Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Monday, February 10, 2014

Bupati Tinjau Rumah Warga Tepus Yang Roboh

Bupati Mahsun zain mengunjungi mbah Tasinem didusun Tepus
pak kadus sedang mengumpulkan material yang masih bisa terpakai
Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg, melakukan peninjauan rumah roboh milik Tasinem (80), yang terletak di Dusun Tepus RT 04/RW 05, Desa Somorejo, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, beberapa waktu lalu. Bupati didampingi Plt Kepala BPBD Drs Budi Harjono dan Pj Kepala Desa Somorejo Bambang Eko Saputro.

Dalam kesempatan itu Bupati melihat langsung puing-puing yang bekas rumah roboh yang sebagian besar belum dibersihkan. Selain itu Bupati juga berdialog dengan keluarga korban, RT, perangkat desa dan tokoh masyarakat setempat tentang rencana ke depan akan dibangun kembali atau tidak.

 Setelah mengetahui kalau akan dibangun lagi, Bupati mengintruksikan agar proses realisasi bantuan dipercepat. Bupati juga menyatakan Pemkab melalui dinas terkait akan segera menindaklanjuti dengan memberikan bantuan berupa material guna membangun kembali rumah Tasinem yang roboh.

Pada kesempatan tersebut Bupati juga memberikan sekedar bantuan tali asih kepada keluarga korban. Bupati juga menghimbau kepada masyarakat agar selalu waspada, karena dimusim penghujan seperti ini bencana alam bisa terjadi kapan saja. “Bila benar-benar terjadi bencana, segera untuk dilaporkan melalui mekanisme yang ada agar mudah dalam penanganannya serta akan lebih cepat tertangani,” pintanya.

Sunday, February 9, 2014

Warga Tepus Kesulitan Akses Purworejo

Berita dari koran Kedaulatan Rakyat Jogja.
warga dusun tepus melintasi jalan desa yang kondisinya rusak
TEPUS SOMOREJO ;- Minggu, 9 Februari 2014
PURWOREJO (KRjogja.com) - Ratusan warga Dusun Tepus Desa Somorejo Kecamatan Bagelen kesulitan mengakses pusat pemerintahan di Purworejo. Jalan desa sepanjang kurang lebih empat kilometer yang menjadi akses keluar dusun, berupa jalan tanah dan sulit dilintasi kendaraan.

Warga memilih menggantungkan perekonomian dan pendidikan di wilayah Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta. "Dusun kami berbatasan dengan DIY dan kami memilih mengakses semuanya di Kulonprogo karena jalannya bagus. Pemerintah Kulonprogo membangun jalan sampai perbatasan dusun, beda dengan Purworejo," ungkap Muhammad Iskak (44) warga Dusun Tepus, kepada KRjogja.com, Sabtu (8/2).

Menurutnya, dibutuhkan waktu tempuh yang sama untuk menuju Kota Wates Kulonprogo dan pusat Purworejo. Padahal jarak dusun tersebut dengan Purworejo lebih dekat dibandingkan menuju Wates.

Bahkan untuk menuju pusat desa, warga harus memutar hingga 7 kilometer melewati jalan aspal di Desa Tlogokotes. Padahal jarak dusun itu dengan pusat desa kurang lebih tiga kilometer. "Kalau musim hujan, jalan di desa kami tidak bisa dilewati sepeda motor, sering menyebabkan kecelakaan karena jalannya tanah liat dan licin, jadi warga memilih memutar lewat desa tetangga," tuturnya.

Kepala Dusun Tepus Nimron mengemukakan, terdapat tiga ruas jalan yang menghubungkan dusun itu ke pusat desa. Dua ruas masing-masing sepanjang 3 kilometer berupa jalan tanah, sedangkan satu sudah diaspal tahun 2004. "Namun kondisinya juga sudah rusak parah karena sejak dibangun, jarang ada perbaikan," ucapnya.

Wednesday, February 5, 2014

Bruk... Rumah Nenek Renta Itu Ambruk

kerabat mbah Tasinem sedang memungut perabotan yang masih terselamatkan
Tepus Somorejo ;- PURWOREJO(KRjogja.com) ;- Malang nasib Ny Tasinem (80), nenek renta warga RT 04 RW 05 Dusun Tepus Desa Somorejo Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo. Masa tua yang seharusnya dijalani dengan tenang, harus terganggu karena rumahnya ambruk lantaran kehujanan.

Beruntung mbah Tasinem tidak menjadi korban karena beberapa hari sebelum kejadian, ia sudah mengungsi ke rumah kerabatnya. "Rumah mbah Tasinem memang sudah tidak layak, apalagi akibat gempa, kondisinya semakin mengkhawatirkan, sehingga sementara ditinggalkan pemiliknya. Lalu ketika terjadi hujan deras Minggu (02/02/2014) malam, rumah itu ambruk," tutur pak Nimron Kadus Tepus, kepada KRjogja.com, Rabu (05/02/2014).

Sejak ambruk, belum ada usaha perbaikan dari pemilik rumah. Puing sisa bangunan masih teronggok tidak beraturan di bekas tempatnya berdiri. Hanya beberapa kerabat dan warga mencoba mengumpulkan genting yang masih bisa dipakai. "Kami coba kumpulkan genting yang belum rusak, siapa tahu masih bisa dipakai. Selain itu, bencana sudah dilaporkan kepada pemerintah, mungkin karena kami tinggal di dusun terpencil, sehingga belum ada bantuan yang turun," ungkapnya.

Bencana itu menyebabkan mbah Tasinem mengalami kerugian kurang lebih Rp 10 juta. "Belum tahu mau dibangun kapan, keluarga Tasinem juga belum memberi kabar. Kami memahami hal itu karena mereka memang keluarga miskin," ucapnya.