejing, dan di dusun Tepus, tepatnya di SD-nya, keduanya bagian dari desa Somorejo.

     Sejak Rabu yang lalu, sehari setelah rombongan mahasiswa bersama saya menginjakkan kaki di Menoreh (Selasa pagi sekitar pukul 5.30), pagi hari berikutnya jaket-jaket kuning yang dikenakan oleh 3 Srikandi dari FIBUI mulai mewarnai pemandangan bukit Menoreh yang penuh dengan pemandangan bukit-bukit dan lembah-lembah yang menghijau.

     Dengan semangat mereka melakukan pengabdian kepada masyarakat, khususnya kepada anak-anak SD Tepus yang duduk di kelas 4, 5, dan 6 yang umumnya belum memiliki hape android. Anak-anak yang lugu, polos, sebagian tak bersepatu mulai diperkenalkan pada "dunia lain" yang bernama jaringan internet.
pengenalan dunia lain yang bernama jaringan internet
     Apa pun hasilnya nanti, langkah awal sudah dimulai. Tower-tower triangle internet sudah berdiri di 2 titik penting: 1 di lembah dan 1 lagi di pegunungan. Dua atau 3 hari ke depan masih akan tambah satu tower lagi di SD Somorejo. Dengan itu semua UI sudah memperlihatkan kepeduliannya kepada pengembangan masyarakat desa melalui IPTEKS, dalam hal ini teknologi informatika internet.
antusiasme para siswa siswi SD Tepus dalam mengikuti pengenalan teknologi informatika internet
     Demikianlah. Bendera telah dikibarkan, bendera perjuangan yang semoga ikut mengibarkan angin perubahan, sudah ditancapkan. Hasil baik atau makin baik akan menjadi catatan sejarah bagi sebagian kecil masyarakat Menoreh. Dengan keberadaan jaringan internet semoga cerita tentang kesulitan, penderitaan, dan ketertinggalan dalam hal jaringan internet yang murah dan memadai semoga akan berujung, tidak berkepanjangan seperti serial API DI BUKIT MENOREH.


     Demikianlah. Api perubahan telah disulut. Semoga hembusan angin Menoreh akan membesarkan dan mengobarkannya. Semoga pula titik api ini akan merambat, meluas menjadi api penerang Bukit Menoreh yang tenggelam dalam kegelapan.


Salam perjuangan.
05 Agustus 2017