Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Saturday, February 21, 2015

Budidaya Vanili Si Emas Hijau




PENDAHULUAN

Tanaman panili atau si Emas Hijau merupakan komoditi yang menjanjikan. Namun tidak semua panili berharga “emas”, hanya kualitas terbaiklah yang diberikan harga istimewa.

SYARAT PERTUMBUHAN


Panili dapat hidup di iklim tropis, curah hujan 1000-3000 mm/tahun, cahaya matahari + 30%-50%, suhu udara optimal 200C-250C, kelembaban udara sekitar 60%-80%, ketinggian tempat 300-800 m dpl. Tanah gembur, ringan yaitu tipe tanah lempung berpasir (sandy loam) dan lempung berpasir kerikil (gravelly sandy loam), mudah menyerap air, pH tanah + 5,7 - 7

PEMBIBITAN


1. Seleksi Bibit
- Jenis panili bernilai ekonomi yaitu Vanilla planifolia Andrews, Vanilla tahitensis JW. Moore, Vanilla pompana
- Syarat bibit generatif : tulen, punya sifat yang hampir sama dengan induknya; murni, biji tidak tercampur dengan yang berkualitas jelek; biji dalam kondisi segar dan sehat;
- bibit vegetatif : tanaman induk sehat dan cukup umur, sudah mengeluarkan sulur dahan yang kuat, tanaman induk belum atau jangan sampai berbuah.

2. Penyiapan Bibit
- Bibit generatif berasal dari biji yang unggul
- Bibit Vegetatif dengan stek, mempercepat perakaran stek dapat direndam HORMONIK (1-2 cc/liter) kemudian dibiarkan agak layu baru ditanam dan disiram POC NASA (2-3 ttp) + HORMONIK ( 1 ttp) per 10 liter air.
- Kulture Jaringan.

3. Teknik Penyemaian Benih
Bibit disemai dalam tanah berpasir supaya akar mudah tumbuh. Tempat penyemaian harus teduh.

4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Penyiraman setiap hari, tidak boleh terlalu basah. Bibit yang jelek disingkirkan. Setiap seminggu sekali semprot dengan POC NASA (2-3 tutup) + HORMONIK ( 1 tutup) per tangki (14-17 liter).

5. Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit ke lapangan tergantung asal bibit, yaitu bibit stek sekitar umur 1-2 bulan, bibit biji waktunya lama.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM


- Pengolahan lahan dikerjakan pada pertengahan musim kemarau supaya pohon pelindung dapat ditanam, cek kondisi tanah
- Bersihkan lahan dari gulma dan dibajak/dicangkul.
- Buat jalur bedengan, lebar 80-120 cm dan lebar parit 30-50 cm.
- Lakukan pengapuran bila kondisi tanah terlalu asam.

PENANAMAN


- Penanaman di tengah bedengan, pola tanam monokultur.
- Buat lubang tanam dekat tanaman penegak berukuran panjang, lebar dan dalam antara 20x15x10 cm, 25x20x12 cm dan 30x25x15 cm.
- Tanam stek dengan cara memasukkan 3 ruas seluruhnya ke dalam lubang secara mendatar agar akar tumbuh cepat dan sempurna.
- Tutup dengan tanah galian yang dicampur dengan pupuk kandang.
- Stek bibit bagian atas yang tidak terbenam dalam tanah diikat pada pohon panjatan dengan ikatan longgar.
- Waktu tanam stek bibit yang baik pada awal musim hujan. Sedangkan stek yang akan ditanam sebaiknya dibiarkan / dilayukan terlebih dahulu selama 4 - 7 hari dan pangkal stek bibit direndam dalam POC NASA / HORMONIK (1-2 cc/liter) + Natural GLIO untuk menghindari pembusukan.

PEMELIHARAAN TANAMAN


* Penyulaman
- Lakukan pengecekan setelah umur 2-3 minggu setelah tanam, apabila ada stek yang tumbuh kurang baik, segera disulam.

* Penyiangan dan Pembubunan
- Penyiangan dilakukan sebulan sekali sesudah penanaman sampai pertumbuhan panili tidak kerdil dan terlambat.
- Pembubunan bersamaan dengan penyiangan untuk menjaga bedengan tetap rapi dan tanah tetap gembur agar air mudah terserap.

* Perempelan
- Perempelan bentuk, memotong 15 cm dari tanaman yang dilengkungkan dan sisakan 3 cabang terbaik untuk dipelihara agar terbentuk kerangka tanaman kuat dan seimbang.
- Perempelan produksi, memotong pucuk sepanjang 10-15 cm menjelang musim berbunga dan saat berbuah untuk merangsang pertumbuhan generatif terutama pertumbuhan bunga dan buah.
- Perempelan peremajaan, memotong cabang-cabang yang sudah pernah berbuah dan cabang-cabang yang sakit.

* Pemupukan
- Tebar pupuk makro di sekitar pohon dan timbun dengan tanah karena sistem perakaran panili cukup dangkal. Kebutuhan pupuk makro per ha per tahun adalah Urea 8 kg, TSP 4 kg, KCl 14 kg, CaCO3 5 - 10 kg, MgSO4 H2O 2,5 - 5 kg/ha/tahun dan pupuk kandang 10-20 kg/pohon/tahun.
- Pemupukan diberikan setahun sekali. Akan lebih baik jika dikocor dengan SUPER NASA dosis + 0,5 sdm / 5 lt air per pohon setiap 3 bulan sekali dan penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup/tangki setiap 2 - 4 minggu sekali atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 2-4 minggu sekali.

* Pengairan dan Penyiraman
- Tanaman panili tidak tahan terhadap kekeringan sehingga pada musim kemarau perlu disiram secukupnya untuk merangsang pertumbuhan tanaman, perkembangan bunga serta buah.

* Pemberian Mulsa & Pendangiran
- Pemberian mulsa dapat dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan pendangiran. Bahan mulsa dari hasil pemangkasan pohon pelindung, tetapi bisa juga serbuk gergaji yang diletakkan di atas permukaan tanah dekat pohon panili.

* Perambatan
- Sistem pagar sulur-sulur, tanaman panili dibiarkan menjalar pada pagar yang telah dipasang secara horisontal. Pagar tempat menjalarnya panili dapat dibuat dari bambu yang diikatkan pada pohon yang satu dengan pohon yang lain.Sistem perambatan penunjang tunggal, tanaman panili dirambatkan lurus ke atas pada naungannya.

* Pemangkasan Pohon Pelindung
- Pohon pelindung dapat digunakan Glyricidia maculate, lamtoro dan dadap. Pemangkasan cabang dilakukan untuk mempertahankan agar tetap teduh, mempermudah sistem sirkulasi dan mengatur intensitas sinar matahari.

* Pembungaan dan Penyerbukan
- Panili berbunga setelah berumur 1,5-3 tahun, bunga yang muncul berupa dompolan dan akan mekar satu bunga secara bergantian. Mekarnya bunga hanya berlangsung 12 jam, yaitu mulai pukul 24:00 sampai menjelang tengah hari, sesudah itu bunga mulai layu dan mati. Oleh karena itu penyerbukan bunga dilakukan sekitar pukul 08:00 sampai 10:00.
- Penyerbukan buatan pada prinsipnya adalah mengangkat/memotong bibir yang membatasi kepala sari dan kepala putik, kemudian benang sari ditekan ke kepala putik untuk dilakukan penyerbukan. Seminggu setelah penyerbukan semprot dengan dosis POC NASA (3-4 tutup) dan HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 2-3 minggu sekali.


PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

a. Hama

1. Bekicot
Menyerang dan merusak batang, bunga dan buah. Aktifitasnya dilakukan pada malam hari. Pengendalian: secara manual dengan mengambil dan mengumpulkan bekicot satu persatu kemudian dibakar sekaligus dalam satu lubang.

2. Belalang pedang
Merusak/memakan daun muda dan batang panili. Pengendalian: menyemprotkan PESTONA atau Natural BVR

3. Penggerek batang
Larva hama ini merusak/menggerek batang tanaman panili yang menyebabkan tanaman panili lambat laun layu dan mati.
Pengendalian penyemprotan PESTONA.

4. Ulat bulu jambul dan ulat geni
Merusak bagian pucuk, daun, batang dan bunga. Pengendalian: penyemprotan PESTONA

b. Penyakit

1. Busuk akar
Gejala: akar hitam, tanaman menjadi kecoklat-coklatan dan akhirnya mati; biasanya terjadi pada saat produksi tertinggi pertama kali tercapai. Pengendalian: menjaga kesuburan tanah dengan pemupukan, pemberian kapur secukupnya, dan mengatur kelembaban , pencegahan diawal dengan Natural GLIO.

2. Busuk batang
Penyebab: jamur Fusarium batatatis.
Gejala: pada batang terjadi bercak-bercak berwarna hitam yang akan meluas dan melingkar dengan cepat. Batang terserang akan keriput, berwarna coklat dan akhirnya kering. Pengendalian: mengurangi kelembaban dan drainase yang baik, saat stek akan ditanam dicelup dalam POC NASA + Natural GLIO.

3. Busuk buah
Ditemukan pada buah panili muda.
Gejala: muncul bila menyerang pangkal buah muda sehingga banyak buah yang berguguran dan bila menyerang tengah buah akan hitam, kering selanjutnya mati. Pengendalian: penyemprotan Natural GLIO + gula pasir dosis 1-2 sendok teh per 10 liter air.

4. Busuk pangkal batang
Penyebab: Jamur Sclerotium sp.
Gejala: pangkal batang tampak berwarna coklat dan kebasah-basahan, bagian tanaman yang diserang dan tanah sekitar terdapat misellium jamur berwarna putih seperti bulu dengan banyak sclerotium warna coklat. Pengendalian: gunakan bibit bebas busuk pangkal batang, penyemprotan Natural GLIO + gula pasir.

5. Bercak coklat pada buah
Penyebab: oleh cendawan Phytophthora sp. dan menyerang buah panili yang hampir masak. Gejala: bercak-bercak coklat tua dan akhirnya busuk.
Pengendalian:
(1) segera petik buah terserang kemudian membakarnya;
(2) penyemprotan dengan Natural GLIO dosis 1-2 sendok/10 liter air.

6. Bercak coklat pada batang
Penyebab: cendawan Nectria vanilla, zimm. Gejala: batang tampak bercak coklat yang lama-kelamaan menghitam dan melingkar ruas dan mati.
Pengendalian: potong dan bakar batang yang terserang.

7. Antraknosa
Penyebab: jamur Calospora vanillae, Mass.
Gejala: batang, daun, buah berwarna coklat muda kekuningan tampak licin dan terlihat jelas bagian terserang dan tidak.
Pengendalian: Potong dan bakar bagian terserang, atur kelembaban dan drainase.

8. Karat merah
Penyebab: Ganggang Cephaleuros heningsii, Schm.
Gejala: bercak pada daun dan terus meluas hingga daun kering selanjutnya mati.
Pengendalian: Singkirkan bagian terserang dan atur kelembaban kebun dengan pemangkasan pohon pelindung.

9. Penyakit pascapanen
Penyebab penyakit yang menyerang panili setelah dipanen : jamur Aspergillus, Penicillium, Rhizopus, sp dan Sclerotium, sp.
Pengendalian: penanganan pasca panen yang baik.

Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum dapat mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dn tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis 1-2 tutup/tangki.

PANEN DAN PASCA PANEN


▶ Pemetikan pada umur 240 hari (8 bulan) akan menghasilkan panili kering dengan kadar vanillin yang tinggi, kadar abu terendah, rendemen tertinggi dan kadar air yang aman

▶ Ciri-ciri panili siap dipanen yaitu warna berubah dari hijau tua mengkilap menjadi hijau muda suram dengan garis-garis kecil warna kuning yang lambat laun melebar sampai ujung buah

▶ Musim panen antara bulan Mei sampai Juli, sekitar 2 - 3 bulan

▶ Cara panen yang terbaik adalah memetik satu-persatu buah masak tanpa mengganggu buah lain dalam satu tandan yang masih mentah untuk menjaga mutu panili.

▶ Buah dikumpulkan dalam keranjang bambu dan dijaga agar buah tidak terluka atau cacat dan sortir berdasar ukuran, bentuk, tingkat kemasakan dan buah yang cacat >20 cm

▶ Lakukan pelayuan untuk menghentikan proses respirasi yang terjadi dalam buah, mematikan sel-sel buah panili tanpa mengurangi aktifitas dan kadar enzim dalam buah. Proses pelayuan dengan menggunakan alat perebus yang diisi air ¾ bagian dengan suhu antara 65-950 C

▶ Lakukan pemeraman dalam kotak khusus yang lengkap dengan tutup dan karung goni sebagai alasnya, utuk pembentukan aroma selama + 48 jam

▶ Lakukan pengeringan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, dioven dan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar air hingga 25-30 %

▶ Tempatkan buah panili kering dalam kotak yang dalamnya telah dilapisi kertas koran/karung plastik tipis dan simpan pada suhu kamar, siap dikirim dan dijual.

Sunday, February 15, 2015

Budidaya Jamur Kuping



Jamur kuping dapat ditanam di daerah beriklim dingin sampai panas atau bahkan di daerah yang memiliki 4 musim. Jamur ini dapat hidup pada suhu antara 120 - 350 'C, dan suhu idealnya 200 - 300 'C. Kelembapan lingkungan tumbuh yang dibutuhkan jamur kuping sekitar 80 - 90%.

Jamur kuping sesuai untuk usaha skala rumah tangga karena prospeknya cukup baik dan harga jualnya relatif mahal. Beberapa jenis jamur kuping yang sering di budidayakan di Indonesia biasanya dibedakan berdasarkan warna tubuh buahnya.

Pertama, jamur kuping merah, red jelly, kikurage (Auricularia yudae). Cirinya tubuh buah berwarna kemerahan dengan ukuran lebih besar dibandingkan jamur kuping hitam.

Kedua, jamur kuping hitam, black jelly, arage kikurage (Auricularia polytricha), tubuh buahnya berwarna keunguan atau hitam dengan lebar 6-10 cm.

Ketiga, jamur kuping agar, white jelly, siro kikurage (Tremella fuciformis), tubuh buahnya berwarna putih dan ukurannnya lebih kecil dan tipis.

1. Persiapan bibit.

Agar hasil panen optimal, gunakan bibit jamur kuping yang bermutu. Untuk usaha budidaya skala kecil cukup membeli bibit F4 yang siap pakai.

2. Tahap budidaya.

Untuk budidaya jamur kuping menggunakan baglog tahapannya adalah sebagai berikut.

a. Menyiapkan media tanam, yaitu serbuk gergaji kayu yang telah diayak 85-90%, bekatul 10-15%, kapur CaCO3 1-2%, dan air secukupnya. Campur serbuk kayu, kapur, dan bekatul hingga rata atau sampai diperoleh kadar air media sekitar 50-70%.

b. Fermentasi media tanam, bertujuan untuk mendapatkan media yang ideal bagi pertumbuhan jamur kuping. Caranya media tersebut didiamkan selama 3-5 hari. Selama proses fermentasi, suhu media akan meningkat hingga mencapai 70 'C. Agar fermentasi merata maka perlu dilakukan pembalikan media setiap 2 -3 hari. Media yang siap digunakan ditandai dengan berubahnya warna media menjadi cokelat atau kehitaman.

c. Pembuatan baglog.
Media tanam hasil fermentasi dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas berkapasitas 1 kg, berukuran 30 x 20 cm dengan tebal 0,5 mm hingga setinggi 20 cm. Media tersebut kemudian dipadatkan menggunakan pengepres atau dipikul-pukul menggunakan botol. Pemadatan dilakukan hingga bagian bawah plastik rata dan menyerupai botol (baglog). Bentuk leher plastik mengerucut agar mudah dimasukkan ring. Selanjutnya tutup mulut botol dengan kapas dan pasang penutup baglog dengan plastik penutup. Tujuannnya agar pada saat sterilisasi/pengukusan air tidak mudah masuk ke dalam baglog.

d. Sterilisasi.
Prinsip sterilisasi pada media tanam jamur adalah menguapi media tanam agar mikroba liar mati sehingga media terbebas dari kontaminasi.

Sterilisasi dilakukan pada suhu 950 - 1200 C dalam waktu 6-8 jam. Baglog yang telah disteriisasi kemudian didiamkan di ruang inokulasi hingga suhunya kembali normal.

e. Inokulasi.
Bila suhu pada baglog telah kebali normal, lakukan inokulasi bibit/penanaman bibit pada masing-masing baglog. Selama proses inolukasi, ruangan dan proses kerjanya harus selalu dalam keadaan steril dan sirkulasi udara dalam ruangan berlangsung baik. Metode inokulasi yang perlu dilaksanakan adalah sbb:
* Semprot kedua telapak tangan dengan alkohol 70%.
* Panaskan stik besi atau kawat dengan membakarnya di atas api spiritus, lalu dinginkan.
* Semprot botol bibit dengan alkohol agar steril, buka tutup kapas baglog di atas api spiritus untuk mengurangi kontaminasi, kemudian masukkan stik/kawat ke dalam botol bibit.
* Lepas penutup baglog, masukkan bibit ke dalam mulut baglog, goyang cincin agar bibit menyebar kepermukaan baglog, kemudian tutup kembali baglog dengan kapas.

f. Inkubasi.
Agar miselium jamur kuping segera tumbuh, lakukan inkubasi baglog pada suhu 280 - 350 C, kelembapan 80%, dan cahaya lampu TL 60 watt. Inkubasi jamur kuping dinyatakan selesai setelah 4 - 8 minggu, atau ditandai dengan pertumbuhan miselium berwarna putih yang memenuhi baglog. Jika lebih dari 5 minggu masa inkubasi baglog tidak ada pertumbuhan miselium, pertanda inokulasi yang dilakukan gagal.

3. Panen.

Waku panen jamur kuping yang tepat adalah bila jamur kuping telah tumbuh maksimal yang ditandai dengan gelombang yang tidak rata di tepi jamur. Ini dicapai pada umur 3-4 minggu sejak pembentukan calon tubuh buah. Dalam satu periode penanaman selama 5-6 bulan, jamur kuping dapat dipanen 4 - 6 kali. Panen jamur kuping dilakukan dengan cara mencabut jamur kuping beserta akarnya. Akar yang tidak tercabut bisa mengganggu pertumbuhan jamur berikutnya. Untuk itu bila ada yang tertinggal, pastikan untuk segera mengeluarkannya dari baglog.

rendyramadhani09@gmail.com

Sunday, February 8, 2015

Bertahan Ala " Petani Gurem "


Ketahanan pangan merupakan persoalan krusial menyangkut kelangsungan hidup manusia.   Membicarakan ketahanan pangan di Indonesia, rasanya sulit untuk tidak menyinggung eksistensi petani. Sebab bagaimanapun, para petani  berada di garda paling depan dalam urusan produksi bahan pangan.

Sebagian rakyat Indonesia, terutama kalangan petani, secara tidak langsung telah menunjukkan baktinya dalam memerangi krisis pangan. Artinya, petani kita secara nyata telah memberikan sumbangan solusi terhadap persoalan pangan. Hanya saja gerakan mereka jarang terpublikasi, mungkin berita-berita tentang aktifitas petani dianggap kurang menarik sehingga diabaikan oleh pekerja pers.

Di Indonesia, yang disebut petani adalah mereka yang bekerja mengelola lahan.  Maka istilah farmer sebenarnya kurang tepat. Farmer dipakai bagi petani yang kaya raya, punya lahan  puluhan bahkan ribuan hektar dan hidup di kota besar. Sedangkan petani Indonesia, lebih-lebih di Jawa,  rata-rata petani hanya memiliki lahan setengah hektar, bahkan lebih sempit dari itu. Mereka sering disebut petani gurem.

Istilah gurem merujuk pada binatang kecil yang keberadaannya nyaris tidak diperhitungkan manusia. Maka petani gurem dapat digambarkan sebagai sosok petani kecil yang mencoba bertahan hidup dalam keterbatasan.  Mereka tinggal di berbagai pelosok Nusantara sebagai akar rumput bangsa. Suaranya nyaris tidak terdengar oleh telinga para pemangku kebijakan.

Jumlah petani gurem di Indonesia menempati posisi tertinggi. Data BPS menyebutkan bahwa sekitar 60% atau 120 juta penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan 70% di antaranya hidup dari pertanian. Setengah dari jumlah itu adalah petani gurem atau petani yang memiliki lahan kurang dari 0,5 ha, bahkan sebagian besar bekerja sebagai buruh tani dan buruh perkebunan.

Dari tahun ke tahun, jumlah rumah tangga petani gurem terus meningkat. Pada 1993, jumlah rumah tangga petani gurem mencapai 10,8 juta. Jumlah itu meningkat menjadi 13,7 juta rumah tangga pada 2003. Artinya, selama satu dasa warsa terakhir, kehidupan petani semakin memprihatinkan karena  semakin banyak rumah tangga petani hanya mengelola lahan sempit.

Bagi petani gurem, istilah kerawanan pangan mungkin bukan hal yang menakutkan karena mereka sudah terbiasa menghadapinya. Persoalan ketahanan pangan bagi petani gurem tidak terlepas dari cara mereka menyiasati  keterbatasan.

Rumus ketahanan pangan bagi petani gurem adalah bagaimana memanfaatkan lahan sempit  secara efektif untuk menghasilkan pangan.   Bahan pangan tidak harus berupa beras, tetapi bisa berwujud  umbi-umbian. Petani gurem sudah akrab dengan berbagai macam bahan pangan alternatif. Artinya, setiap jengkal tanah mesti diisi tanaman pangan meskipun hasilnya dimakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Petani gurem punya rumus bertani yang unik dan cenderung mengikuti kultur tradisional. Mengolah lahan bukan untuk mendapatkan kekayaan, melainkan sekadar mengikuti garis kebiasaan dalam memenuhi kebutuhan pangan. Hasil panen berupa bahan makanan tidak dijual, tetapi dikonsumsi sendiri. Baru berpikir untuk menjual jika ada sisa.

Maka istilah kerawanan pangan bagi petani gurem sebenarnya tidak berlaku, dengan catatan mereka  benar-benar rajin bekerja mengelola aset yang ada. Petani gurem yang rajin biasanya menanam berbagai jenis tanaman pangan mulai padi, jagung, sayuran dan umbi-umbian.  Sistem bercocok tanam secara majemuk ini terbukti memberi dampak positif pada penguatan pangan bagi keluarga.  Petani gurem terpaksa  memetak-metak lahannya untuk  membudidayakan berbagai jenis tanaman.

Persoalannya, tidak semua petani gurem bekerja dengan baik. Masih banyak petani kita yang mengelola lahan secara asal-asalan, bahkan menelantarkan lahan. Pekarangan rumah dibiarkan kosong, hanya ditumbuhi rumput liar.

Dan yang lebih memperihatinkan, banyak petani gurem yang terjebak pada kepentingan jangka pendek dengan mengalihfungsikan lahan produktif (terjangkau irigasi) menjadi kebun sengon dan tanaman keras lainnya sehingga tanaman pangan terabaikan. Trend menanam sengon belakangan ini menjadi gaya hidup petani gurem dengan mengorbankan lahan produktif.

Semua itu tidak lepas dari  background pertanian di Indonesia. Petani kita kurang pendidikannya, rata-rata lulusan SD bahkan ada yang tidak lulus SD. Ini salah satu persoalan pokok yang menjadi kendala produktivitas pertanian. Dan nasib pertanian di Indonesia menjadi tidak menentu karena petaninya kurang bermutu.

* Petani Kreatif *

Mengingat jumlah petani gurem cukup banyak, mereka perlu didorong agar berpikir lebih cermat dan kreatif  dalam mengelola lahan sempit , terutama berkaitan masalah ketahanan pangan.  Mencita-citakan ketahanan pangan secara makro tidak lepas dari upaya mengangkat citra petani gurem kita. Jika ketahanan pangan petani gurem sudah kokoh, maka secara otomatis problem kerawanan  pangan nasional bisa dikurangi.

Petani yang sesungguhnya adalah mereka yang benar-benar memiliki komitmen atas pekerjaannya. Dalam kaidah bahasa Indonesia, bertani memiliki arti  bercocok tanam atau mengusahakan tanah dengan tanam-menanam. Bertani sendiri, menurut Koentjaraningrat, termasuk bagian dari unsur kebudayaan, dimana proses bertani bukan hanya kerja menanam dan memetik hasilnya, melainkan juga sebagai kesatuan hidup.

Para petani gurem perlu diajak lebih kreatif mengelola lahan sempit.  Petani yang telaten pasti bakal panen, dan sebaliknya yang malas-malasan akan tergilas zaman.  Untuk mewujudkan petani gurem yang telaten, perlu dukungan informasi, teknologi dan manajemen. Sangat penting bagi petani gurem untuk pendapatkan informasi dengan memanfaatkan teknologi yang ada agar memiliki wawasan yang memadai dalam mengelola aset pertanian.

Petani juga perlu didorong lebih  mencintai alam sebagai sumber penghidupan. Di jaman sekarang informasi begitu mudah diakses lewat internet. Para petani kini sudah akrab dengan hand phone yang bisa digunakan untuk mencari informasi seputar dunia pertanian. Tidak perlu menunggu penyuluhan dari Dinas Pertanian seperti dahulu.

Maka tidak ada alasan bagi petani gurem untuk menyalahkan keadaan, apalagi meratapi keterbatasan lahan. Jalan terbaik untuk merubah keadaan adalah mensyukuri apa yang dimiliki.  Bergerak secara mandiri dan mengelola lahan sebaik mungkin  agar menghasilkan bahan pangan.

sumber :
* Harian kompas
* Mbah gugel (google)

Thursday, February 5, 2015

Beternak Kambing


Ada 3 hal pokok yang harus diperhatikan dalam beternak kambing yaitu : Bibit kambing, Makanan, Tata cara beternak

I. BIBIT KAMBING

Pemilihan bibit kambing harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha beternak kambing itu sendiri, apakah untuk pedaging, atau perah. misalnya untuk produksi daging maka pemilihan bibitnya adalah kambing kacang, sedangkan untuk perah dapat dengan kambing etawa. Ciri bibit kambing yang baik adalah berbadan sehat, tidak cacat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan, bulu bersih dan mengkilat.


> Ciri untuk calon induk :

_ Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.
_ Jinak dan sorot matanya ramah.
_ Kaki lurus dan tumit tinggi.
_ Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata.
_ Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.
_ Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.

> Ciri untuk calon pejantan :

_ Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi.
_ Kaki lurus dan kuat.
_ Dari keturunan kembar.
_ Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.


II. MAKANAN

Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral).

Cara pemberiannya :

Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya.
Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 - 1 kg/ekor/hari.


III. TATA CARA DALAM BETERNAK


1. Kandang

_ Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah).
_ Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
 • Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor
 • Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor
 • Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor
 • Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor
 • Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor

2. Pengelolaan reproduksi

Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.

> Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
_ Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapai 55 - 60 kg.
_ Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari.
_ Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila dinaiki.
_ Ratio jantan dan betina = 1 : 10

> Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah :
_ Masa bunting 144 - 156 hari (5 bulan).
_ Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.

3. Pengendalian Penyakit

Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi.
Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis.