Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Monday, September 14, 2015

Growol Vs Pentho

Hay sobat blogger.., kali ini saya akan sedikit berbagi mengenai menu makanan kuliner yang ada didusun Tepus desa Somorejo kecamatan Bagelen kabupaten Purworejo. Menu makanan kuliner didusun Tepus somorejo ini yaitu growol. Jenis makanan ini berasal dari bahan dasar singkong yang difermentasikan.

Yang ingin kita bagikan disini adalah growol dan pentho. Selain sebagai makanan kuliner, growol merupakan makanan yang baik buat kesehatan bagi para penderita penyakit diabetes karena growol rendah akan kalori dan baik pula bagi anda yang sedang diet karena efek rasa kenyangnya membuat anda bisa mengganti menu makanan pokok nasi dengan growol.

Masyarakat didusun Tepus mulai sulit untuk mendapatkan makanan ini. Untuk menikmati growol ini ada yang mendapatkannya dengan membeli dipasar Krendetan Bagelen atau dipasar Pripih Hargomulyo atau beli ke produsen didusun Pletuk Dadirejo ada pula yang lebih senang dengan membuat sendiri. Growol dapat dikonsumsi sebagai pengganti nasi, maka tak heran jika growol sering dikonsumsi dengan sayur atau lauk pauk lainnya.

Yang menjadikan beda dari rasa growol adalah jika dikonsumsi dengan lauk sederhana yaitu pentho. Pentho merupakan makanan yang biasa dijadikan sebagai lauk mirip seperti perkedel. Yang membedakan adalah bahannya yang terbuat dari parutan kelapa muda dicampur dengan bumbu kemudian dibuat bundaran seperti perkedel dan digoreng. Pentho mempunyai cita rasa yang enak dan gurih. Lauk ini cocok jika dikonsumsi dengan nasi hangat atau dengan growol ini.
Growol sendiri dapat disajikan dengan berbagai macam aneka lauk. Growol bisa sajikan sama ikan asin dengan bumbu pedas, bisa disajikan dengan tempe besengek, bisa juga dicampur dengan parutan kelapa yang sudah dibakar, enak juga dimakan sama srundeng, pelas kelapa muda, bisa juga disajikan sama oglok tempe daun mlinjo atau bisa juga dikonsumsi cukup dengan sambel jenggot.
Nah... Sobat blogger yang berbahagia, makanan khas growol dan pentho ini mungkin hanya ada didusun Tepus somorejo. Apabila Anda singgah ke Bagelen Anda sempatkan mampir kedusun Tepus desa Somorejo untuk mencicipi growol dan pentho.

Soal rasa dijamin mak nyusss, gurih-gurih nyoiii... Sobat.
Soal harga dijamin sangat terjangkau... Sobat.

Saturday, September 5, 2015

Jateng Gayeng

Slogan Jateng Gayeng diharapkan menginspirasi masyarakat jawa tengah dimanapun berada


Pak gubernur Ganjar Pranowo berharap logo dan slogan Jateng Gayeng yang baru diluncurkan pada penutupan Pesta Rakyat 2015 dalam rangka memperingati hari jadi ke-65 provinsi Jateng beberapa waktu yang lalu, dapat menginspirasi masyarakat untuk selalu penuh semangat, berani, tangguh, jujur, ramah, harmonis, dan hangat.

“Logo dan slogan Jateng Gayeng ini akan diaplikasikan di berbagai produk promosi Jawa Tengah untuk meningkatkan pembangunan investasi dan pariwisata,”.

Logo dan slogan Jateng Gayeng merupakan karya dari Tonny Subagyo dan berhasil menyabet juara pertama sayembara “tagline” yang digelar Pemerintah Provinsi Jateng pada 18 Juni hingga 15 Juli 2015. “Sebelum sayembara digelar, Pemprov Jateng bekerja sama dengan Mark Plus membentuk tim yang beranggotakan akademisi, budayawan, dan unsur pemerintah yang bertugas memetakan potensi serta keunggulan Jateng untuk dijadikan pedoman sayembara,”.

Tonny Subagyo, mengungkapkan bahwa karyanya dalam membuat logo "jateng gayeng" terinspirasi dan modifikasi dari huruf Jawa yang kemudian dikembangkan menjadi font khusus sehingga menggambarkan karakter masyarakat Jateng yang kuat mendukung dinamika perubahan modern dengan tetap memegang teguh akar budaya Jawa.

Warga Depok, Jawa Barat itu lebih memilih kata “Jateng” daripada “Jawa Tengah” karena menurutnya kata tersebut lebih mudah diingat dan sudah dikenal, sedangkan logo dimulai dari dari huruf kecil untuk menggambarkan keramahan, kebersamaan, bersifat melayani dan tidak angkuh.

Logo Jateng Gayeng ini dipatenkan dengan warna dasar merah diambil dari warna gula jawa yang menggambarkan energi semangat, kekuatan dan pertumbuhan.

Terkait kata “Gayeng”, menjelaskan bahwa dalam kamus bahasa Jawa, kata gayeng berarti menyenangkan atau menggembirakan. “Jadi kata ‘gayeng’ menggambarkan hubungan yang menyenangkan antara pemimpin dan rakyatnya,” katanya.

Selain itu, Jawa Tengah sebagai tempat strategis dan memiliki daya dukung yang menyenangkan untuk solidaritas beragama, usaha, berinvestasi, berwisata, inovasi, kreatifitas bidang pendidikan, sosial, seni budaya, dan mencapai kesejahteraan bersama.

Di jelaskan bahwa pada logo Jateng Gayeng terdapat modifikasi huruf “T” yang menyerupai keris dan sifat-sifat keris bagi masyarakat Jawa melambangkan keberanian serta kebenaran untuk tujuan kebaikan serta kuat teguh untuk menyatukan diri kepada Tuhan.

“Huruf “G” pada kata Jateng di bikin menyerupai angka 9 karena mengambil sembilan filosofi jawa yang melandasi kehidupan yakni hidup bermanfaat, mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, bijak dan sabar, menang tanpa merendahkan, tabah, tidak manja, tidak rakus, berlaku jujur, tidak merasa pandai, serta selalu semangat,”.

Tuesday, September 1, 2015

Genduren


Genduren atau disebut juga Kenduri adalah sebuah tradisi yang sudah berjalan sekian puluh tahun, mungkin malah sudah ada ratusan tahun. Tradisi ini masih banyak berlangsung terutama di desa-desa seperti halnya didusun Tepus somorejo.

Hakekatnya sama, hanya istilahnya saja yang mungkin berbeda. Pada intinya genduren/kenduri merupakan mekanisme sosial untuk merawat dan menjaga kebersamaan sehingga cita-cita yang sejak semula dibuat diteguhkan kembali.

Kenduri juga menjadi alat kontrol sosial untuk menjaga gerak dan arah dari cita-cita yang telah diperjuangkan bersama itu. Dalam kerangka mekanisme sosial itulah, kenduri menampung dan mepresentasikan banyak kepentingan. Dari sekian banyak kepentingan itu, semua dilebur menjadi satu tujuan.

Kenduri mampu mempersatukan, bahkan semakin mempererat kesatuan itu. Bukan hanya kesatuan kepentingan, kesatuan cita-cita, namun juga kesatuan masing-masing individu yang terlibat didalamnya.

Dalam kenduri akan terlihat jelas bagaimana kebersamaan dan keutuhan tercipta: suasana penuh kerukunan, sendau gurau antar sesama, ketika hidangan kue dan minuman ala kadarnya disuguhkan (bahasa Tepusnya macit) atau ketika bersalam-salaman dengan tulus.

Kenduri merupakan sebuah tradisi berkumpul yang dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang, biasanya laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang genduren. Bisa berujud selametan syukuran, bisa juga bisa berujud selametan peringatan, atau aneka selametan lainnya.

Dalam kenduri itu dipanjatkan bacaan do'a. Siapakah yang biasa memimpin do'a? Biasanya ada satu orang yang dituakan berfungsi  sebagai pemimpin do’a sekaligus yang mengikrarkan hajat dari sang tuan rumah. Seorang pemimpin itu biasa juga disebut sebagai Ustadz, Ro’is, Modin, atau Kaum.

Pemimpin ini bisa diundang sendiri karena orang itu memang sudah biasa menjalankan peran dan fungsi sebagai pemimpin doa dalam kenduri. Tetapi jika tidak ada, kenduri bisa juga dipimpin oleh orang yang dianggap tua dan mampu untuk memimpin kenduri tersebut.

Didalam kenduri ada istilah "Sego Brekat"(nasi berkat), penyebutan brekat dari segi bahasa merupakan saduran bahasa arab ‘barkatun’ atau ‘barokatun’, yang artinya kebaikan yang bertambah-tambah terus. Ada pula yang mengatakan bahwa nama brekat berasal dari singkatan ‘brek terus diangkat’ maksudnya begitu ‘brek’ (bunyi) diletakan, kemudian diangkat untuk dibawa pulang masing-masing tamu undangan.


Pemberian sego brekat dilakukan dengan niat sedekah dari tuan rumah yang memiliki hajat. Sebuah kegiatan sosial yang indah.
Lihatlah urutan kebaikan di dalamnya. Orang yang memberi nasi berkat senang karena bisa bersedekah dan rumahnya dijadikan tempat dzikir dan berdoa. Orang yang diberi nasi berkat senang bisa membawakan oleh-oleh bagi istri dan anaknya, dan anaknya gembira menanti datangnya berkat.  Lalu mereka makan nasi berkat dengan gembira dan kenyang.


Wahai, orang dengan taraf bahagia seperti itu, bagaimana tidak lalu mendoakan  dengan ikhlas bagi si pemberi? Dan bukankah  mendoakan kebaikan bagi orang lain adalah juga berarti kebaikan bagi si pendoa? Pendek kata, sedekah itu luar biasa. Bahkan untuk setingkat nasi berkat. Di sini juga akan semakin terasa bahwa sejatinya memberi itu adalah juga menerima.

Genduren atau kenduri memang sebuah tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Meski terkesan sederhana, tradisi ini memang memiliki makna yang mendalam sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini juga positif secara sosial kemasyarakatan karena dapat memperkuat ikatan tali sillahturahmi satu sama lain. Tidak heran jika tradisi ini dikatakan sebagai tradisi yang sangat merakyat.