Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Saturday, November 10, 2018

Pertanian Digital Era Milenial

Hallo sahabat milenial ...

     Pernah dengar atau baca tentang revolusi industri 4.0 (four point zero), apa itu?
Bingung kan?, sama kalau begitu. Tapi ndak usah bingung, kita bisa langsung bertanya sama mbah google dan dengan cepat jawabannya akan kita dapatkan.
Setelah tahu apa itu industri 4.0, kita juga harus tahu bahwa disektor pertanian juga sudah memasuki era pertanian 4.0.
" Nah lhooo... tambah puyeng kan? model pertanian apa lagi ini?. "

     Yaitu model pertanian yang menggunakan sistem otomatisasi dan penggunaan internet dalam meningkatkan produksinya, dengan menggunakan pertukaran data sebagai basis utama proses produksi.

     Agenda utama pertanian 4.0 adalah tranformasi digital disektor pertanian, pengembangan dan pemanfaatan tekhnologi digital dibidang pertanian, yang mengerucut pada pertanian pintar (smart farming), pertanian terukur (precision farming) dan biotekhnologi (gene editing).

     Pertanian 4.0 bisa membawa konsumen lebih dekat dengan petani atau perusahaan pertanian. Melalui pertanian digital dapat mengetahui produk yang dihasilkan dari proses keberlanjutan atau tidak. Setiap kegiatan pertanian terekam, menghasilkan data dan informasi yang dapat digunakan untuk mendukung aktivitas pertanian lainnya.

     Pokok permasalahanya, apakah pertanian 4.0 itu realistis pada kondisi pertanian yang masih tradisional?, suka atau tidak suka dan mau tidak mau kita harus menerima kenyataan ini, tekhnologi 4.0 adalah sebuah keniscayaan yang sulit terbendung.
Yang terpenting dan harus dilakukan ialah penyiapan dan percepatan adaptasi serta meningkatkan sumber daya manusianya.

Gimana gaeesss... Sudah siapkah menghadapi revolusi industri 4.0?, Buktikan... Kita Pasti Bisa.
Dari Desaku, Desamu dan Desa kita semua, kita songsong revolusi industri 4.0 untuk kesejahteraan bersama.

Sunday, October 28, 2018

Jenitri Air Mata Dewa Pembawa Rejeki

Kulonuwun gaesss... jumpa lagi gaesss...


     Pohon jenitri atau genitri atau dalam bahasa latinnya Elaeocarpus ganitrus banyak ditanam diindonesia, antara lain di Jawa tengah, Bali, Kalimantan dan Sumatera. Indonesia merupakan produsen dan pengekspor terbesar, mampu memasok 70% pasar jenitri dan diekspor dalam bentuk butiran biji. India adalah negara yang paling banyak menggunakannya dan hanya mampu memproduksi 5% saja. Dan 20% pemasok lainnya adalah negara Nepal.
     Di India jenitri disebut Rudraksa, berasal dari kata Rudra yang berarti Dewa Siwa dan kata Aksa yang berarti mata, dan secara keseluruhan berarti Mata Siwa. sesuai dengan namanya, orang Hindu di India meyakini Rudraksa adalah air mata dewa yang menitik dibumi, dan air mata itu tumbuh menjadi pohon Rudraksa.

     Komposisi kimia buah jenitri tidak jauh beda dengan buah lainnya, kandungan Karbon 50,024%, Hidrogen 17,789%, Nitrogen 0,9461% dan Oksigen 30,4531%. Jenitri juga mengandung elemen mikro seperti, Alumunium, kalsium, klorin, tembaga, kobalt, nikel, besi, magnesium, mangan dan fosfor.
     Yang membuat jenitri semakin istimewa baik dari segi harga maupun seninya adalah jumlah serat atau garis lekukannya dan kebanyakan orang menyebutnya "Mukhi". Umumnya mukhi dibawah 8 dan bila mukhi bisa diatas 8 - 30, dikategorikan jenitri istimewa karena makin tinggi mukhinya semakin susah mencarinya atau jenis langka.

     Manfaat jenitri bagi kesehatan, mengontrol tekanan darah, stres serta beberapa penyakit mental juga dapat menyembuhkan epilepsi, asma, hipertensi, radang sendi, penyakit hati dan penyakit dalam yang lainnya. Menurut riset Institut Tekhnologi India, jenitri memiliki nilai spesifik grafitasi sebesar 1,2 dengan ph 4,48. Ketika dibuat tasbih untuk media berdoa jenitri mengeluarkan daya elektromagnetik sebesar 10.000 G (gauss) pada keseimbangan Faraday, hasil induksi elektron alkalin.

     Jenitri bisa dibuat kalung, Tasbih, Rosario, alat hitung atau sempoa. Untuk pengobatan, jenitri bisa direndam dan air rendamannya untuk diminum, dan bisa juga buat kalung pengobatan.

     Di indonesia pohon jenitri juga diteliti oleh Institut Tekhnologi Bandung dan hasilnya pohon jenitri sebagai penyerap polutan dan berperan menurunkan tingkat pencemaran dan sebagai pohon pelindung. Nilai ekonomis biji jenitri terletak pada bentuk dan jumlah mukhinya, semakin banyak mukhinya semakin tinggi harganya, harga umum jenitri 2000/biji. Pasar jenitri tergolong menggiurkan sehingga rawan pencurian ketika musim panen tiba.
     Oke... Gaeess... Berminat?, untuk mencoba peruntungan buah jenitri, belum terlambat gaesss, karena Indonesia sebagai pemasok terbesar jadi belum ada saingan dari negara lain.

SELAMAT MENCOBA