Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Friday, May 5, 2017

Mengembalikan Rasa Mie Instan Ke Era 90an

Oke gaeesss... hallo semuanya dan semuanya hallo...

     Sebagai warga Indonesia tentunya mengenal beragam macam makanan cepat saji, banyak jenis makanan cepat saji yang dijual diberbagai gerai penjualan salah satu diantaranya dan menjadi favorit semua kalangan yaitu Mie instan.
     Berbicara soal mie instan tentu sangat erat kaitannya dengan berbagai macam citarasa dan aromanya. Yang pastinya pihak produsen faham betul tentang citarasa karena berurusan dengan banyak lidah para konsumennya, maka dari itu para produsen mengutamakan citarasa  itu dari dulu hingga sekarang jangan sampai berubah citarasa dari mie instan yang diproduksinya tersebut.
     Permasalahannya muncul dikonsumennya, dengan berbagai macam cara memasaknya ditambah lagi dengan campuran bahan lain diluar bawaan produk mie instan tersebut, seperti yang dialami "guwe" dan mungkin ada juga yang merasakan hal yang sama seperti "guwe" (terbawa bahasa rantau bro) kaya mas Purno pemeran sitkom TOP (tukang ojek pengkolan).
     Pernah suatu ketika guwe memasak mie rebus seperti kebanyakan orang umumnya, dengan cara memanaskan air pada panci hingga mendidih lalu mie dimasukan kedalamnya sembari nunggu beberapa menit, bumbu diracik pada mangkok, setelah mie kelihatan matang lalu tuang pada mangkok kemudian diaduk agar bumbu bercampur, siap dah hidangan mie rebus guwe.
     Setelah dirasakan dengan seksama dibanding-bandingkan dengan masakan mie instan yang sebelum-sebelumnya sampai mengingat-ingat masakan mie instan jaman dulu ketika masih kecil diera 90an, muncullah statmen " mie instan sekarang gak seenak dulu ya, rasanya beda". Dan itu di Aamiini oleh beberapa orang disekitar guwe begini " iya, enakan mie instan jaman dulu kalau dikampung, bumbunya terasa".
     Kebetulan guwe merantau bro,,, untuk menelusuri lebih lanjut tentang rasa mie instan yang berbeda dengan rasa mie instan jaman dulu, Guwe sampai meneliti. Widiihh,,, jadi penelitian dimulai dari segi cuaca dengan asumsi suhu dikampung kan dingin dan dikota panas mungkin itu bisa mempengaruhi, ternyata setelah dilakukan metode masak mie instan sama seperti umumnya dan disuhu dingin dikampung hasilnya rasa tetap sama dengan metode masak umumnya disuhu panas yang dikota dan tetap beda dengan citarasa mie instan jaman dulu. "Guwe mikiirr lagi".
     Sekian lama mengingat-ingat ketika jaman dulu " ngemie " diwaroeng Simbah Muni (almrh), terlintas ingat sedikit mengenai metode urutan penyajian mie instan dan guwe mencoba metode itu dan hasilnya memang diluar dugaan, citarasa mie instan jaman dulu benar-benar bisa dirasakan. Sungguh nikmat yang luarr biasa, sangat terasa bumbu serta aromanya.

proses membuat mie com
     Mau tau gaeesss,,, metode penyajian mie instan jaman dulu?
Awalnya siapkan mie instan yang disukai lalu buka bungkusnya dengan cara tidak merusak bungkusnya/digunting bagian atas bungkusnya lalu keluarkan bumbu-bumbunya, lalu potek (dipatahkan) mie menjadi 4 bagian dengan tetap didalam bungkusnya, siapkan air mendidih dan tuang ke dalam bungkusnya dan jepit bungkus mie instan atau diikat tunggu 3 - 5 menit, kemudian tuang kedalam mangkok lalu masukkan bumbunya dan aduk sampai bumbunya campur.

     Mie instan siap dinikmati dengan sensasi rasa jaman dulu era tahun 90an. Dan uniknya meskipun ditambah dengan campuran lain bumbu dan chilinya serta aromanya tetap berasa. Menurut Guwe, ini namanya bukan mie instan rebus tetapi dalam bahasa kami namanya " Mie instan Com" (mie instan yang dicom). Karena memang mie instannya tidak direbus melainkan disiram dengan air panas mendidih.

     Oke gaesss... silahkan mencoba dan rasakan dengan seksama, inilah citarasa mie instan era 90an.

Selamat Mencoba dan nikmati sensasi "ngemie" di era 90an.

Tuesday, April 25, 2017

Kopi Dan Filosofi



     Multikulturalisme yang ada di Indonesia memberikan keberagaman adat, suku, budaya dan kekayaan alam yang melimpah, salah satunya terdapat banyak jenis kopi yang dihasilkan.
     Tidak bisa dipungkiri aroma dan cita rasa kopi yang sangat nikmat telah membuat para pencintanya tidak bisa melupakanya. Sehari saja tanpa kopi bisa membuat penikmatnya kehilangan semangat untuk menjalani berbagai aktifitas. Kopi ibarat candu yang selalu dirindu. Bagi para penikmatnya, kopi bukan sekedar minuman seduh biasa. Akan tetapi kopi memiliki nilai-nilai filosofi dalam memahami arti dari sebuah kehidupan.
     Perjalanan kopi sampai terseduh dalam cangkir membutuhkan proses yang panjang tidak instan. Proses mengolah dari biji kopi sampai menjadi bubuk kopi yang halus hingga menjadi minuman yang nikmat butuh kesabaran. Beda cara mengolah membuat beda rasa, bahkan beda tangan akan menghasilkan cita rasa yang berbeda.      Kopi memiliki beragam jenis dan menghasilkan cita rasa dan kenikmatan yang berbeda-beda. Kopi bisa disajikan dengan dipadukan dengan berbagai macam jenis makanan dan minuman dari yang sederhana hingga yang istimewa. Disinilah letak keunikan kopi.
     Kita bisa belajar tentang kehidupan dari keragaman jenis kopi, manusia juga beragam suku, budaya serta adat istiadat tidak bisa disamaratakan.
Kita harus bisa menghargai perbedaan yang ada. Dari pola asuh yang berbeda menghasilkan karakter manusia yang berbeda pula, dari lingkungan tumbuh besar yang berbeda juga menghasilkan manusia-manusia yang beda.
     Kita juga bisa belajar tentang makna kehidupan dari secangkir kopi, untuk menghasilkan secangkir kopi yang nikmat membutuhkan proses yang sangat panjang, proses panjang itu yang menentukan nikmatnya kopi. Begitu juga dengan kehidupan kita, untuk mewujudkan sebuah impian butuh perjuangan dan kerja keras juga kerja cerdas. Untuk mencapainya kita butuh proses yang panjang tidak bisa instan.
     Tanaman kopi Tumbuh diberbagai tempat, beda tempat menghasilkan jenis kopi yang berbeda, dari biji kopi yang berbeda menghasilkan citarasa yang berbeda pula. Tidak ada yang lebih nikmat, semuanya memiliki kenikmatannya masing-masing. Kembali kepada selera penikmatnya, lebih suka pada jenis kopi yang seperti apa.
     Begitu juga jalan hidup, setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing. Bagi orang lain melihat hidup kita terasa amat ringan padahal kenyataanya memilukan begitu pun sebaliknya kita melihat hidup orang lain sangat menyenangkan padahal kenyataanya tidak demikian, pepatah jawa ( wong urip iku mung sawang sinawang ). Semua itu kembali kepada sudut pandang dan cara menjalaninya.
     So... Penikmat kopi biasanya adalah orang-orang yang pandai menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Dari secangkir kopi bisa mengikat rasa disetiap berkumpul bersama dimanapun. Dari secangkir kopi menjadi pembuka obrolan yang hangat bagi siapapun yang baru saja berjumpa setelah sekian lama berpisah.

Salam Ngopi

Saturday, March 11, 2017

Dolanan Gamparan Yang Tergantikan

Hay...Hay Bro...Hay...Mas Bro...

Di era tahun 90 an sehabis sekolah di SDN Tepus, Sesama teman-teman biasanya pulang melalui aliran sungai yang ada didusun Tepus untuk mencari batu pilihan. Batu yang bentuknya pipih seperti batu-bata dan berpori-pori halus. Watu Item atau batu hitam biasa kami menyebutnya. Batu jenis ini mempunyai kekerasan yang lebih baik dan permukaannya licin sehingga enak membawanya. Batu ini merupakan syarat mutlak untuk bisa ikut permainan Gamparan yang biasa dimainkan pada sore hari menjelang maghrib atau siang hari ketika jam istirahat sekolah.
Dasar dari dolanan Gamparan ini yaitu mengadu batu dengan batu. Batu lawan diletakkan berdiri dalam jarak sekitar 5 meter, terus kita hantam dengan batu milik kita. Batu kita letakkan di atas kaki, kemudian ambil ancang-ancang sambil ayunkan batu yang ada di kaki lalu dihantamkan pada batu yang dipasang oleh pihak lawan. Bila batu yang terhantam patah maka dia harus keluar dari permainan. Jika batu yang milik kita untuk menghantam juga pecah maka juga dianggap sudah kalah dan harus keluar dari arena. Hanya batu yang tetap utuh dan tidak terbelah saja yang boleh bertahan dalam permainan ini.

Pada akhirnya hanya ada dua batu yang difinalkan. Batu yang tidak patah yang akan jadi pemenang. Kalau dua-duanya patah maka tidak ada pemenang dalam permainan ini. Intinya hanya batu yang keras dan kuat dari hantaman yang akan jadi pemenang.

Orang hidup itu memang harus mempunyai keteguhan sekeras batu dalam permainan gamparan tadi. Hanya yang punya keinginan dan niat yang kuat saja yang akan dapat survive dalam menghadapi kehidupan ini. Dan benturan-demi benturan suka atau tidak suka pasti akan kita temui. Hanya yang sekeras batu hitamlah yang tidak akan terhanyut oleh aliran air kehidupan. Dan, tentunya tidak mudah tergerus oleh gesekan-gesekan yang menimpanya.

Itulah barangkali, ( eh barang kali itu ya batu ) hikmah yang dapat diambil dari dolanan waktu kecil yang sekarang sudah ditinggalkan dan tergantikan oleh permainan modern.

Oke gaesss... jangan lupakan mainan jadul ya...karena mainan jadul itu lebih asyik dan mendidik.