warga dusun pletuk sedang mengupas ketela untuk bahan baku growol |
Tepus Somorejo (KRjogja.com) - Tampilan yang sederhana tidak lantas membuat eksistensi growol ketela sebagai makanan pengganti nasi meredup. Makanan itu tetap diburu konsumen justru karena khasiatnya. Peluang itu dilihat perempuan di Dusun Pletuk Desa Dadirejo Kecamatan Bagelen dan berhasil dikembangkan.
Dusun di perbatasan Jawa Tengah dengan Yogyakarta itu menjadi sentra produksi growol Kabupaten Purworejo. "Kami membuat growol karena laku di pasaran, hampir setiap ibu rumah tangga di Pletuk membuatnya," ungkap Suratmi (52) pembuat growol, kepada KRjogja.com, Kamis (2/10).
Growol berkhasiat karena kadar gulanya lebih rendah dibandingkan nasi serta tanpa bahan pengawet. Menurutnya, sebagian konsumen membeli makanan itu adalah penderita penyakit diabetes, saluran pencernaan dan yang ingin menjaga kesehatan dengan mengurangi kadar gula.
Sementara itu, konsumen lain makanan itu adalah para buruh
tani yang membutuhkan karbohidrat dalam jumlah banyak, namun harganya murah. Suratmi menjual growol Rp 7.500 - Rp 8.000 perkeranjang berisi tiga kilogram. "Saya selalu bawa 40 keranjang ke Wates Kulon Progo pasti selalu habis. Pasti juga karena murah dan dapatnya banyak, sekeranjang bisa dimakan bersama-sama," ucapnya.