Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Sunday, September 14, 2014

Napak Tilas

Masih banyak ditemukan jalur transportasi yang digunakan warga pedukuhan Tepus dan warga dusun tetangga pada era dibawah 1985 an. Dahulu jalur tersebut merupakan jalur utama yang menopang jalannya roda perekonomian warga Tepus dan warga dusun tetangga dan konon dahulunya sangat ramai bila saat musim pekan tiba ( pasaran ). Para warga membawa hasil panen untuk dijual kepasar melalui jalan tersebut dan para pekerja jasa angkut barang ( tukang mrekuk ) juga melewati jalan tersebut, karena jalur tersebut satu-satunya jalur yang menuju pasar krendetan diwilayah Tepus bagian utara posisinya diperbukitan sepanjang pedukuhan Tepus bagian utara sampai menuju ke perbukitan dusun sejagir dan  juga merupakan jalur warga dari dusun lain yang akan kepasar seperti dusun Ngargo, Plampang 1, Plampang 2, Plampang 3 bahkan sampai dusun Setoyo.







Growol Makanan Khas yang Mulai Sulit Dicari


   
Ibu Rukinah menjajakan growol dipasar wates
     Tepus somorejo — Sekalipun termasuk dalam kategori makanan khas Kulonprogo, growol tak lagi mudah ditemui di Kabupaten Binangun. Mungkin karena jumlah pembuat makanan berbahan baku ketela ini tak sebanyak dulu. Adapun panganan ini kaya manfaat.
     Rukinah, 65, salah satu penjual growol di Pasar Wates mengakui produksi growol dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Perempuan yang sehari-hari menjajakan satu lusin growol dalam kemasan utuh itu menuturkan bahan baku ketela sulit didapat sehingga bahan baku ketela harus dibeli dari luar kota, seperti, Purworejo dan Magelang. Jika mengandalkan hasil kebun, kata dia, pembuat growol harus bersabar menunggu musim tanam pasca musim tanam kedua (MT II).Perempuan yang sudah berjualan growol selama berpuluh-puluh tahun itu mengaku hanya membeli growol dari tetangganya.“Kebetulan daerah tempat tinggal saya itu juga memproduksi growol, walaupun pembuatnya hanya satu atau dua orang, berbeda dengan dulu yang jumlahnya mencapai puluhan,” terangnya kepada Harianjogja.com, Jumat (19/9/2014).
     Satu kemasan utuh growol, sebutnya, dapat dipotong-potong menjadi delapan bagian seukuran jengkal orang dewasa. Dalam kemasan kecil, ia mematok satu buah growol dengan harga Rp2.500, sementara growol dalam kemasan utuh seharga Rp20.000.Growol yang dibungkus ulang dalam plastik putih, tutur Rukinah, dapat bertahan selama tiga hari. Karena rasanya hambar, maka growol dapat dimakan dengan srundeng, gula jawa, maupun kelapa parut untuk menambah cita rasa.
     Selain mengenyangkan, growol juga bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan mencegah maag.Dipaparkannya, membuat growol membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Setidaknya, pembuat membutuhkan waktu tiga hari untuk menghasilkan satu kemasan utuh growol.
     Rukinah menguraikan, cara membuat growol dimulai dengan mengupas ketela lalu mencucinya.Setelah bersih, ketela direndam selama tiga hari. Kemudian air rendaman dibuang dan ketela kembali dicuci sembari diuleni hingga lembut. Lalu, ketela yang sudah lembut itu pun dikukus hingga matang dan dimasukkan dalam cetakan [kemasan utuh].
     Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap yang dikenal sebagai sentra produksi growol hanya menyisakan beberapa warga yang masih konsisten menekuni pembuatan growol. Di luar Hargomulyo, growol dijual di beberapa pasar di Kulonprogo, antara lain, Pasar Wates, Pasar Bendungan,Pasar Pripih, dan sebagainya. Akan tetapi, tidak lebih dari tiga orang yang menjual growol di pasar tersebut.
     Lagi-lagi, produksi growol yang kian menurun menjadi penyebabnya.Di Pasar Wates, growol dijual di lantai dua. Jika bingung dengan arah saat berada di areal tersebut, cukup tanyakan kepada pedagang yang lain. Sudah pasti mereka akan memberitahukan lokasi pedagang growol sebab hanya ada dua pedagang di pasar tersebut yang menjual growol.