Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Saturday, March 11, 2017

Dolanan Gamparan Yang Tergantikan

Hay...Hay Bro...Hay...Mas Bro...

Di era tahun 90 an sehabis sekolah di SDN Tepus, Sesama teman-teman biasanya pulang melalui aliran sungai yang ada didusun Tepus untuk mencari batu pilihan. Batu yang bentuknya pipih seperti batu-bata dan berpori-pori halus. Watu Item atau batu hitam biasa kami menyebutnya. Batu jenis ini mempunyai kekerasan yang lebih baik dan permukaannya licin sehingga enak membawanya. Batu ini merupakan syarat mutlak untuk bisa ikut permainan Gamparan yang biasa dimainkan pada sore hari menjelang maghrib atau siang hari ketika jam istirahat sekolah.
Dasar dari dolanan Gamparan ini yaitu mengadu batu dengan batu. Batu lawan diletakkan berdiri dalam jarak sekitar 5 meter, terus kita hantam dengan batu milik kita. Batu kita letakkan di atas kaki, kemudian ambil ancang-ancang sambil ayunkan batu yang ada di kaki lalu dihantamkan pada batu yang dipasang oleh pihak lawan. Bila batu yang terhantam patah maka dia harus keluar dari permainan. Jika batu yang milik kita untuk menghantam juga pecah maka juga dianggap sudah kalah dan harus keluar dari arena. Hanya batu yang tetap utuh dan tidak terbelah saja yang boleh bertahan dalam permainan ini.

Pada akhirnya hanya ada dua batu yang difinalkan. Batu yang tidak patah yang akan jadi pemenang. Kalau dua-duanya patah maka tidak ada pemenang dalam permainan ini. Intinya hanya batu yang keras dan kuat dari hantaman yang akan jadi pemenang.

Orang hidup itu memang harus mempunyai keteguhan sekeras batu dalam permainan gamparan tadi. Hanya yang punya keinginan dan niat yang kuat saja yang akan dapat survive dalam menghadapi kehidupan ini. Dan benturan-demi benturan suka atau tidak suka pasti akan kita temui. Hanya yang sekeras batu hitamlah yang tidak akan terhanyut oleh aliran air kehidupan. Dan, tentunya tidak mudah tergerus oleh gesekan-gesekan yang menimpanya.

Itulah barangkali, ( eh barang kali itu ya batu ) hikmah yang dapat diambil dari dolanan waktu kecil yang sekarang sudah ditinggalkan dan tergantikan oleh permainan modern.

Oke gaesss... jangan lupakan mainan jadul ya...karena mainan jadul itu lebih asyik dan mendidik.

Wednesday, February 8, 2017

Menuju Desa Berdikari

Kajian Desa Berdikari mulai diobrolkan masyarakat desa, terutama di wilayah Jawa Tengah. Berdikari merupakan akronim dari Berdiri di Kaki Sendiri. Gubernur Ganjar Pranowo menangkap semangat ini dalam program provinsi di bidang pemberdayaan masyarakat. Provinsi Jawa Tengah juga menjadi model desentralisasi program pemberdayaan masyarakat, khususnya urusan penanggulangan kemiskinan.

Desa Berdikari menandai komitmen desa untuk membangun kemandirian, baik di bidang pangan, energi, budaya, dan politik. Sebagai kesatuan masyarakat hukum, desa memiliki sejumlah hak tradisional yang berfungsi untuk menekan jarak antara kebijakan pemerintah desa dengan kebutuhan rakyatnya. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menegaskannya dalam kewenangan desa berdasar hak asal-usul (rekognisi) dan kewenangan lokal berskala desa (subsidiaritas).

Berbekal dua kewenangan tersebut, desa harus mampu melepaskan dirinya dari ketergantungan dan patronasi pemerintah supra-desa. Selama ini perumusan program kerja pemerintah desa banyak mendasarkan diri pada kontruksi desa yang dibangun oleh pemerintah supradesa. Ambil contoh, untuk merumuskan program kependudukan, desa masih merujuk ke data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil; untuk merumuskan program pendidikan, desa merujuk pada data Dinas Pendidikan. Pemerintah desa tidak memiliki rujukan data akurat yang diolah oleh mereka secara mandiri.

Kondisi itu menunjukkan desa belum mampu mengenali dirinya secara menyeluruh. Fakta-fakta yang terjadi di desa masih dianggap oleh pemerintah desa sebagai peristiwa harian yang tanpa makna. Hubungan antara pemerintah desa dan masyarakat desa terbangun sebatas hubungan sosial kemasyarakat karena perumusan kebijakan desa justru lebih banyak melaksanakan tugas-tugas perbantuan pada pemerintah supra-desa.

Konsep Desa Berdikari ingin mengembalikan fungsi desa sebagai pelembagaan masyarakat sipil. Pemerintah desa dan masyarakat desa mampu menciptakan kolaborasi kerja untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di desa. Kolaborasi kerja bisa dimulai melalui kerja-kerja mengenali desa sendiri. Desa memiliki kedaulatan atas data kondisi wilayahnya sebagai data banding atas data yang dikontruksi oleh pemerintah supra-desa. Desa mampu mengaudit hasil-hasil survei supra-desa melalui Sistem Informasi Desa yang dibangun oleh pemerintah desa dan masyarakat desa.

Dari DESAKU, DESAMU, dan DESA KITA SEMUA, kita bangun BANGSA.

Tepus Somorejo Bagelen Purworejo

Saturday, January 28, 2017

Dasa Wisma

Dasa wisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang bertetangga. Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga. Bentuk kegiatannya seperti arisan(PKK), pembuatan jamban, sumur, kembangkan dana sehat (PMT, pengobatan ringan, membangun sarana sampah dan kotoran).
Kerangka pikir pertama adalah bahwa Desa Siaga akan dapat terwujud apabila manajemen dalam pelaksanaan pengembangannya diselenggarakan secara paripurna oleh berbagai pihak (unit-unit kesehatan dan pemangku kepentingan lain yang terkait).
Hasil pemantauan oleh masyarakat diinformasikan kepada petugas kesehatan atau unit yang bertanggung jawab untuk dapatnya diambil tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan dalam rangka kewaspadaan dini terhadap ancaman muncul atau berkembangnya penyakit/masalah kesehatan yang disebabkan antara lain oleh status gizi, kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (surveilans).
Secara umum tujuan dari kegiatan tersebut yang berbasis masyarakat adalah terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah-masalah kesehatan yang akan mengancam dan merugikan masyarakat yang bersangkutan.

Peran Dasawisma

Peran serta masyarakat akan diperluas sampai ketingkat keluarga dengan sepuluh keluarga sebagai satuan untuk pembinaan dalam bidang kesehatan secara swadaya.
Salah seorang dari anggota keluarga persepuluhan untuk dipilih oleh mereka sendiri dan dijadikan pimpinan dan pembina atau penghubung.
Tujuan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat, agar tercipta sistem kewaspadaan dan kesiap-siagaan dini masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah kesehatan, bencana, dan kegawat daruratan, yang akan mengancam dan merugikan masyarakat sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan secara efektif dan efisien.
Bidan yang ditempatkan didesa akan membina pemimpin kelompok persepuluhan tersebut secara berkala dan menerima rujukan masalah kesehatan dari para anggota persepuluh tersebut dalam wilayah kerjanya.
Salah satu organisasi yang telah ada dan diakui manfaatnya bagi masyarakat, terutama dalam upaya meningkatkan keberdayaan dan kesejahteraan keluarga adalah gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Selain ekonomi atau pendapatan keluarga, yang tak kalah penting diberdayakan dalam PKK adalah peningkatan kesehatan dan spritual.
                Disini yang paling berperan adalah dasawisma, yakni unit terkecil kelompok PKK yang terdiri dari 10 anggota rumah tangga. Dari 10 anggota itu,  ada seorang penanggung jawab untuk memantau kondisi rumah tangga yang lain. Prinsip dasawisma adalah pengawasan dan pemberdayaan hingga kemasyarakat bawah dan menyentuh unit masyarakat terkecil, yakni keluarga.
                Peran PKK diharapkan dapat menggugah masyarakat agar termotivasi untuk selalu dinamis, mau mengubah keadaan kepada yang lebih maju lagi. Seperti dalam hal upaya peningkatan kesejahteraan keluarga. PKK bukanlah tempat arisan dan pengajian saja, tetapi merupakan wadah bagi pemberdayaan masyarakat. Kalau arisan dan pengajian, setiap perkumpulan beberapa orang bisa saja  dilakukan. Tapi PKK lebih dari itu, merupakan wadah pemberdayaan.
                Dasawisma sebagai kelompok terkecil dari kelompok-kelompok PKK memiliki peran strategis mewujudkan keluarga sejahtera. Untuk itu, di harapkan agar Dasawisma menjadi ujung tombak pelaksanaan 10 program pokok PKK dan program pemerintah karena sebagai mitra.
                Selain itu, melalui dasawisma tersebut diharapkan banyak hal yang dapat dilakukan seperti melaksanakan kegiatan kerjabakti, usaha perbaikan gizi keluarga dan keluarga berencana (KB). Dengan begitu Keberadaan dasawisma akan mempermudah koordinasi, sehingga program-program PKK maupun yang melibatkan PKK dapat berjalan tepatsasaran.
                Pengetahuan dan keterampilan mutlak dimiliki bagi kader PKK, untuk memajukan serta meningkatkan mutu dan kemampuan organisasi. Karena, kesejahteraan bangsa dimulai dari kesejahteraan keluarga yang merupakan salah satu sasaran pembangunan. Juga mengingatkan semua yang tergabung dalam wadah organisasi PKK harus lebih mampu untuk berperan di masyarakat, baik sebagai motivator, komunikator, dinamisator pembangunan dan sebagainya yang mampu menyerap segala aspirasi yang tumbuh di masyarakat untuk membuktikan manfaat dan keberadaan PKK itu sendiri secara nyata.