Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Tuesday, September 10, 2013

Galeri Ndewan / Nderes





pohon kelapa kwalitas super

Proses memasak air nira/legen
Bibit kelapa/cikal


Proses mencetak gula/nitis

Gula kelapa cetak organik

Proses pembersihan bumbung wadah nira/gojok menggunakan air panas


Monday, September 9, 2013

Acara Adat Bersih Dusun Tepus Somorejo

Pertunjukan gelaran wayang kulit 
jaran kepang/jathilan
Bersih dusun/merti dusun sebenarnya sudah ada dari jaman dulu secara turun temurun. Awalnya dari istilah bersih desa/merti desa namun karena dilaksanakan di tingkat dusun maka menjadi bersih dusun. Pelaksanaan dari bersih desa dilakukan dibulan suro penanggalan jawa/dibulan muharram penanggalan hijriyah.

Berdasarkan penuturan dari beberapa tokoh masyarakat bersih desa sudah ada sejak jaman pemerintahan kelurahan Tepus. Dalam pelaksanaannya baru pada taraf selametan (dalam bahasa jawa ruwat bumi). Dilanjutkan generasi penerusnya dalam pelaksanaan selametan bersih desa diadakan pentas seni jathilan dan seni wayang kulit.

Pada waktu itu Tepus belum menjadi bagian dari desa Somorejo masih kelurahan Tepus dan lurahnya berkedudukan diwilayah Munggangsono, kemudian pada masa penjajahan digabung jadi satu dengan somorejo. Adapun lurah Tepus bernama Raden Sastro Prawiro. Dalam rangka penggabungan kelurahan tersebut dan dengan melestarikan adat tradisi budaya jawa yang telah lama berjalan, maka Lurah R.Sastro mengadakan musyawarah bersama dukuh dan perabot untuk tetap melestarikan adat budaya yang ada.

Pada awalnya tata cara bersih dusun dilakukan dari membersihkan lingkungan rumah dan lingkungan pedukuhan yang dilanjutkan pada makam Ki Noyo Pati dan Nyai Pawit / seorang tokoh dibalik cikal bakal berdirinya Tepus. Namun seiring berjalannya waktu pelaksanaan bersih dusun di Tepus sudah banyak perubahan. Dan sampai saat ini pelaksanaan bersih dusun antara lain :
Foto by Nduri ; kegiatan membersihkan lingkungan
1.      Membersihkan lingkungan
Hal ini dimaksudkan agar lingkungan masyarakat bersih dari sampah-sampah sehingga masyarakat akan terhindar dari berbagai penyakit. Namun yang lebih utama bahwa kita diharapkan tidak hanya bersih lahir saja namun batin juga ikut bersih.
Kemudian diadakan pertunjukan seni jathilan atau kuda lumping.

2.       Ziarah Makam Ki Noyopati dan Nyi Pawit
Dengan bertujuan agar masyarakat selalu ingat kepada tokoh tersebut  dan selalu menghormati beliau sebagai leluhur dan juga mengingatkan pada kita tentang sejarah berdirinya dari sebuah nama Tepus. Dengan harapan kita bisa mensuritauladani beliau dalam perjuangannya babat alas dan menjadi sebuah nama Tepus.

3.       Tahlillan se pedukuhan Tepus
Diadakan dimushola atau dirumah warga yang sudah ditentukan. Acara tahlil dilaksanakan sebulan sebelum acara puncak dimulai yaitu dibulan Besar (Dzulhijah) dan biasanya diadakan pemotongan kambing untuk acara makan bersama.

4.       Selametan atau Kepungan
Selametan atau kepungan ini biasanya dilaksanakan pada siang hari ditempat dimana akan digelar wayang kulit. Masyarakat berduyun-duyun datang dengan membawa tenong yang berisi makanan yang berujud nasi yang dibentuk menjadi golong dan tumpeng, lauk,  buah dan dilengkapi dengan makanan ringan. Adapun yang ketempatan untuk upacara adat bersih dusun, mereka juga mempersiapkan sesaji dan beberapa wujud persembahan.

Doa bersama yang dipimpin oleh bayan/kaum/Rois dilaksanakan setelah wayang kulit dimulai dengan cara menghentikan sementara pagelaran wayang tersebut. Seperti yang telah disampaikan diatas bahwa upacara adat jawa tekandung makna kias yang dalam dengan simbol-simbol namun sebenarnya banyak makna yang bisa diambil tuntunannya didalamnya.

Dengan diadakan selametan atau kepungan ini merupakan perwujudan syukur kepada Yang Maha Kuasa dan juga wujud dari kebersamaan dan kegotong-royongan masyarakat yang dalam istilah jawa " saiyek saeka proyo ". Mereka berkumpul bersama, berdoa bersama untuk nenek moyang yang telah meninggalkan kita, berdoa bersama untuk keselamatan semua warga masyarakat dan juga berdoa bersama untuk kemajuan segenap warga masyarakat agar diberi limpahan rahmat baik rahmat sehat, selamat dunia dan akhirat dan juga rahmat dengan wujud sejahtera lahir dan batin yang akhirnya akan sejahtera didunia dan sejahtera diakhirat.

5.       Pagelaran wayang Kulit Sehari Semalam
Puncak dari acara bersih dusun atau merti dusun ini adalah dengan digelarnya wayang kulit ini. Hal ini dilaksanakan sebagai wujud rasa suka cita atas hasil bumi yang telah didapatkan juga bertujuan untuk melestarikan salah satu bentuk budaya daerah, khususnya budaya jawa. Dipilihnya wayang kulit sebagai puncak acara upacara adat ini karena wayang kulit merupakan budaya yang tidak hanya sekedar tontonan namun juga berisi tuntunan dan juga dengan tatanan.

Pagelaran ringgit purwo
Tontonan adalah hiburan yang bisa dilihat dengan mata dan akan membuat kita merasa senang dan terhibur. Dengan melihat wayang kulit kita akan terhibur, banyak kreasi yang muncul dan guyonan yang membuat kita bisa tertawa sehingga pikiran menjadi segar.

Tuntunan dalam cerita wayang kulit banyak hikmah yang bisa kita ambil, banyak suri tauladan dari tokoh pewayangan yang dapat kita contoh, banyak wejangan yang bisa kita ambil maknanya sampai pada informasi terkinipun dapat disebar luaskan lewat wayang kulit ini. Bahkan penyebaran agamapun bisa dilakukan dengan media ini.

Tatanan, pagelaran wayang kulit tidak hanya asal-asalan namun ada patokan-patokan yang mesti dilakukan, dalam istilah jawanya pakem. Baik dari dalang, waranggono, maupun pemain musiknya. Ada aturan-aturan khusus yang mereka lakukan. Inilah keunikan budaya jawa. Sehingga kenapa generasi muda banyak yang tidak suka dengan budayanya sendiri karena mereka berfikir ini sangat sulit, pelik, rumit, ribet dan kuno. Namun tanpa kita mau melestarikan maka budaya akan hilang dan kita akan kehilangan jati diri.
Begitulah kira-kira gambaran tentang upacara adat bersih dusun atau merti dusun yang ada didusun Tepus, pada intinya bahwa segala bentuk upacara adat didalamnya terkandung pesan moral yang sangat dalam, tidak bisa dimaknai dari segi fisik kegiatan semata namun lebih pada pendekatan estetika dan norma adat yang ada. Karena adat istiadat dan budaya sebuah bangsa adalah pencerminan dari tata etika dan norma bangsa itu sendiri.
Sebagai mana para pujangga bilang “ ARUMING BANGSA MERGA SAKA LUHURING BUDAYA ”.