MENGENAL TANAMAN KAPULOGO
Tanaman kapulogo merupakan tanaman herbal yang membentuk rumpun, bentuknya seperti tumbuhan jahe dan dapat mencapai ketinggian 1-2 meter. Kapulogo memiliki batang berpelepah daun yang membalut batangnya. Letak daunnya berseling-seling. Bunganya tersusun dalam tandan yang keluar dari rimpangnya.
Secara umum, tanaman kapulogo mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1986 yaitu jenis tanaman kapulogo jawa (Amomum cardomomum) dan kapulogo sabrang/mersah (Elettaria cardomomum) yang berasal dari India.
Tanaman kapulogo sendiri mempunyai banyak nama daerah diantaranya Kapulaga, Kardamon (Aceh, Melayu), kardamunggu atau Gardamunggu (Jakarta), Palago, Pelaga, atau Puwar (Minangkabau), Kapol, Kapol sebrang, Pelaga (Sunda), Kapulogo, Kapulogo sabrang, Pulogo, Kapol sabrang (Jawa), Kapolagha atau Palagha (Madura), Kapolagha, Korkolaka (Bali), Gandimong (Bugis), Garidimong atau Kapulaga (Ujung Pandang).
Orang Tionghoa menyebutnya pai thou kou (bahasa Tionghoa). Orang Yunani biasa menyebut cardamomom yang kemudian dilatinkan oleh orang Romawi menjadi cardamomum. Dalam bahasa Inggris disebut cardamom. Dalam bahasa Thai disebut krava, elaichi dalam bahasa Hindi, dan elakkaai dalam bahasa Tamil sedangkan di Malaysia dikenal dengan nama Pelaga (Malaysia).
Selain tumbuh liar di kebun dan pekarangan, tanaman kapulogo juga dapat dibudidayakan dengan sistem tumpangsari (agroforestry), yaitu menjadi tanaman sela dalam perkebunan maupun kehutanan seperti yang ditemukan di Cirebon, Jawa Barat dan Purworejo Jawa Tengah. Tanaman kapulogo ini dapat tumbuh dan berkembang dengan subur ditempat teduh dibawah tegakan pohon diantaranya pohon sengon, pinus, sono dan jati.
SYARAT TUMBUH KAPULOGO
Tanah yang cocok untuk ditanami kapulogo adalah tanah lempung yang berwarna coklat, memiliki humus tebal dan berdrainase baik. Tanaman ini tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang memiliki topografi rata sampai miring dapat ditanami tanaman ini. Di lahan yang berlereng curam, rumpun tanaman yang terbentuk akan berfungsi mengurangi atau menghambat aliran air permukaan yang berlebihan sehingga erosi permukaan dapat ditekan.
Sedangkan untuk iklim, tanaman kapulogo menghendaki kelembaban udara cukup tinggi yaitu 40 – 75%, dengan curah hujan berkisar antara 2500 – 4000 milimeter per tahun. Suhu harian rata-rata darah tempat tumbuh tanaman kapulogo adalah berkisar antara 20 – 30 derajat celcius, dengan intensitas cahaya terbaik bagi pertumbuhan tanaman berkisar antara 30 – 70%. Kelebihan lain dari tanaman kapulogo adalah dapat tumbuh baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Sementara itu untuk memperoleh hasil yang terbaik, ketinggian pada 300 – 500 meter dari permukaan air laut merupakan daerah budidaya yang paling tepat.
BUDIDAYA KAPULOGO
Penyediaan bibit kapulogo umumnya diperbanyak dengan anakan atau tunas baru atau percabangan rizoma yang membentuk tunas. Bibit yang baik adalah tunas yang tingginya lebih kurang 50 cm dengan akar rizoma yang muda dan mata tunasnya banyak, rizoma yang sudah tua pertumbuhannya kurang baik.
Persiapan lubang tanam dilakukan sebulan sebelum penanaman dengan terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan ukuran panjang 50 cm dan dalamnya 40 cm. Sebaiknya 15 hari setelah pembuatan lubang, tanah dikembalikan lagi ke dalam lubang, sebelumnya tanah dicampur dulu dengan pupuk kandang secukupnya.
Waktu tanam yang baik yaitu awal musim penghujan, yaitu sekitar bulan Oktober – Desember. Caranya: bila tanah olahan atau lubang tanam telah tersedia dan bibit telah disiapkan, kemudian buat lubang kecil, letakkan bibit sedalam 10 – 15 cm. Tanah di sekitarnya dipadatkan atau ditimbun dengan memperhatikan tunas agar tidak sampai terganggu (terluka atau patah). Jarak tanam untuk kapulogo bisa digunakan 1m x 1,5m atau 1m x 2m dan juga bisa 1,5m x 2m.
Beberapa pekerjaan penting dalam pemeliharaan kapulogo yang harus dilakukan antara lain: penyiangan rumput atau pengendalian gulma, penggemburan diluar rumpun untuk merangsang perumbuhan anakan rimpang sehingga bisa tumbuh lebih baik, pemotongan daun kering untuk tidak menghalangi penyerbukan bunga, pemotongan batang yang sudah agak tua atau menguning untuk memberi kesempatan batang muda tumbuh dengan baik, pengaturan anakan agar tidak tumpang tindih dan untuk merangsang pertumbuhan bunga atau buah juga unuk mengurangi penguapan pada musim kemarau serta untuk mendapatkan anakan atau bibit baru.
Di masa pemeliharaan ini, yang tidak kalah pentingnya juga pemberian mulsa berupa bahan organik dari jenis tanaman leguminosa. Untuk lebih meningkatkan mutu maka perlu dilakukan pemupukan mengingat tanaman kapulogo termasuk rakus akan unsur hara, sehingga pemupukan sangat diperlukan terutama sekali pupuk organik. Adapun cara dan jumlah pupuk yang diberikan adalah berdasarkan masa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).
Untuk pemupukan diberikan pada saat pengolahan tanah, dan pada saat penggemburan diluar rumpun sebanyak 1 – 1,5 kg pupuk kandang, pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali. Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang diberikan sebanyak 10 – 15 kg setiap rumpun dan pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kondisi tanaman dan lingkungan.
PEMANENAN
Kapulogo dapat memberikan hasil setelah berumur 2 – 3 tahun. Kapulogo berbuah sepanjang tahun sehingga untuk pemanenan ini tidak menentu. Dalam pemanenan kapulogo dikenal istilah panen besar 4 kali dan panen kecil 4 kali yang berlangsung dalam 1 tahun secara berselang-seling. Tanaman dapat dipergunakan sampai umur 10 – 15 tahun. Hasil panen per hektar bisa mencapai 2 – 3 ton buah kering per tahun dan ini berlaku untuk tanaman yang sudah berumur belasan tahun.
Adapun syarat-syarat pemanenan kapulogo adalah buah harus dipanen sebelum benar-benar matang, bila dipanen terlalu matang atau kering, buah akan pecah dan warnanya juga kurang bagus. Waktu panen yang tepat adalah jika buah sudah berwarna merah kekuning-kuningan.
Cara panen yaitu dengan memotong karangan bunga dibawah dompolan buah. Buah yang sudah dipanen kemudian dijemur sampai kering, sebaiknya jangan terkena sinar matahari langsung atau dikering anginkan.