I. SEJARAH TANAMAN GANYONG
Ganyong (Canna edulis Kerr) merupakan tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan (Amerika Tropika) dan telah tersebar ke Asia, Australia, dan Afrika. Namun, menurut Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani dari bekas Uni Soviet, asal-muasal ganyong adalah Amerika Selatan, tepatnya di daerah Peru, Bolivia, dan Equador. Umbi mudanya di Amerika Selatan dimakan sebagai sayuran, dan kadang-kadang digunakan sebagai pencuci mulut. Sisa umbinya yang tertinggal setelah diambil patinya dapat digunakan sebagai kompos. Sementara pucuk dan tangkai daun muda dipakai untuk pakan ternak. Selain itu, bunga daunnya cukup indah, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Kita mengenal ganyong dengan banyak nama daerah. Sedangkan umbinya yang sudah tua dapat dikonsumsi dan dapat diambil patinya. Ganyong adalah tanaman umbi-umbian yang termasuk dalam tanaman dwi tahunan (2 musim) atau sampai beberapa tahun, hanya saja dari satu tahun ke tahun berikutnya mengalami masa istirahat, daun-daunnya mengering lalu tanamannya hilang sama sekali dari permukaan tanah. Pada musim hujan tunas akan keluar dari mata-mata umbi atau rhizomanya.
Ganyong sering dimasukkan pada tanaman umbi-umbian, karena orang bertanam ganyong biasanya untuk diambil umbinya yang kaya akan karbohidrat, yang disebut umbi disini sebenarnya adalah rhizoma yang merupakan batang yang tinggal didalam tanah. Di Indonesia tanaman ini telah tersebar dari Sabang sampai Merauke. Terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, tanaman ini telah diusahakan penduduk walaupun secara sampingan. Umbi yang dipanennya dibuat tepung, ternyata hasil penjualan tepung ini dapat menambah penghasilan penduduk yang sangat berarti.
II. JENIS / VARIETAS TANAMAN GANYONG
Di Indonesia dikenal dua kultivar atau varietas ganyong, yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun dan pelepahnya yang berwarna merah atau ungu, sedang yang warna batang, daun dan pelepahnya hijau dan sisik umbinya kecoklatan disebut dengan ganyong putih. Dari kedua varietas tersebut mempunyai beberapa berbedaan sifat, sebagai berikut :
A. Ganyong Merah
Batang lebih besar. Agak tahan kena sinar dan tahan kekeringan Sulit menghasilkan biji, Hasil umbi basah lebih besar tapi kadar patinya rendah Umbi lazim dimakan segar (direbus). Karakteristik dari ganyong merah adalah sebagai berikut :
- Batang lebih besar
- Agak tahan kena sinar dan tahan kekeringan
- Sulit menghasilkan biji
- Hasil umbi basah lebih besar tapi kadar patinya lebih rendah
- Umbi lazim dimakan segar (direbus)
B. Ganyong Putih
Lebih kecil dan pendek Kurang tahan kena sinar tetapi tahan kekeringan Selalu menghasilkan biji dan bisa diperbanyak menjadi anakan tanaman Hasil umbi basah lebih kecil, tapi kadar patinya tinggi, Hanya lazim diambil patinya. Karakteristik dari ganyong putih adalah sebagai berikut :
· Lebih kecil dan pendek
· Kurang tahan kena sinar tetapi tahan kekeringan
· Selalu menghasilkan biji dan bisa diperbanyak menjadi
· anakan tanaman
· Hasil umbi basah lebih kecil, tapi kadar patinya lebih tinggi
III. MANFAAT TANAMAN GANYONG
Umbi ganyong dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi. Kandungan karbohidrat ganyong cukup tinggi, setara dengan umbi-umbi yang lain, namun lebih rendah daripada singkong, tetapi karbohidrat umbi dan tepung ganyong lebih tinggi bila dibandingkan dengan kentang, begitu juga dengan kandungan mineral kalsium, phosphor dan besi. Dengan demikian ganyong sangat tepat bila digunakan untuk keragaman makanan sebagai pengganti beras. Berikut adalah kandungan dari umbi ganyong :
Air 14 (g), Protein 0,7 (g), Lemak 0,2 (g), Karbohidrat 85,2 (g), Kalori 8 (mg), Fospor 22 (mg), Besi 1,5 (mg), Vit. A 0(IU), Vit. B 0,09, Vit. C 0.
IV. DESKRIPSI TANAMAN GANYONG
1. Klasifikasi Ilmiah
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingeberales
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis kerr
2. Morfologi Tanaman
Tanaman ganyong merupakan tanaman berumpun atau herba, semua bagian vegetatif yaitu batang, daun serta kelopak bunganya sedikit berlilin. Tanaman ini tetap hijau disepanjang hidupnya, di akhir hidupnya, dimana umbi telah cukup dewasa, daun dan batang mulai mengering. Keadaan seperti ini seakan-akan menunjukkan bahwa tanaman mati, padahal tidak. Karena bila hujan tiba maka rimpang atau umbi akan bertunas dan membentuk tanaman lagi.
Tinggi tanaman ganyong antara 0.9 - 1,8 meter. Bahkan di Queensland dapat mencapai 2,7 meter. Sedang untuk daerah Jawa, tinggi tanaman ganyong umumnya 1,35 – 1,8 meter. Apabila diukur lurus, maka panjang batang bisa mencapai 3 meter. Panjang batang dalam hal ini di ukur mulai dari ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau yang sering disebut dengan umbi. Apabila diperhatikan ternyata warna batang, daun, pelepah daun dan sisik umbinya sangat beragam. Adanya perbedaan warna ini menunjukkan varietasnya.
1) Daun
Tanaman ganyong memiliki karakteristik daun sebagai berikut :
· Daunnya lebar
· Berbentuk elip memanjang dengan bagian pangkal dan ujungnya agak runcing
· Panjang daun 15 - 60 sentimeter, sedangkan lebarnya 7 - 20 sentimeter.
· Bagian tengahnya terdapat tulang daun yang tebal
· Warna daun beragam dari hijau muda sampai hijau tu
2) Bunga
Tanaman ganyong memiliki karakteristik bunga sebagai berikut:
· Ukuran bunga ganyong relative lebih kecil (ganyong umbi)
· Bunga relatif besar (ganyong hias), misalnya Canna coccinae, Canna hybrida, Canna indica dan lain-lainnya
· Warna bunga merah oranye dan pangkalnya kuning dengan benangsari tidak sempurna
· Jumlah kelopak bunga ada 3 buah dan masing-masing panjangnya 5 sentimeter.
3) Buah
Tanaman ganyong memiliki karakteristik buah sebagai berikut :
· Buah tidak sempurna dan tidak berbentuk.
· Buah ini terdiri dari 3 ruangan yang berisi biji berwarna hitam sebanyak 5 biji per ruang.
4) Umbi
Tanaman ganyong memiliki karakteristik buah sebagai berikut :
· Umbi relatif besar dengan diameter antara 5 - 8,75 cm dan panjangnya 10 - 15 cm, bahkan bisa mencapai 60 cm.
· Bagian tengahnya tebal dan dikelilingi berkas-berkas sisik yang berwarna ungu atau coklat dengan akar serabut tebal.
· Bentuk beraneka ragam
V. SYARAT TUMBUH
1. Tempat tumbuh
Tanaman ganyong tidak memerlukan syarat-syarat iklim tertentu yang sulit untuk dipenuhi. Tanaman ganyong hanya tidak tahan di daerah yang anginnya kuat, karena ganyong merupakan tanaman herba atau terna hingga mempunyai batang yang rapuh dan tidak tahan terhadap serangan angin. Pada daerah berangin kuat, tanaman ini sanugat memerlukan lajur pelindung untuk bertahan. Meskipun ganyong toleran terhadap suhu udara tapi umumnya tanaman ini baru akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 - 250 meter dpl. Tetapi hal ini tidak mutlak, karena di Hawai tanaman ini justru berproduksi maksimal pada daerah yang mempunyai ketinggian dibawah 450 meter dpl sementara di Peru pada daerah dengan ketinggian di atas 2.550 meter dpl, ganyong masih mampu tumbuh subur.
2. Suhu
Ganyong dapat tumbuh dengan baik jika berada di daerah tropis. Di daerah yang sangat dingin ganyong juga masih dapat bertahan hidup, akan tetapi proses pembentukan umbi untuk menuju dewasa relatif lama. Di daerah yang suhu udaranya siang hari sangat tinggi dan malam harin sangat rendah, ganyong masih mampu hidup dan berkembang biak dengan baik. Misalnya di daerah Aparimacgorge/Peru yang pada siang hari bersuhu 32°C dan pada malam hari cuma 7°C.
3. Curah hujan
Tanaman ganyong memerlukan curah hujan yang sedang-sedang saja, sehingga tanaman ini dapat hidup dengan baik di musim kemarau atau di daerah kering. Misalnya di Hawai yang curah hujan tahunannya hanya 112 cm, tanaman mampu tumbuh dengan baik dan hasilnya sangat memuaskan.
Jumlah embun juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman ini. Embun yang terlalu banyak sering mengakibatkan kelainan pada pertumbuhan daun dan merusak perkembangan umbinya.
4. Tanah
Setiap tanaman memang menghendaki jenis-jenis tanah tertentu. Tidak demikian halnya dengan tanaman ganyong, yang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah.
VI. BUDIDAYA TANAMAN GANYONG
1. Pemilihan Bibit
Tanaman ganyong dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Secara generatif yaitu dengan menggunakan bijinya, namun sangat jarang dilakukan petani kecuali oleh peneliti, dimana jumlah bijinya relatif sedikit dan umur lebih lama. Perbanyakan yang dilakukan petani adalah dengan vegetatif yang menggunakan umbi berukuran sedang dengan tunas 1 - 2. Kebutuhan bibit per hektarnya + 2 ton. Untuk mencegah kerusakan bibit akibat penyakit busuk umbi sebelum ditanam dapat dilakukan pencelupan bibit pada larutan CuSO4 10 %.
2. Pengolahan Tanah
1) Alat-alat yang diperlukan
Alat-alat yang digunakan dalam mengolah tanah untuk bertanaman ganyong sangat sedikit sekali, ini karena ganyong tidak ditanam di lumpur seperti halnya padi. Jadi alat-alat yang digunakan adalah :
· Ganco atau garpu
· Cangkul
· Sabit
2) Teknik Pengolahan Tanah
Pada musim kemarau tanah sebaiknya diganco dulu. Pada saat ini tanah terbalik dan rumput-rumput terbenam di dalam tanah. Selanjutnya rumput ini akan membusuk dan menjadi bunga tanah. Setelah hujan tiba, tanah segera dicangkul dan diratakan. Pengerjaan pengolahan tanah tersebut mengakibatkan tanah menjadi gembur sehingga air dan udara leluasa bergerak di dalamnya. Selain itu penggemburan tanah bisa membuat umbi ganyong leluasa berkembang, sehingga akan diperoleh umbi yang berukuran lebih besar.
Sedangkan pada tanah liat berat sebaiknya dibuat guludan agar drainasenya bisa sempurna. Sedang pada jenis tanah yang lain, tanah cukup dibuat bedengan-bedengan. Umumnya bedengan ini lebarnya 120 cm dan panjangnya tidak dibatasi. Tinggi bedengan 25-30 cm dan jarak antara satu bedengan dengan bedengan lainnya 30-50 cm. Berhubung ganyong senang sekali tumbuh pada tanah yang kaya humus, maka pada saat meratakan tanah dapat diberikan pupuk dasar. Pupuk dasar ini berupa kandang atau kompos.
3. Waktu Penanaman
Penanaman ganyong biasanya dilakukan saat awal musim hujan, yaitu antara bulan Oktober sampai Desember.
4. Jarak Tanam dan Penanaman
Membuat lubang tanam merupakan langkah petama pada tahap ini. Dalamnya lubang tanaman 12,5 - 15 cm dibuat secara lajur atau berbaris. Jarak tanaman yang digunakan untuk bertanam ganyong sangat tergantung pada jenis dan keadaan tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian. Karena adanya perbedaan tersebut, jenis tanah sangat mempengaruhi kesuburan pertumbuhan tanaman dan umbi. Selain berdasarkan jenis tanah, jarak tanam juga diperhitungkan dengan berlandasan populasi optimum tanaman per hektarnya.
Pada tanah liat dianjurkan menggunakan jarak tanam 90 x 90 cm, dengan jarak barisan 90 cm begitu juga jarak antara barisannya. Jika yang tersedia adalah lahan yang masih banyak ditumbuhi oleh rerumputan atau alang-alang, maka sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih lebar lagi yaitu 135 cm x 180 cm, sedang untuk tanah liat berat di gunakan jarak tanam 120 cm x 120 cm. Di tanah-tanah pegunungan yang biasanya tanah miring dan sudah dikerjakan menjadi teras-teras, ini sangat menguntungkan, karena selain hasil lahan akan bertambah juga dapat memperkuat teras-teras tersebut. Jarak tanam yang digunakan dalam hal ini adalah 50 cm urut sepanjang tepi teras.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman ganyong yang sangat penting adalah sebagai berikut :
1) Penyiangan
Kebersihan bedengan atau areal tanaman dari gangguan gulma perlu sekali diperhatikan, terutama pada masa awal pertumbuhannya. Apabila banyak gulma yang tumbuh, tentu saja sejumlah unsur-unsur hara tersebut digunakan oleh gulma, sehingga pertumbuhan ganyong yang masih muda ini merana.
2) Pembumbunan
Pembumbunann adalah suatu usaha untuk menggemburkan tanah. Tanah yang gembur akan membuat umbi yang terbentuk dapat berkembang dengan leluasa. Pembumbunan dapat dimulai pada saat ganyong berumur 2 - 2,5 bulan.
3) Penyiraman
Karena pada masa ini bibit yang mulai bertunas banyak sekali memerlukan air, udara dan unsur-unsur hara serta sinar matahari yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya terutama untuk memperbanyak akar.
4) Pemupukan
Karena ganyong menyenangi tanah yang gembur, maka pupuk yang sangat diperlukan adalah pupuk kandang atau kompos. Pupuk ini bila perlu dapat diberikan bersamaan dengan pembumbunan.
VII. PEMANENAN
Ada bermacam-macam pendapat tentang masa panen umbi ganyong, ini karena tidak ada batas masa pendewasaan umbi. Tetapi umumnya pendewasaan umbi dipengaruhi oleh ketinggian daerah tempat hidupnya. Pada umur 6 - 8 bulan setelah tanam, umbi biasanya sudah cukup dewasa dan bisa panentetapi, biasanya belum dapat diambil patinya, tetapi untuk bahan makanan sampingan misalnya direbus atau dibakar. Pada dataran tinggi yang umumnya tertimpa hujan hampir sepanjang tahun, masa pendewasaan umbi lebih lama daripada di dataran rendah. Ini karena pembentukan pati terhambat. Dengan demikian umbi baru bisa dipanen setelah umur satu tahun atau umumnya 15 - 18 bulan.
Di dataran rendah, kandungan pati mencapai puncaknya pada umur satu tahun, lebih dari satu tahun justru kandungan patinya berkurang, ini di sebabkan setelah satu tahun musim hujan telah tiba, sehingga pati sebagai cadangan makanan tumbuhan tersebut terurai dan muncullah tunas baru. Sebagai patokan yang pasti, umbi dianggap tua apabila telah ditandai dengan mengeringnya batang dan daun-daun tanaman.
Cara pemanenan bisa dilakukan dengan cara pencabutan apabila batang tanaman ganyong belum rapuh, bila telah rapuh dapat dengan cara mencongkelnya dengan tongkat besi, kayu atau sejenisnya. Jumlah hasil panenan ganyong berubah-ubah atau sangat tergantung pada perawatan tanaman, jenis tanah dan sebagainya. Di Jawa, per arenya menghasilkan 30 kuintal, sedang di Hawaii per tahunnya tiap acre (4046,86 meter persegi) menghasilkan 18 - 20 ton umbi yang berumur 8 bulan.
VIII. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Ganyong adalah tanaman yang relatif bebas dari serangan hama dan penyakit. Walaupun demikian di daerah-daerah yang telah membudidayakan ganyong secara intensif, sering ditemui hama dan penyakit sebagai berikut :
1) Belalang dan Kumbang
Akibat kerusakan dari kedua hama ini sebenarnya tidak secara langsung, tetapi merupakan akibat sekunder. Belalang dan kumbang biasanya menyerang tanaman dengan memakan daun-daun ganyong, dengan demikian jumlah permukaan daun berkurang akibatnya fotosintesis berkurang, dan akibatnya pembentukan umbipun terhambat. Untuk mengatasinya dapat dilakukan pemberantasan secara kimiawi, dengan insektisida Agrothion 50, dosis 0,6 – 2 l/ha.
2) Agrotis spp. (Ulat Tanah)
Ulat Agrotis ini terutama menyerang tanaman muda yaitu bagian batang dan tangkai daun, akibatnya tanaman rebah. Kerusakan semacam ini dapat mengakibatkan kerugian yang berarti, karena tanaman muda tersebut bisa mati. Cara pemberantasannya dapat dengan kultur teknis, yaitu dengan pembersihan rerumputan di sekitar tanaman. Dapat juga dengan mengumpulkan ulat-ulat tanah tersebut di siang hari, karena pada siang hari ulat-ulat ini berada di sekitar pangkal batang. Cara pemberantasan yang terakhir dengan menggunakan insektisida Dursban 20%E.C., Hostathion 40 % E.C. dan Phosvel 30 % E.C..