Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Wednesday, November 11, 2015

"Cethot" Olahan Tradisional Yang Sudah Punah


Sobat bloger pernahkan anda mendengar atau bahkan pernah mencicipi makanan yang namanya begitu unik yaitu "cethot".


Cethot merupakan makanan sejenis kue olahan yang berbahan dasar singkong. Singkong untuk bahan baku cethot haruslah yang sudah tua benar dan keadaan segar tidak wayu. Singkong segar itu dikupas lalu diparut. Sekarang, pemarutan singkong segar bisa menggunakan mesin pemarut. Dulu, pemarutan singkong dilakukan secara manual dengan menggunakan kokrok.


Parutan singkong kemudian dikukus (di dang) menggunakan langseng (soblok) sampai matang. Pengukusan bisa berlangsung selama sekitar 1 jam - 1,5 jam. Tanda kalau seluruh adonan matang adalah, bagian tengahnya sudah tidak berupa parutan singkong yang gembur, melainkan telah menjadi kenyal. Setelah bagian tengahnya matang, adonan diangkat, dituangkan ke dalam nampan atau tampah bambu yang sudah dialasi dengan plastik atau daun pisang lalu diratakan/dipadatkan (di det), sampai lumat dan liat. Cethot pun sudah jadi dan dibiarkan menjadi dingin.


Cara mengkonsumsi cethot dengan diiris bentuk kotak ukuran 5 X 5 cm atau diiris seperti potongan wajik. Cethot cocoknya dimakan dengan srundeng, yakni kelapa parut yang diberi bumbu ketumbar, lengkuas, salam, bawang merah/putih, serta gula merah, lalu disangrai sampai warna kecokelatan.

Jenis makanan ini masih sangat populer didusun Tepus Somorejo pada tahun 1980an kala itu tingkat ekonomi masyarakat masih rendah dan untuk mendapatkan kebutuhan pokok seperti beras masih sangat sulit. Di tahun 1990an masih bisa menemui olahan cethot ini. Namun saat ini cethot sudah merupakan makanan langka yang nyaris punah dan sulit mencari keberadaannya.

Monday, November 9, 2015

Gude Kacangku

Oke guys ..... tahukah anda yang namanya gude ?


Dahulu masyarakat didusun Tepus Somorejo pernah mengenal lalu menanam yaitu tanaman gude dan mengolah biji gude menjadi pelas. Dengan campuran berbagai macam bumbu dan parutan kelapa yang masih agak muda. Setelah itu pelas dibungkus satu per satu dengan daun pisang baru kemudian dikukus. Rasa kacang gude sangat khas, hingga sulit untuk dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya.

Dalam perdagangan internasional gude disebut pigeon pea (Cajanus cajan, Cajanus indicus). Di India gude disebut  arhar, red gram, toovar, toor. Gude diduga berasal dari India dan telah di budidayakan paling sedikit sekitar 1000 tahun sebelum masehi. Kemudian tanaman ini menyebar ke Asia Tenggara dan Afrika Timur. Oleh bangsa Eropa gude dibawa ke kepulauan Karibia dan Amerika Tengah serta Latin. Sekarang tanaman gude sudah dibudidayakan  dan dimanfaatkan secara luas di kawasan tropis serta sub tropis di seluruh dunia.

Umumnya gude dibudidayakan secara monokultur maupun tumpang sari. Biasanya gude ditumpang sari dengan tanaman palawija serta sayuran lainnya. Gude kurang bagus pertumbuhanya jika di tumpang sari dengan tanaman berumur tahunan dengan tajuk yang terlalu rapat seperti singkong. Tanaman kacang-kacangan ini juga kurang bagus jika dibudidayakan di bawah tegakan tanaman keras seperti albasiah. Tanaman gude menghendaki lahan terbuka dengan sinar matahari penuh. Bahkan tanaman kacang gude  mampu mengalahkan alang-alang dalam berkompetisi merebut cahaya matahari.

Penanaman gude ditanam dalam lubang yang telah dibuat dengan cara dijojoh. Ke dalam lubang itu dimasukkan 2-3 biji gude. Biji akan tumbuh pada hari ke 4-7. Kalau 2 atau 3 biji ini tumbuh semua dibiarkan besar hingga kelihatan mana bakal bibit tanaman yang tumbuh kerdil dan harus dibuang. Kalau diantara individu biji bibit tanaman ini tumbuh sama suburnya, maka kesemuanya dapat ditumbuh besarkan.


Tanaman gude kini sulit dijumpai, didusun Tepus somorejo sudah jarang yang menanam tanaman ini padahal kacang Gude mempunyai nilai gizi yang tinggi. Setiap 100 gram bagian biji kering yang dapat dimakan mengandung 7-10,3 gr air, 14-30 gr protein, 1-9 gr lemak. Kacang Gude ini juga mengandung beberapa vitamin, termasuk vitamin A dan vitamin B kompleks.
Gude riwayatmu kini .....

Tuesday, November 3, 2015

Kuliner Jadul "Oseng-Oseng Lompong"

Sobat bloger satu menu jadul yang kini mulai langka dijumpai


Oke guys, pernah dengar nama "oseng-oseng lompong". Inilah jenis makanan berupa sayur teman nasi yang dulu banyak dikonsumsi oleh masyarakat didusun Tepus Somorejo, yang terbuat dari batang talas. Di dusun Tepus somorejo, saat ini masih ada beberapa warga yang mengolah/memasak sayur ini. Tetapi kebanyakan warga, terhadap sayur teman nasi jaman dulu (Jadul) tersebut mungkin sudah melupakannya.

Sebetulnya hampir semua keluarga spesies colocasia esculenta/lompong (batang talas) rasanya selalu ada rasa gatal di tenggorokan. Jadi, untuk membuat olahan lompong, harus pandai-pandai memasaknya agar terhindar dari rasa gatal tersebut. Dan kalau cara memasaknya benar, banyak orang yang ketagihan dengan sayur batang talas yang juga bisa disebut "oseng-oseng lompong" ini.


Untuk membuat sayur batang talas atau sayur "oseng-oseng lompong" tidak sembarangan batang talas meskipun memang banyak macamnya yang bisa disayur. Sayur lompong cocok dimasak dengan aneka bumbu rempah.

Selain rasanya yang enak, ternyata olahan lompong ini memiliki banyak khasiat yang hebat bagi kesehatan tubuh kita. Diantaranya adalah tanaman lompong mengandung antioksidan (mencegah kerusakan gen), berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang ada dalam tubuh sehingga bisa mencegah datangnya kanker dalam tubuh.

Untuk mencicipi "oseng-oseng lompong" masih bisa dipesan apabila berkunjung ke dusun Tepus desa Somorejo tentunya harus singgah ke rumah warga dan bisa pesan minta dibuatkan masakan "oseng-oseng lompong" dan bisa juga sekalian belajar bagaimana cara mengolahnya yang benar dan enak rasanya.
Setelah mencicipi lezzatnya "oseng-oseng lompong" dijamin pasti kepingin mencoba lagi karena begitu gurihnya olahan ini dan juga kini mulai sulit/jarang ditemui keberadaan olahan "oseng-oseng lompong" ini.