Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Sunday, February 15, 2015

Budidaya Jamur Kuping



Jamur kuping dapat ditanam di daerah beriklim dingin sampai panas atau bahkan di daerah yang memiliki 4 musim. Jamur ini dapat hidup pada suhu antara 120 - 350 'C, dan suhu idealnya 200 - 300 'C. Kelembapan lingkungan tumbuh yang dibutuhkan jamur kuping sekitar 80 - 90%.

Jamur kuping sesuai untuk usaha skala rumah tangga karena prospeknya cukup baik dan harga jualnya relatif mahal. Beberapa jenis jamur kuping yang sering di budidayakan di Indonesia biasanya dibedakan berdasarkan warna tubuh buahnya.

Pertama, jamur kuping merah, red jelly, kikurage (Auricularia yudae). Cirinya tubuh buah berwarna kemerahan dengan ukuran lebih besar dibandingkan jamur kuping hitam.

Kedua, jamur kuping hitam, black jelly, arage kikurage (Auricularia polytricha), tubuh buahnya berwarna keunguan atau hitam dengan lebar 6-10 cm.

Ketiga, jamur kuping agar, white jelly, siro kikurage (Tremella fuciformis), tubuh buahnya berwarna putih dan ukurannnya lebih kecil dan tipis.

1. Persiapan bibit.

Agar hasil panen optimal, gunakan bibit jamur kuping yang bermutu. Untuk usaha budidaya skala kecil cukup membeli bibit F4 yang siap pakai.

2. Tahap budidaya.

Untuk budidaya jamur kuping menggunakan baglog tahapannya adalah sebagai berikut.

a. Menyiapkan media tanam, yaitu serbuk gergaji kayu yang telah diayak 85-90%, bekatul 10-15%, kapur CaCO3 1-2%, dan air secukupnya. Campur serbuk kayu, kapur, dan bekatul hingga rata atau sampai diperoleh kadar air media sekitar 50-70%.

b. Fermentasi media tanam, bertujuan untuk mendapatkan media yang ideal bagi pertumbuhan jamur kuping. Caranya media tersebut didiamkan selama 3-5 hari. Selama proses fermentasi, suhu media akan meningkat hingga mencapai 70 'C. Agar fermentasi merata maka perlu dilakukan pembalikan media setiap 2 -3 hari. Media yang siap digunakan ditandai dengan berubahnya warna media menjadi cokelat atau kehitaman.

c. Pembuatan baglog.
Media tanam hasil fermentasi dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas berkapasitas 1 kg, berukuran 30 x 20 cm dengan tebal 0,5 mm hingga setinggi 20 cm. Media tersebut kemudian dipadatkan menggunakan pengepres atau dipikul-pukul menggunakan botol. Pemadatan dilakukan hingga bagian bawah plastik rata dan menyerupai botol (baglog). Bentuk leher plastik mengerucut agar mudah dimasukkan ring. Selanjutnya tutup mulut botol dengan kapas dan pasang penutup baglog dengan plastik penutup. Tujuannnya agar pada saat sterilisasi/pengukusan air tidak mudah masuk ke dalam baglog.

d. Sterilisasi.
Prinsip sterilisasi pada media tanam jamur adalah menguapi media tanam agar mikroba liar mati sehingga media terbebas dari kontaminasi.

Sterilisasi dilakukan pada suhu 950 - 1200 C dalam waktu 6-8 jam. Baglog yang telah disteriisasi kemudian didiamkan di ruang inokulasi hingga suhunya kembali normal.

e. Inokulasi.
Bila suhu pada baglog telah kebali normal, lakukan inokulasi bibit/penanaman bibit pada masing-masing baglog. Selama proses inolukasi, ruangan dan proses kerjanya harus selalu dalam keadaan steril dan sirkulasi udara dalam ruangan berlangsung baik. Metode inokulasi yang perlu dilaksanakan adalah sbb:
* Semprot kedua telapak tangan dengan alkohol 70%.
* Panaskan stik besi atau kawat dengan membakarnya di atas api spiritus, lalu dinginkan.
* Semprot botol bibit dengan alkohol agar steril, buka tutup kapas baglog di atas api spiritus untuk mengurangi kontaminasi, kemudian masukkan stik/kawat ke dalam botol bibit.
* Lepas penutup baglog, masukkan bibit ke dalam mulut baglog, goyang cincin agar bibit menyebar kepermukaan baglog, kemudian tutup kembali baglog dengan kapas.

f. Inkubasi.
Agar miselium jamur kuping segera tumbuh, lakukan inkubasi baglog pada suhu 280 - 350 C, kelembapan 80%, dan cahaya lampu TL 60 watt. Inkubasi jamur kuping dinyatakan selesai setelah 4 - 8 minggu, atau ditandai dengan pertumbuhan miselium berwarna putih yang memenuhi baglog. Jika lebih dari 5 minggu masa inkubasi baglog tidak ada pertumbuhan miselium, pertanda inokulasi yang dilakukan gagal.

3. Panen.

Waku panen jamur kuping yang tepat adalah bila jamur kuping telah tumbuh maksimal yang ditandai dengan gelombang yang tidak rata di tepi jamur. Ini dicapai pada umur 3-4 minggu sejak pembentukan calon tubuh buah. Dalam satu periode penanaman selama 5-6 bulan, jamur kuping dapat dipanen 4 - 6 kali. Panen jamur kuping dilakukan dengan cara mencabut jamur kuping beserta akarnya. Akar yang tidak tercabut bisa mengganggu pertumbuhan jamur berikutnya. Untuk itu bila ada yang tertinggal, pastikan untuk segera mengeluarkannya dari baglog.

rendyramadhani09@gmail.com

Sunday, February 8, 2015

Bertahan Ala " Petani Gurem "


Ketahanan pangan merupakan persoalan krusial menyangkut kelangsungan hidup manusia.   Membicarakan ketahanan pangan di Indonesia, rasanya sulit untuk tidak menyinggung eksistensi petani. Sebab bagaimanapun, para petani  berada di garda paling depan dalam urusan produksi bahan pangan.

Sebagian rakyat Indonesia, terutama kalangan petani, secara tidak langsung telah menunjukkan baktinya dalam memerangi krisis pangan. Artinya, petani kita secara nyata telah memberikan sumbangan solusi terhadap persoalan pangan. Hanya saja gerakan mereka jarang terpublikasi, mungkin berita-berita tentang aktifitas petani dianggap kurang menarik sehingga diabaikan oleh pekerja pers.

Di Indonesia, yang disebut petani adalah mereka yang bekerja mengelola lahan.  Maka istilah farmer sebenarnya kurang tepat. Farmer dipakai bagi petani yang kaya raya, punya lahan  puluhan bahkan ribuan hektar dan hidup di kota besar. Sedangkan petani Indonesia, lebih-lebih di Jawa,  rata-rata petani hanya memiliki lahan setengah hektar, bahkan lebih sempit dari itu. Mereka sering disebut petani gurem.

Istilah gurem merujuk pada binatang kecil yang keberadaannya nyaris tidak diperhitungkan manusia. Maka petani gurem dapat digambarkan sebagai sosok petani kecil yang mencoba bertahan hidup dalam keterbatasan.  Mereka tinggal di berbagai pelosok Nusantara sebagai akar rumput bangsa. Suaranya nyaris tidak terdengar oleh telinga para pemangku kebijakan.

Jumlah petani gurem di Indonesia menempati posisi tertinggi. Data BPS menyebutkan bahwa sekitar 60% atau 120 juta penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan 70% di antaranya hidup dari pertanian. Setengah dari jumlah itu adalah petani gurem atau petani yang memiliki lahan kurang dari 0,5 ha, bahkan sebagian besar bekerja sebagai buruh tani dan buruh perkebunan.

Dari tahun ke tahun, jumlah rumah tangga petani gurem terus meningkat. Pada 1993, jumlah rumah tangga petani gurem mencapai 10,8 juta. Jumlah itu meningkat menjadi 13,7 juta rumah tangga pada 2003. Artinya, selama satu dasa warsa terakhir, kehidupan petani semakin memprihatinkan karena  semakin banyak rumah tangga petani hanya mengelola lahan sempit.

Bagi petani gurem, istilah kerawanan pangan mungkin bukan hal yang menakutkan karena mereka sudah terbiasa menghadapinya. Persoalan ketahanan pangan bagi petani gurem tidak terlepas dari cara mereka menyiasati  keterbatasan.

Rumus ketahanan pangan bagi petani gurem adalah bagaimana memanfaatkan lahan sempit  secara efektif untuk menghasilkan pangan.   Bahan pangan tidak harus berupa beras, tetapi bisa berwujud  umbi-umbian. Petani gurem sudah akrab dengan berbagai macam bahan pangan alternatif. Artinya, setiap jengkal tanah mesti diisi tanaman pangan meskipun hasilnya dimakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Petani gurem punya rumus bertani yang unik dan cenderung mengikuti kultur tradisional. Mengolah lahan bukan untuk mendapatkan kekayaan, melainkan sekadar mengikuti garis kebiasaan dalam memenuhi kebutuhan pangan. Hasil panen berupa bahan makanan tidak dijual, tetapi dikonsumsi sendiri. Baru berpikir untuk menjual jika ada sisa.

Maka istilah kerawanan pangan bagi petani gurem sebenarnya tidak berlaku, dengan catatan mereka  benar-benar rajin bekerja mengelola aset yang ada. Petani gurem yang rajin biasanya menanam berbagai jenis tanaman pangan mulai padi, jagung, sayuran dan umbi-umbian.  Sistem bercocok tanam secara majemuk ini terbukti memberi dampak positif pada penguatan pangan bagi keluarga.  Petani gurem terpaksa  memetak-metak lahannya untuk  membudidayakan berbagai jenis tanaman.

Persoalannya, tidak semua petani gurem bekerja dengan baik. Masih banyak petani kita yang mengelola lahan secara asal-asalan, bahkan menelantarkan lahan. Pekarangan rumah dibiarkan kosong, hanya ditumbuhi rumput liar.

Dan yang lebih memperihatinkan, banyak petani gurem yang terjebak pada kepentingan jangka pendek dengan mengalihfungsikan lahan produktif (terjangkau irigasi) menjadi kebun sengon dan tanaman keras lainnya sehingga tanaman pangan terabaikan. Trend menanam sengon belakangan ini menjadi gaya hidup petani gurem dengan mengorbankan lahan produktif.

Semua itu tidak lepas dari  background pertanian di Indonesia. Petani kita kurang pendidikannya, rata-rata lulusan SD bahkan ada yang tidak lulus SD. Ini salah satu persoalan pokok yang menjadi kendala produktivitas pertanian. Dan nasib pertanian di Indonesia menjadi tidak menentu karena petaninya kurang bermutu.

* Petani Kreatif *

Mengingat jumlah petani gurem cukup banyak, mereka perlu didorong agar berpikir lebih cermat dan kreatif  dalam mengelola lahan sempit , terutama berkaitan masalah ketahanan pangan.  Mencita-citakan ketahanan pangan secara makro tidak lepas dari upaya mengangkat citra petani gurem kita. Jika ketahanan pangan petani gurem sudah kokoh, maka secara otomatis problem kerawanan  pangan nasional bisa dikurangi.

Petani yang sesungguhnya adalah mereka yang benar-benar memiliki komitmen atas pekerjaannya. Dalam kaidah bahasa Indonesia, bertani memiliki arti  bercocok tanam atau mengusahakan tanah dengan tanam-menanam. Bertani sendiri, menurut Koentjaraningrat, termasuk bagian dari unsur kebudayaan, dimana proses bertani bukan hanya kerja menanam dan memetik hasilnya, melainkan juga sebagai kesatuan hidup.

Para petani gurem perlu diajak lebih kreatif mengelola lahan sempit.  Petani yang telaten pasti bakal panen, dan sebaliknya yang malas-malasan akan tergilas zaman.  Untuk mewujudkan petani gurem yang telaten, perlu dukungan informasi, teknologi dan manajemen. Sangat penting bagi petani gurem untuk pendapatkan informasi dengan memanfaatkan teknologi yang ada agar memiliki wawasan yang memadai dalam mengelola aset pertanian.

Petani juga perlu didorong lebih  mencintai alam sebagai sumber penghidupan. Di jaman sekarang informasi begitu mudah diakses lewat internet. Para petani kini sudah akrab dengan hand phone yang bisa digunakan untuk mencari informasi seputar dunia pertanian. Tidak perlu menunggu penyuluhan dari Dinas Pertanian seperti dahulu.

Maka tidak ada alasan bagi petani gurem untuk menyalahkan keadaan, apalagi meratapi keterbatasan lahan. Jalan terbaik untuk merubah keadaan adalah mensyukuri apa yang dimiliki.  Bergerak secara mandiri dan mengelola lahan sebaik mungkin  agar menghasilkan bahan pangan.

sumber :
* Harian kompas
* Mbah gugel (google)

Thursday, February 5, 2015

Beternak Kambing


Ada 3 hal pokok yang harus diperhatikan dalam beternak kambing yaitu : Bibit kambing, Makanan, Tata cara beternak

I. BIBIT KAMBING

Pemilihan bibit kambing harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha beternak kambing itu sendiri, apakah untuk pedaging, atau perah. misalnya untuk produksi daging maka pemilihan bibitnya adalah kambing kacang, sedangkan untuk perah dapat dengan kambing etawa. Ciri bibit kambing yang baik adalah berbadan sehat, tidak cacat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan, bulu bersih dan mengkilat.


> Ciri untuk calon induk :

_ Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.
_ Jinak dan sorot matanya ramah.
_ Kaki lurus dan tumit tinggi.
_ Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata.
_ Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.
_ Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.

> Ciri untuk calon pejantan :

_ Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi.
_ Kaki lurus dan kuat.
_ Dari keturunan kembar.
_ Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.


II. MAKANAN

Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral).

Cara pemberiannya :

Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya.
Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 - 1 kg/ekor/hari.


III. TATA CARA DALAM BETERNAK


1. Kandang

_ Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah).
_ Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
 • Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor
 • Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor
 • Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor
 • Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor
 • Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor

2. Pengelolaan reproduksi

Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.

> Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
_ Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapai 55 - 60 kg.
_ Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari.
_ Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila dinaiki.
_ Ratio jantan dan betina = 1 : 10

> Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah :
_ Masa bunting 144 - 156 hari (5 bulan).
_ Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.

3. Pengendalian Penyakit

Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi.
Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis.