Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Friday, July 17, 2015

Bahalalan


Berkenaan dengan hari raya idul fitri, banyak sanak famili yang saling mengunjungi untuk saling bersilaturahmi dan bermaaf-maafan. Dalam tradisi didusun Tepus desa Somorejo, tradisi "bahalalan" yang didaerah lain juga disebut "sungkeman" masih merekat kuat pada saat berkunjung ke rumah saudara (yang lebih tua) dan mengucapkan kalimat atau kata-kata "bahalalan" dengan menggunakan bahasa jawa yang halus sebagai tanda permohonan maaf yang tulus dari dalam hati.
Foto ilustrasi sedang bahalalan
Bagi sebagian orang yang sudah biasa, mungkin tidak akan kesulitan untuk mengucapkan kalimat bahalalan kepada ayah, ibu, saudara, paman, bibi, nenek, ataupun kakek. Tetapi bagi anak muda jaman sekarang terkadang sudah mulai jarang diajarkan bagaimana melafalkan atau mengucapkan kata-kata "bahalalan" yang baik dan benar. Apalagi bagi orang luar daerah yang mendapatkan suami atau istri dari warga Tepus, tentu harus menyesuaikan adat istiadat tempat asalnya masing-masing.

Berikut adalah kalimat atau kata-kata bahalalan pada saat idul fitri sebagai tanda permohonan maaf yang telah disusun agar menjadi baik dan benar. Pertama yang muda mengucapkan kalimat berikut sambil menyalami kepada yang tua dengan kedua belah tangan dan menundukkan kepala

Kula sowan wonten ing ngarsanipun simbah
Sepindah, matur sembah pangabekti mugi katur ing ngarsanipun simbah
Kaping kalihipun, mbok bilih wonten klenta-klentunipun atur kula saklimah tuwin lampah kula satindak ingkang kula jarag lan mboten kula jarag ingkang mboten ndadosaken sarjuning panggalih, lahir & bathin
Mugi simbah kersa maringi gunging samodra pangaksami
Kula suwun kaleburna ing dinten riyadi punika
Lan ing pungkasan, ingkeng putra wayah nyuwun berkah saha pangestunipun saking simbah.

Kata simbah bisa diganti dengan kata bapak, ibu, pakde, budhe, pak lek, bu lek dsb tergantung kepada siapa bahalalan itu ditujukan. Selanjutnya berikut adalah kalimat atau kata-kata jawaban saat bahalalan sesuai tradisi jawa yang biasa diucapkan ;

Yo podho-podho
Semono uga aku, wong tuwa uga akeh klera-klerune, klajuk kurang kedugo luputku lahir bathin sing akeh dingapura luputmu yo wes tak ngapura.
Lan mugio, bisa kabul kang dadi ancas lan dadi gegayuhanmu
Ora luwih, aku wong tuwa mung bisa ndedonga marang Pangeran
Iya, kowe dak pangestoni

Setelah itu yang muda cukup mengucapakan :
"nggih sami-sami mbah" dan acara bahalalan selesai. Biasanya dilanjutkan dengan saling ngobrol/basa basi sedikit lalu menikmati hidangan kue lebaran yang disajikan.

Demikian sedikit pengetahuan tentang kata-kata yang sering diucapkan saat "bahalalan" dengan menggunakan tradisi jawa yang dilakukan didusun Tepus desa Somorejo.

Wednesday, July 15, 2015

Prepegan



Prepegan adalah hari pasaran terakhir sebelum jatuhnya hari Raya Idul Fitri.


"Prepegan" berasal dari kata "mrepeg". Mrepeg dalam bahasa Jawa merupakan kata sifat yang menyatakan suatu keadaan. Mrepeg bisa diartikan mendesak, kritis, juga tergesa. Mungkin dikarenakan menjelang lebaran, pikiran masing-masing orang yang datang ke pasar dipenuhi dengan angan dan rencana-rencana untuk mendapatkan barang kebutuhan yang diinginkannya guna menyambut hari kemenangan.


Dalam kondisi demikian, dalam diri orang tersebut semacam ada dorongan beban yang ingin segera dituntaskannya. Itulah kondisi sumpeg bin mrepeg yang harus segera dituntaskan. Di sisi lain, secara harfiah, pada Hari Prepegan manusia memang berjubel memenuhi pasar. Suasana pasar bertambah ramai, padat dan mungkin juga sumpeg berdesak-desakan.


Hari pasaran biasa untuk pasar Krendetan dan pasar Pripih (pasarnya warga Tepus dan sekitarnya) adalah hari Rabu dan Sabtu. Pada saat hari pasaran terakhir sebelum jatuhnya hari Raya Idul Fitri, aktifitas jual beli di pasar Krendetan atau pasar Pripih akan meningkat 180 drajat dari hari pasaran biasa. Pada hari tersebut, boleh dikata masyarakat sekitar akan “tumplek-blek” dipasar untuk membeli kebutuhan hari raya Idul Fitri. Mereka berduyun-duyun datang ke pasar untuk berbelanja kebutuhan pokok yang akan digunakan untuk menyambut datangnya hari kemenangan. Semua kebutuhan pokok tersedia disana dan banyak juga pedagang-pedagang musiman yang datang berjualan disini. Dan hebatnya….dihari “Prepegan” ini ramainya pasar ini bisa sampai diatas jam 14.00 WIB padahal kalau dihari pasaran biasa tidak lebih dari jam 10.00 WIB.


Pada saat “prepegan” ini, kios yang paling rame umumnya kios sandangan, kios aksesoris, kios kue-kue lebaran, pedagang ayam potong, daging, ikan, sayur-mayur-lah yang paling banyak dikunjungi pembeli. Yang menjadi daya tarik tersendiri adalah pedagang kembang, sepanjang jalan depan pasar biasanya banyak ditemui pedagang kembang yang sudah dipincuk (dikemas dengan daun pisang) dengan isinya aneka rupa kembang. Kembang ini untuk kebutuhan nyekar ke kuburan yang biasanya di daerah Tepus Somorejo dan sekitarnya umum dilakukan sebelum Riyaya (sholat ied). Banyak orang yang dalam keseharian bukan pedagang pada masa "Prepegan" ini bisa ikut berjualan kembang di pasar.

Jika dikalkulasi, dalam satu hari “prepegan” ini tak kurang dari ratusan juta rupiah perputaran uang-nya. Karena dari mulai kuli panggul, tukang becak, tukang angkot, tukang parkir dan juga pedagang berusaha ikut menikmati perputaran uang yang nilainya ratusan juta ini.