Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Wednesday, October 26, 2016

Kelingan Pantai Glagah

kelingan tekan seprene
nalikane gegandengan wayah sore
pasuryanmu sing kesorot srengenge
ndek biyen ono ing pinggir pantai

prasetyamu sing tansah tak ugemi
tak simpen ono ing njero ati
bakal urip bebarengan tekan pati
sesandingan geguritan nyawiji

Pantai glagah nggon sing dadi saksi
marang roso tresno iki



Wednesday, September 14, 2016

Growolku Go Internasional

growol lawuh iwak asin
Rasanya empuk gurih dan terbuat dari singkong. Growol merupakan makanan tradisional yang sejak lama dikenal di beberapa daerah sekitaran Jawa Tengah bagian selatan yang berbatasan dengan wilayah DIY.

Growol, makanan khas pedesaan yang hingga kini masih terus eksis diantara makanan modern. Selain menjadi makanan pokok pengganti, makanan tradisional tersebut juga bisa dijadikan makanan alternatif bagi penderita penyakit diabetes dikarenakan growol merupakan makanan yang rendah kalori. Disamping itu growol juga cocok dikonsumsi bagi yang sedang menjalani diet karena dengan mengkonsumsi growol seseorang akan merasa kenyang dalam jangka waktu yang lama.
growol lawuh besengek tempe benguk
Dahulu warga masyarakat dusun Tepus desa Somorejo kecamatan Bagelen masih suka membuat growol sendiri karena tanaman singkong masih melimpah namun seiring berjalannya waktu perlahan tapi pasti ladang-ladang singkong berganti dengan tanaman kayu seperti albasiah, jati dan tanaman perdu liar yang membuat ladang-ladang itu seperti hutan belantara. Sehingga berdampak growol pun mulai dilupakan, mulai langka peredarannya didusun Tepus, bahkan kini untuk sekedar mencicipi growol harus membeli di warung-warung tertentu dengan kisaran harga Rp. 5000 per iris. Sungguh tragis nasib growol didusun Tepus.

Sementara untuk membeli growol sekala besar harus datang ke salah satu sentra produsen growol disekitaran kecamatan Bagelen yaitu dusun Pletuk Desa Dadirejo, Kecamatan Bagelen. Mayoritas penduduk didusun Pletuk adalah pengrajin growol dan produksinya 90% mensupply pasaran DIY dan sekitarnya.
proses nyithak growol
Proses pembuatan makanan dengan warna putih dan rasa gurih khas ketela pohon ini cukup panjang. Setelah singkong dikupas dan dibersihkan, kemudian direndam air bersih dalam bak besar selama sekitar 4 hari. Untuk menghilangkan bau kecut, setelah direndam singkong kemudian dicuci 7 sampai 10 kali hingga bersih sambil dipisahkan dari serat-serat kasar.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam karung untuk dipres agar kadar airnya berkurang. Setelah dipipit atau dipres kemudian dicacah untuk skala kecil/digiling untuk skala besar dan dikukus sampai matang. Terus dicetak pakai cething atau bakul dari bambu yang sudah dibikin dengan ukuran khusus. Rata-rata berat per bakul sekitar 2 kilogram.
jualan growol
Dengan harga sekitar Rp. 15.000 s/d 25.000, per bakul, growol asal Desa Dadirejo tersebut dipasarkan ke Yogyakarta dan sekitarnya. Growol akan terasa nikmat jika disantap dengan beberapa lauk seperti ikan asin pedhas, pentho, serundeng, tempe bacem, oglok tempe daun melinjo, sambel jenggot dan minumannya teh hangat.

Harapannya agar keberadaan growol tetap dijaga agar tidak punah meski makanan modern lain terus berkembang, lebih bersyukur apabila growol bisa go internasional melalui bule-bule yang berkunjung ke wisata Jawa Tengah bagian selatan dan DIY termasuk wilayah Bagelen karena memang lokasinya dempetan.
Growol makanan khas menyehatkan yang dibuat tanpa bahan pengawet dan bisa tahan hingga 4 hari sehingga bisa dijadikan sebagai makanan oleh-oleh khas pedesaan yang sehat dan alami.

"Semoga growol tetap ada terus sampai kapanpun, berharap warga juga tetap memproduksi terus untuk nguri-uri makanan tradisional, jangan sampai anak cucu kita tidak tahu tentang makanan growol yang merupakan saksi bisu dari kisah perjuangan merebut kemerdekaan".

Growolku ... go ... Internasional

Wednesday, August 17, 2016

Aku Seperti Orang Asing Didesaku Sendiri


Di atas jalan bebatuan yang tak beraspal ku ayunkan kaki ini untuk melangkah, ingin rasanya ku berhenti sejenak diperjalanan ini. Tapi, rasanya langkah kaki ini seakan enggan untuk berhenti, dulu jalan ini hanyalah sebuah jalanan kecil tak berguna.

Waktu semakin berlalu, dan jaman pun kian berganti namun kenangan jalanan ini tak pernah berubah.
Sejenak dalam diamku, teringat akan masa kecil dahulu yang bagitu ceria, bermain bersama teman, sahabat, ada canda, ada tawa dan bahkan tangisan.
Tapi..!!  kini semua itu tinggallah kenangan yang takkan mudah untuk di lupakan, meskipun cerita masa kecil itu telah berlalu namun semuanya itu masih ada sampai saat ini dalam ingatan batinku.

Akhh... Sungguh menyenangkan ketika masa-masa kecil dulu.
Hmmm....aku tersenyum sendiri, sesekali aku mengingat setiap sudut-sudut jalan ini yang dulunya adalah sebuah lahan kecil tempat kami bermain.

" Akhh... Rasanya ingin sekali kembali kemasa lalu, masa-masa kecil dahulu, tapi semua itu mungkin hanyalah mimpi...
mimpi yang tak mungkin untuk kembali.. karena jaman telah jauh berbeda dengan sekarang ".


Perlahan ku mulai melangkah, menyusuri jalan terjal yang berliku.
Sembari berpikir, sangat disayangkan jika perjuangan harus berhenti dan kadang berasa sungguh ironis, di balik kemajuan jaman aku seperti orang asing didesa tanah kelahiran sendiri.

Uhhh... Sedemikian parahkah aku mengalami krisis identitas, pertanyaan ini sangat mengganggu kenyamananku, namun aku menyadari satu hal, bahwa darah yang mengalir dalam tubuh ini tidak dapat digantikan dengan darah manapun. Aku tetaplah orang yang berasal dari tanah yang sama dengan mereka.

Dan menjadi sebuah keharusan untuk  membangun sebuah kesadaran tentang pentingnya identitas diri, karena itulah modal yang bisa kita persembahkan pada orang-orang yang ingin mengetahui lebih tentang asal muasal kita. Dan perjalanan hari ini memberi pandangan baru, bahwa tanah ini tak sekejam yang kita bayangkan.

" Dan manusia yang berada di atas tanah ini memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi terhadap siapapun yang siap masuk melewati pintu rumahnya".

( Tepus Somorejo Bagelen Selalu Dihati )