Tepus somorejo dengan tradisi sumet mercon seusai sholat Idul fitri.
|
Tradisi nyumet mercon usai sholat id
dipelataran masjid Al huda Tepus |
Bagi masyarakat Indonesia petasan sangat identik dengan perayaan hari besar seperti hari raya idul fitri, tak ketinggalan bagi anak-anak hingga remaja didusun Tepus desa Somorejo kecamatan Bagelen, tradisi (nyumet mercon) atau bakar petasan ini adalah moment yang selalu diadakan dan ditunggu-tunggu setelah pelaksanaan sholat Idul Fitri usai atau sebelum acara tahlil bersama dimulai.
|
para eksekutor/penyumet
dan pelempar mercon |
Petasan yang dipakai biasanya jenis brondongan cabe rawit/mercon lombok, mercon ukuran sedang dan ukuran kaleng susu. Ada juga yang menyalakan mercon dalam ukuran besar seukuran kaleng khongguan.
Di masyarakat pedesaan muncul sebuah ungkapan " nek ora nyumet mercon yo ora udunan (kalau tidak ada petasan berarti tidak Lebaran) ", Bukti bahwa petasan adalah tradisi yang sudah turun-temurun dari anak-anak jaman dahulu.
Sedangkan didaerah perkotaan sejalan dengan perkembangan zaman, tradisi itu berangsur ditinggalkan, karena pemerintah memperketat aturan tentang membuat, membunyikan dan memperdagangkan mercon.
|
menyaksikan tradisi sumet mercon |
Pada petasan brondongan biasanya diseling-seling dengan kombinasi ukuran mercon yang berbeda, ada yang kecil dan yang besar, ketika disulut menimbulkan suara ledakan beruntun, layaknya bunyi senapan otomatis dan diselingi suara ledakan layaknya granat dan yang paling besar bunyinya menyerupai bom.
|
potongan kertas dari ledakan mercon |
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf lahir dan Bathin
Semoga Segala Amal Kebaikan Kita Mendapatkan Ridho Dari Allah SWT, Aamiin Ya Robbal ' alamin.
Antara tradisi atau membakar uang?
ReplyDeleteWong turah duwit
ReplyDeleteKarang nek ora nyumet mercon ki njur ketok'e ora regeng anggone udunan.
ReplyDelete