Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Sunday, February 21, 2016

Apa Itu Buah Gayam?


Gayam dikenal dengan nama latin Inocarpus fagiferus, adalah salah satu tanaman khas Melanesia bagian timur khususnya dari Indonesia. Asal muasal tanaman ini dari bangsa Malaya-Polenisia ke Mikronesia, Melanesia dan Polenisia. Pada saat ini pohon buah Gayam tersebar luas diwilayah Indonesia yang meliputi pulau Jawa, Kalimantan , Sumatera, dan sebagian Semenanjung Malaya.


Pohon Gayam merupakan salah satu jenis tanaman keras, dibeberapa wilayah tertentu dan cukup banyak dijumpai didusun Tepus desa Somorejo . Umumnya merupakan tanaman pekarangan yang berfungsi sebagai pohon peneduh. Seiring dengan berkembangnya pembibitan beragam tanaman buah-buahan dengan berbagai pola pembiakan menjadikan tanaman gayam semakin terpinggirkan.
Pelan namun pasti pohon gayam mulai tersaingi oleh jenis pohon yang kebanyakan masyarakat menganggap punya nilai ekonomi yang lebih bagus.

Kelebihan utama yang dipunyai buah gayam antara lain,  pohonnya mampu menyerap polutan udara seperti debu yang lebih banyak karena tekstur daun yang dimilikinya bentuknya tebal, lebar serta rimbun. Disamping itu sistem akarnya sangat kokoh yang baik untuk penyimpan cadangan air bersih dan sudah pasti bermanfaat mencegah tanah longsor.


Tekstur buah gayam relatif keras, tidak mempunyai bakal buah seperti buah umumnya, biji buah gayam juga bergetah, apalagi dilapisi oleh kulit luar yang keras. Beberapa hal tersebut menjadi penyebab masyarakat kurang berminat untuk mengolah dan memanfaatkan buah gayam. Masyarakat awan tentunya tidak banyak mengetahui manfaat biji gayam serta kandungan nilai gizinya, maka lengkaplah sudah derita nasib buah gayam.

Batang pohonnya yang keras dan kuat,  banyak digunakan untuk  bahan baku mebel, sisanya untuk kayu bakar, arang, dll. Hal yang istimewa adalah buahnya dapat dimasak dan dibuat makanan ringan yang sangat lezat, antara lain dikukus. Nilai ekonomi semakin melambung manakala gayam diolah menjadi keripik gayam, rasanya khas dan tidak dimiliki oleh keripik dari jenis lainnya.
Keripik Gayam saat ini semakin populer namanya dan harganya juga tinggi karena populasi tanaman gayam yang terbatas dan masyarakat yang memproduksi makanan ringan ini juga jumlahnya masih belum banyak.


Pohon gayam memang sudah agak langka dan ternyata Gayam memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan. Banyak orang yang tidak tahu tentang hal tersebut. Gayam memiliki kandungan zat kimia saponin dimana kandungan ini berfungsi untuk membersihkan kotoran dalam usus besar dan saluran pencernaan. Selain itu gayam juga memiliki kandungan Flavonoida (zat antioksidan) kandungan ini berfungsi untuk kekebalan tubuh sehingga tubuh terjaga dari berbagai penyakit. Tanin merupakan unsur senyawa yang terdapat pada gayam ini berfungsi untuk membantu usus lebih cepat menyerap sari makanan tanpa gangguan mikroba lain yang mengganggu dan menimbulkan pembusukan sebelum proses.

Sunday, February 14, 2016

Ini Dia Si Jali Jali

Biji jali kini hanya terkenang lewat tembang Jali-jali. Itu ada benarnya. Pasalnya, orang zaman sekarang nyaris tidak mengenal bahkan mengkonsumsi biji-bijian berwarna putih tersebut. Padahal manfaat yang dirasakan tubuh saat mengonsumsi jali sangatlah bagus.


Jali (Coix lacryma-jobi L.), merupakan sejenis tumbuhan biji-bijian (serealia) tropika dari suku padi-padian atau Poaceae. Asalnya adalah Asia Timur dan Malaya namun sekarang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Beberapa varietas memiliki biji yang dapat dimakan dan dijadikan sumber karbohidrat dan juga obat. Bulir yang masak terbungkus struktur yang keras, berbentuk oval dan berwarna putih.

Biji jali yang sudah dikupas dari cangkangnya, kalau dimakan mentah rasanya hambar seperti rasa tepung mentah. Biji jali yang telah digiling atau ditumbuk dapat dimasak menjadi nasi jali, selain itu jali juga dapat dibuat sebagai bahan membuat ketan, dodol jali, bubur jali, dll. Caranya pun tergolong hampir sama dengan bahan baku yang lain. Walaupun sekarang jali nyaris tidak lagi dikonsumsi, mungkin kalah terkenal dengan sumber makanan pokok lainnya. Padahal kalau dikembangkan, jali merupakan tanaman yang bermanfaat dan serbaguna.

Ada dua varietas jali yang sering ditanam yaitu :
_ Coix lacryma-jobi var. lacryma-jobi memiliki cangkang (pseudokarpium) keras berwarna putih, bentuk oval, dan dipakai sebagai manik-manik.
_ Coix lacryma-jobi var. ma-yuen dimakan orang dan juga menjadi bagian dari tradisi pengobatan Tiongkok. Di perdagangan internasional ia dikenal sebagai Chinese pearl wheat (gandum mutiara Cina), walaupun ia lebih dekat kekerabatannya dengan jagung daripada gandum.

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Coix
Spesies: C. lacryma-jobi
Nama binomial Coix lacryma-jobi L.

Jali mengandung berbagai macam zat yang sangat diperlukan oleh tubuh. Perbandingan kandungan biji jali dan beras putih dalam 100 gramnya antara lain sebagai berikut

JALI
Bahan Kalori Karbohidrat 289
Lemak 61,4
Kalsium 213
Protein 11,1
Amonium 23
Fosfor 176
Zat Besi 11,0
Vit. B1 0,14

BERAS
Bahan Kalori Karbohidrat 248
Lemak 79
Kalsium 1,2
Protein 5
Amonium 40
Fosfor 22
Zat Besi 0,5
Vit. B1 0,02

Jali dapat dikatakan tanaman serbaguna. Mengapa serbaguna? Karena jali bukan hanya sebagai solusi tanaman makanan pokok, tapi juga dapat digunakan sebagai tanaman obat.

1. Jali Sebagai Makanan Pokok
Saat ini masyarakat masih bergantung pada beras sebagai makanan pokoknya. Padahal masih banyak makanan lain yang bisa dijadikan sebagai pengganti beras. Salah satunya ya jali ini. Toh rasanya tidak kalah dengan beras, kandungan gizinya pun cukup. Menurut kebutuhan gizi, jali ini juga tidak jauh beda dengan makanan pokok lain.

2. Jali Sebagai Makanan Tambahan
Jali sebagai makanan tambahan disini yang dimaksud adalah jali tidak hanya digunakan sebagai makanan pokok, melainkan dapat dibuat menjadi dodol jali, tape jali, ketan jali, jenang jali, bubur jali, dan masih banyak jenis makanan lainnya tergantung dari kreatifitas masing masing.

3. Jali sebagai Tanaman Obat
Bukan hanya sebagai makanan pokok, jali dapat digunakan juga sebagai obat seperti : Diare, radang paru paru, usus buntu, urin sedikit, keputihan, kutil, tidak datang haid, kanker mulut rahim, sakit kuning, dan masih banyak lagi manfaatnya. Jali juga mengandung komponen Coxenolide yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi Cortex Adrenal pada Ginjal. Jali juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati rasa pegal, mengeluarkan nanah, anti toxic, menyembuhkan bisul, cacingan, sakit otot, sakit tulang, sakit persendian, dll.

4. Jali sebagai tanaman langka.
Saat ini jali dapat dikategorikan sebagai tanaman langka, sebab banyak orang yang tidak mengetahui apa itu jali, bagaimana bentuknya dan manfaatnya. Juga yang tadinya di berbagai daerah ada, sekarang sudah tidak lagi dikembangkan. Padahal cara penanamannya juga tergolong mudah dan biaya untuk menanam serta perawatannya juga tergolong murah. Murah dalam arti lebih murah prosesnya daripada tanaman pangan lainnya seperti beras dan jagung. Cara penanaman jali juga cukup mudah. Jali tidak harus ditanam di lahan terbuka. Kebanyakan orang memang menanamnya di lahan terbuka/tegalan. Namun, tidak harus di lahan terbuka. Di kebun yang banyak pepohonan pun juga bisa. Tidak hanya itu saja. Jali juga dapat ditanam di lahan yang kurang subur di tanah yang keras, dan banyak batu, namun bisa tetap tumbuh dengan baik.

Thursday, February 11, 2016

Kesenian Kethoprak Nasibmu Kini


Dulu, diwaktu masa kecil dan jaman televisi didusun Tepus Somorejo masih berwarna hitam putih itupun hanya beberapa orang saja yang memilikinya, tontonan yang paling menarik bagi orang tua khususnya adalah kethoprak, meskipun anak-anak, remaja, maupun dewasa juga menyukainya. Stasiun televisi masih TVRI, stasiun TV swasta seingat saya belum banyak (atau mungkin belum sampai siarannya di pedesaan), sehingga stasiun televisi paling favorit adalah TVRI.

Kethoprak memang menarik, apalagi masih kental dengan budaya jawa yang masih mengakar di wilayah pedesaan, kala itu. Setiap malam Rabu atau malam minggu, menonton kethoprak menjadi hiburan yang menyenangkan bagi orang desa, apalagi kalau Kethoprak sayembara, itu lebih menarik perhatian lagi.

Seiring dengan perkembangan, stasiun televisi swasta mulai bermunculan, dan mulai ada satu dua yang memiliki televisi sendiri, bahkan ada yang sudah berwarna. Perlahan-lahan, eksistensi TVRI mulai tergusur, yang dulunya suka nonton kethoprak mulai berubah arah, perlahan-lahan, sinetron mulai menjadi pengganti kethoprak yang sebelumnya jadi idola.

Dan sekarang nampak sangat jelas, betapa sinetron mulai menggantikan eksistensi kethoprak dan kesenian daerah lainnya. Orang tua tak sungkan membicarakan sinetron saat berkumpul, asyik dan sepertinya begitu menarik. Sangat bertolak belakang dengan jaman saya kecil dulu, di mana tempat, kalau membicarakan acara di televisi seringnya bercerita tentang kethoprak bahkan disaat bermain bersama teman sering kali memainkan beberapa kisah cerita adegan dari kesenian kethoprak

Mungkin saja perkembangan jaman dan perubahan pola fikir telah menjadikan semua serasa mudah, perubahan yang mau tidak mau harus di terima, suka atau tidak. TVRI yang masih paling konsisten menayangkan acara kesenian tradisional seperti kethoprak harus rela menelan pil pahit, perlahan mulai di tinggalkan penggemarnya. Sinetron sudah menjadi tayangan favorit, diluar konteks bagus atau tidak, berkualitas atau tidak, tayangan "kethoprak modern" ini sudah jauh meninggalkan kethoprak yang sepertinya semakin sedikit pelestarinya. Dan sepertinya tinggal menunggu waktu untuk melihat kethoprak dan kesenian tradisional lainnya "punah" tertelan jaman.

Sebenarnya saya dan mungkin masih banyak yang lainnya, yang berharap agar kelestarian budaya Indonesia tetap terjaga. Kadang terasa aneh, saat ada negara lain yang mengakui kebudayaan Indonesia sebagai budaya negaranya, banyak yang bereaksi dan seolah memiliki sepenuhnya kebudayaan tersebut. Padahal, kalau mau jujur, bisa jadi mengenal keseniannya saja kita (saya) belum.

Kita percaya, banyak pihak yang telah berusaha keras untuk terus menjaga dan melestarikan kesenian tradisional seperti kethoprak dan lainnya, tapi, perimbangannya dirasa kurang, saat dunia global lebih berorientasi pada kemajuan teknologi ketimbang berkaca pada masa lalu. Tak ada yang keliru, namun alangkah baiknya kalau hal semacam ini perlu di luruskan, dikarenakan adanya masa sekarang karena masa lalu.

Peran televisi juga sangat vital dalam menjaga dan melestarikan budaya, selain TVRI, sepertinya sedikit stasiun televisi yang konsisten dalam menayangkan acara-acara tentang kesenian tradisional. Saya cenderung berfikir tentang orientasi profit ketimbang niatan melestarikan budaya. Dulu sempat booming acara ketoprak humor, ada juga sajian wayang kulit di salah satu TV swasta, tapi itu dulu, saat pasar belum jenuh.

Mungkin kurang bijak kalau kita terlalu mengkoreksi pihak lain, barangkali kita juga masih perlu belajar untuk mencintai kesenian tradisional dan kalau bisa turut melestarikannya. Soal sampai kapan kesenian tradisional akan bertahan, biarlah waktu nantinya yang memperjelas. Dan saat kita ingat masa lalu, kita kembali teringat tentang televisi hitam putih yang kini sudah jadi barang rongsok. Apakah kesenian tradisional akan bernasib sama dengan televisi hitam putih tersebut?, entahlah.