Mersah atau Rengasa, atau ada juga yang menyebutnya hangasa, wersah, yang mempunyai nama latin Amomum dealbatum ini termasuk buah hutan dan tidak dijajakan dipasaran. Kebanyakan hanya anak-anak di pedesaan saja yang tahu buah ini, itupun tidak semuanya, kalau anak desa nya anak rumahan (jarang main) dijamin tidak tahu buah ini.
Tanaman Mersah yang juga biasa disebut dengan wersah ini hidup liar dan terpencar-pencar di hutan, adapun yang tumbuh di kebun atau dekat pemukiman penduduk biasanya sengaja ditanam atau tidak sengaja tumbuh setelah biji rangasa dibuang, tapi itupun jarang sekali terjadi. Pohonnya akan mudah tumbuh di daerah yang tanahnya lembab dan kaya akan humus. Untuk perbanyakannya sendiri, Mersah akan cepat tumbuh jika diperbanyak dengan menanam ujung rimpangnya yang berakar, karena Mersah ini memang termasuk anggota suku jahe-jahean (Zingiberaceae).
Bagi anak-anak desa yang senang berpetualang masuk ke dalam hutan, buah ini biasanya diburu karena memang rasanya menyegarkan, dengan rasa manis sedikit asam dan berbau harum tentu akan menambah keseruan ketika berpetualang ke dalam hutan. Kebanyakan hanya akan memakannya di tempat, tapi ada juga yang suka membawanya pulang karena dalam satu tandan buah terdiri dari banyak buah mersah.
Secara fisik, buahnya berbentuk lonjong dan berbelah bintang seperti buah belimbing, buahnya menempel pada tandan yang muncul di pangkal batang. Pada satu tandan terdapat banyak buah mersah, jika buahnya dibelah atau dikupas, daging buahnya berbentuk selaput atau gel dengan banyak biji yang berjajar searah.
Dahulu didusun Tepus desa Somorejo buah ini mudah dicari (dilebuh_lebuh/dibawah) rumah warga, namun sayangnya sekarang buah ini bisa dikatakan sudah hampir punah, ya,, sangat disayangkan buah ini sekarang semakin langka dan sulit ditemui. Hal tersebut diakibatkan oleh ketidak tahuan para warga akan manfaat dari buah mersah , sementara di sisi lain, jarang ada penduduk desa yang menyengaja menanam atau membudidayakan tanaman mersah ini.