Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Tuesday, October 28, 2014

Sebelumnya Terbelakang Kelak Akan Jadi Yang Terdepan

foto perbatasan pedukuhan tepus jawa tengah
dengan pedukuhan sangon 2 yogyakarta

Rasa optimistis dibarengi kerja keras dengan selalu berkreasi dan berinovasi menggali hal-hal baru agar memberi manfaat besar bagi percepatan pembangunan di pedukuhan Tepus terus dilakukan. Sebab menjaga beranda depan desa Somorejo bukanlah merupakan tugas melainkan sebuah kehormatan.

Demikian diungkapkan para warga masyarakat dusun Tepus di  sela-sela perbincangan mereka di ruang terbuka tempat para warga bekerja bakti bersama.

“Dengan berbagai kreasi dan inovasi yang dilakukan diharapkan akan menjadi gema dari timur untuk somorejo. Kita yakin dan optimistis dengan berlari akan menjadikan pedukuhan Tepus yang sebelumnya terbelakang kelak akan jadi yang terdepan,”ujar para warga.

Rasa optimistis, menurut warga salah satunya didukung dengan modal potensi besar pedukuhan Tepus berupa jumlah penduduk serta luas wilayah dan posisi strategis di perbatasan provinsi DIY dengan potensi yang melimpah mulai dari perkebunan, pertanian, peternakan, pertambangan serta potensi wisata alam.

Sedangkan hambatan dan tantangan yang saat ini dihadapi diantaranya jumlah aparatur di lingkungan kerja pemdes somorejo selain itu kendala sarana dan prasarana infrastruktur yang belum memadai yang berdampak salah satunya terhadap kesejahteraan yang belum merata antara penduduk yang bermukim di pedukuhan Tepus diwilayah perbatasan.

“Namun di tengah keterbatasan kami, tidak membuat kami  warga dusun Tepus berkecil hati dalam menyongsong masa depan,”ujarnya.



Jalur lintas batas milik provinsi DIY
yang melintas diwilayah timur pedukuhan tepus

Thursday, October 9, 2014

KWT Somorejo Perangi Pengangguran

KWT sumber makmur melakukan study banding ke galeri batik dikulon progo
Tepus Somorejo ; - PURWOREJO (KRjogja.com) - Kelompok Wanita Tani (KWT) Sumber Makmur Desa Somorejo Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo memiliki tekad kuat untuk memerangi pengangguran.

“Sumber daya manusia ada tapi kita terkendala ketrampilan anggota,” kata Ketua KWT Sumber Makmur Sutami, Kamis (9/10).

Untuk memberdayakan anggotanya itu menurut Sutami, pihaknya menjalin kerjasama dengan berbagai kelompok kerja maupun lembaga lainnya. Kegiatan keterampilan dilakukan dengan pelatihan membatik. Bahkan untuk menunjang kegiatan ini, KWT Sumber Makmur melakukan study banding ke Sembung Batik Galeri di Lendah, Kabupaten Kulonprogo.

“Potensi wilayahnya nyaris sama dengan Lendah Kulonprogo. Hanya saja untuk pengembangan usaha masih minim karena keterbatasan skil anggotanya,” jelas Sutami.

Study banding itu dilakukan untuk memotiviasi wanita tani desa agar dapat meningkatkan kreativitasnya. “Kita berupaya menggugah semangat anggota agar bisa berkarya dan mendapatkan tambahan penghasilan. Memerangi pengangguran,” jelas Sutami.

Thursday, October 2, 2014

Growol Diburu Karena Khasiatnya

warga dusun pletuk sedang mengupas ketela untuk bahan baku growol

Tepus Somorejo (KRjogja.com) - Tampilan yang sederhana tidak lantas membuat eksistensi growol ketela sebagai makanan pengganti nasi meredup. Makanan itu tetap diburu konsumen justru karena khasiatnya. Peluang itu dilihat perempuan di Dusun Pletuk Desa Dadirejo Kecamatan Bagelen dan berhasil dikembangkan.

Dusun di perbatasan Jawa Tengah dengan Yogyakarta itu menjadi sentra produksi growol Kabupaten Purworejo. "Kami membuat growol karena laku di pasaran, hampir setiap ibu rumah tangga di Pletuk membuatnya," ungkap Suratmi (52) pembuat growol, kepada KRjogja.com, Kamis (2/10).

Growol berkhasiat karena kadar gulanya lebih rendah dibandingkan nasi serta tanpa bahan pengawet. Menurutnya, sebagian konsumen membeli makanan itu adalah penderita penyakit diabetes, saluran pencernaan dan yang ingin menjaga kesehatan dengan mengurangi kadar gula.

Sementara itu, konsumen lain makanan itu adalah para buruh
tani yang membutuhkan karbohidrat dalam jumlah banyak, namun harganya murah. Suratmi menjual growol Rp 7.500 - Rp 8.000 perkeranjang berisi tiga kilogram. "Saya selalu bawa 40 keranjang ke Wates Kulon Progo pasti selalu habis. Pasti juga karena murah dan dapatnya banyak, sekeranjang bisa dimakan bersama-sama," ucapnya.