Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Tuesday, September 1, 2015

Genduren


Genduren atau disebut juga Kenduri adalah sebuah tradisi yang sudah berjalan sekian puluh tahun, mungkin malah sudah ada ratusan tahun. Tradisi ini masih banyak berlangsung terutama di desa-desa seperti halnya didusun Tepus somorejo.

Hakekatnya sama, hanya istilahnya saja yang mungkin berbeda. Pada intinya genduren/kenduri merupakan mekanisme sosial untuk merawat dan menjaga kebersamaan sehingga cita-cita yang sejak semula dibuat diteguhkan kembali.

Kenduri juga menjadi alat kontrol sosial untuk menjaga gerak dan arah dari cita-cita yang telah diperjuangkan bersama itu. Dalam kerangka mekanisme sosial itulah, kenduri menampung dan mepresentasikan banyak kepentingan. Dari sekian banyak kepentingan itu, semua dilebur menjadi satu tujuan.

Kenduri mampu mempersatukan, bahkan semakin mempererat kesatuan itu. Bukan hanya kesatuan kepentingan, kesatuan cita-cita, namun juga kesatuan masing-masing individu yang terlibat didalamnya.

Dalam kenduri akan terlihat jelas bagaimana kebersamaan dan keutuhan tercipta: suasana penuh kerukunan, sendau gurau antar sesama, ketika hidangan kue dan minuman ala kadarnya disuguhkan (bahasa Tepusnya macit) atau ketika bersalam-salaman dengan tulus.

Kenduri merupakan sebuah tradisi berkumpul yang dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang, biasanya laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang genduren. Bisa berujud selametan syukuran, bisa juga bisa berujud selametan peringatan, atau aneka selametan lainnya.

Dalam kenduri itu dipanjatkan bacaan do'a. Siapakah yang biasa memimpin do'a? Biasanya ada satu orang yang dituakan berfungsi  sebagai pemimpin do’a sekaligus yang mengikrarkan hajat dari sang tuan rumah. Seorang pemimpin itu biasa juga disebut sebagai Ustadz, Ro’is, Modin, atau Kaum.

Pemimpin ini bisa diundang sendiri karena orang itu memang sudah biasa menjalankan peran dan fungsi sebagai pemimpin doa dalam kenduri. Tetapi jika tidak ada, kenduri bisa juga dipimpin oleh orang yang dianggap tua dan mampu untuk memimpin kenduri tersebut.

Didalam kenduri ada istilah "Sego Brekat"(nasi berkat), penyebutan brekat dari segi bahasa merupakan saduran bahasa arab ‘barkatun’ atau ‘barokatun’, yang artinya kebaikan yang bertambah-tambah terus. Ada pula yang mengatakan bahwa nama brekat berasal dari singkatan ‘brek terus diangkat’ maksudnya begitu ‘brek’ (bunyi) diletakan, kemudian diangkat untuk dibawa pulang masing-masing tamu undangan.


Pemberian sego brekat dilakukan dengan niat sedekah dari tuan rumah yang memiliki hajat. Sebuah kegiatan sosial yang indah.
Lihatlah urutan kebaikan di dalamnya. Orang yang memberi nasi berkat senang karena bisa bersedekah dan rumahnya dijadikan tempat dzikir dan berdoa. Orang yang diberi nasi berkat senang bisa membawakan oleh-oleh bagi istri dan anaknya, dan anaknya gembira menanti datangnya berkat.  Lalu mereka makan nasi berkat dengan gembira dan kenyang.


Wahai, orang dengan taraf bahagia seperti itu, bagaimana tidak lalu mendoakan  dengan ikhlas bagi si pemberi? Dan bukankah  mendoakan kebaikan bagi orang lain adalah juga berarti kebaikan bagi si pendoa? Pendek kata, sedekah itu luar biasa. Bahkan untuk setingkat nasi berkat. Di sini juga akan semakin terasa bahwa sejatinya memberi itu adalah juga menerima.

Genduren atau kenduri memang sebuah tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Meski terkesan sederhana, tradisi ini memang memiliki makna yang mendalam sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini juga positif secara sosial kemasyarakatan karena dapat memperkuat ikatan tali sillahturahmi satu sama lain. Tidak heran jika tradisi ini dikatakan sebagai tradisi yang sangat merakyat.

Monday, August 24, 2015

Sinoman

Penjaga buku tamu
Sesuai dengan asal muasal kata "sinoman" adalah kumpulan anak muda yang suka bergotong-royong, maka disini kegiatan amal dan sosial harus diutamakan. Artinya, kegiatan sinoman harus bertujuan untuk membantu sesama dan demi kepentingan bersama. Kecuali itu, kegiatan sinoman harus mampu menghadapi tantangan zaman yang serba komersial dan bernuansa bisnis.

Wujud dari kegiatan sinoman ini adalah bentuk kegotong-royongan sosial. Tujuanya untuk membina dan meningkatkan kerukunan. Semboyannya adalah "Rukun Anggawe Santosa" yang berarti rukun untuk menumbuhkan kesentosaan. Kita bisa kuat kalau kita rukun sebaliknya, bangsa yang jiwanya kuat dapat membangun kerukunan. Dalam bahasa jawa atau sansekerta, kuat karena rukun dan rukun karena kuat, disebut " Dharma Eva, Hato Hanti ". Kuat karena bersatu dan bersatu karena kuat.
Jadi motto " bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh " adalah sebuah kenyataan.
Dan semua aspek kerukunan, persatuan dan kegotong-royongan telah terwakili dengan adanya kegiatan sinoman tersebut.
Bagian minuman dan snack
Nyinom merupakan istilah yang digunakan untuk pemuda-pemudi (nom-noman/legan) didesa khususnya dijawa. Nyinom umumnya dilakukan dengan membantu si empunya rumah dalam mensukseskan “gawe/hajat” entah itu acara pernikahan, khitanan atau acara serupa lainnya. Yang dilakukan pada sinoman misalnya: sambatan tratak, mlathok kayu bakar, memasak nasi (adang), ater-ater, mencuci piring/gelas, menghidangkan makanan, menyambut tamu, mencari daun untuk bungkus makanan, memasang dekor, menata meja kursi,  mengelola parkir dan lain sebagainya.

Beberapa kegiatan sinoman yang umum dilakukan didusun Tepus desa Somorejo diantaranya :

Menjelang hari H para sinoman ini mempersiapkan berbagai perlengkapan untuk hari H. Mulai dari menyiapkan kayu bakar untuk memasak, tratak (menyiapkan tempat tamu), mencari/meminjam meja kursi, piring, membuat panggung dan lain sebagainya.

Munjung/ater-ater, merupakan acara yang biasanya dilakukan H-1/H-2. Acara ini adalah mengirim makanan ( giling ) kepada para saudara, kerabat yang punya gawe/hajat dan juga kepada warga sekitar serta perangkat pemerintahan ditingkat dusun dan desa.
Di desa, tamu tidak harus dengan undangan. Tetangga dekat, biasanya datang dengan tanpa undangan. Justru menjadi tidak etis jika tetangga dekat diminta hadir dengan diberi undangan resmi.

Persiapan menjelang acara

Jangan kaget, jika pada hari H acara antara sinoman laki-laki dan perempuan, para perempuan lebih dulu datang. Mereka datang pada bagi buta dan langsung memasak, sementara biasanya laki-laki datang pada pagi harinya. Untuk siapa para wanita yang datang pagi buta ini memasak? Untuk para sinoman laki-laki.
Ketika pagi, para sinoman laki-laki datang pertama kali langsung dipersilakan sarapan dengan masakan yang dihasilkan para perempuan yang datang lebih dulu. Baru ketika sinoman laki-laki selesai sarapan, para perempuan ini makan.
Jangan heran, inilah wujud pengabdian para perempuan ini kepada laki-laki. Hal ini juga berlaku ketika makan siang dan sore. Para perempuan akan makan setelah sinoman laki-laki makan. Betapa mulianya para perempuan didesa.

Beberapa kegiatan selama hajatan ada beberapa macam.
Juru ladi/laden
Laden, merupakan kegiatan menyajikan makanan dan minuman kepada tamu. Biasanya menggunakan “baki” atau semacam nampan untuk membawa makanan dan minuman. Kemudian penerima tamu yang selalu siap diruang utama sigap menurunkan makanan dan minuman ini untuk tamu. Para peramu ladi ini dikomandoi oleh "pengobet" yaitu seseorang yang mengatur pembagian makanan dan minuman kepada seluruh orang yang ada ditempat hajatan tersebut tanpa terkecuali.

Among tamu, merupakan bagian yang menyiapkan tempat duduk sekaligus mempersilakan tamu untuk duduk. Among tamu harus pintar-pintar mengatur lokasi agar tidak sampai penuh. Among tamu biasanya koordinasi dengan bagian “prasmanan”. Bagian prasmanan mengatur alur antrian makan. Kerjasama dua bagian ini akan melancarkan proses makan para tamu dan juga menjaga agar ruang tamu yang digunakan transit tamu tidak penuh. Ketika tamu sudah duduk sementara waktu sambil minum, kemudian dipersilakan makan di ruang prasmanan lalu pulang. Demikian seterusnya silih-berganti
Juru asah-asah
Jayengan, merupakan bagian yang tugasnya membuat minum. Meski cuma membuat minum, tugas ini juga berat. Dia harus menjaga agar suplai air panas tidak tersendat, kemudian digunakan untuk membuat air teh/teh manis.

Adang, merupakan kegiatan memasak nasi. Ini juga berat, karena harus memastikan suplai nasi yang telah masak tidak tersendat untuk melayani tamu. Bayangkan jika tamunya datang bersamaan, dan bagian ini tidak sigap, pasti akan terjadi kekacauan. Adang biasanya dilakukan dengan dandang, soblok atau panci besar dan memasaknya menggunakan kayu bakar.
Bagian adang dan jayengan harus punya pandangan yang prediktif, harus tahu kapan waktu-waktu tamu datang dalam sehari.

Selain beberapa bagian di atas, ada bagian lainnya yang tak bisa dianggap sepele. Pengelola snack (gedhong njero) yang menyiapkan makanan kecil untuk tamu, pencatat tamu dan bawaan tamu, “uleh-uleh/angsrenan” yang harus sigap menyerahkan nasi dan lauk kepada tamu yang hendak pulang. Bagian uleh-uleh ini juga harus jeli agar “tenggok” yang dipakai tamu membawa barang sumbangan tidak tertukar. Ada lagi bagian perparkiran, asah-asah (mencuci piring), dan lainnya.
Apa yang dilakukan oleh keluarga ketika acara ini? Mereka duduk saja menunggu tamu. Tabu jika ada anggota keluarga ikut membantu teknis acara.

Kesemua bagian ini dipimpin oleh ketua sinoman. Ketua sinoman terdiri dari ketua sinoman laki-laki dan perempuan. Ada pula yang menentukan wakil keluarga yang punya gawe pada struktur kepanitiaan. Wakil keluarga ini berguna sebagai rujukan jika ada permasalahan yang membutuhkan si empunya gawe untuk menyelesaikan.

Wednesday, August 12, 2015

Batu Akik Dusun Tepus


Satu lagi guys... Kerajinan cinderamata dari Dusun Tepus

Sejak demam batu akik melanda hampir seluruh wilayah Indonesia khususnya didusun Tepus desa Somorejo kecamatan Bagelen yang juga memiliki beraneka ragam jenis batu-batuan akik, tak ayal lagi, pengrajin batu akik pun mulai bermunculan dengan berbagai ciri khas dan keahliannya masing-masing.
Foto pak Bisri sedang memotong bahan batu akik
Salah satunya, sebut saja pak Bisri Mustofa, pengrajin batu akik yang berlokasi didusun Tepus Somorejo, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, tepatnya di Rt 03/05  dan hanya satu-satunya pengrajin batu akik disini, setiap harinya selalu bergelut dengan mesin gerinda untuk melayani permintaan para pelanggan, baik kelas pemula hingga para kolektor batu akik yang ingin memoles bongkahan batu agar terlihat cantik saat digunakan disalah satu jarinya.

Sebelum menjadi pengrajin batu akik, pak Bisri, adalah penderes nira. Seiring ramainya peminat batu akik, usaha pemolesan batu akik dikelola bersama anaknya yaitu Faza dan Aji.

Guna kemudahan dan kenyamanan para pecinta akik, usaha mengasah batu akik pak Bisri yang dibantu oleh anak-anaknya itu juga menyediakan pelbagai jenis ring (emban) cincin batu akik dengan ukuran dan harga beragam. Terlihat, setelah masuk ke dalam rumahnya yang sekaligus menjadi gerainya akan tampak berjajar ratusan ring cincin untuk batu akik yang terpampang dalam etalase dengan harga mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu tergantung dari setiap bahan ring cincin itu sendiri. Ditanya soal harga dari jasanya membentuk dan memoles batu, pak Bisri , mengaku semua tergantung dari tingkat kesulitan dan kekerasan bahan akik. “Ya rata-rata Rp 30.000 dengan polesnya, tapi juga tergantung jenis batunya karena ada beberapa batu yang pembuatan dan molesnya harus dengan cara khusus agar tidak hancur,” terangnya, sambil memoles batu pesanan pelanggannya.

Selain mengasah dan memoles batu, pak Bisri juga menjual beberapa bongkahan jenis batu akik di antaranya jenis Calsedon, Giok, Black Jade, Teratai, Batu Lumut, bacan lokal dan lain-lain untuk para peminat batu akik yang datang. Bahkan beberapa batu akik yang sudah dibuat oleh pak Bisri telah diikutkan kontes oleh para pelanggannya dibeberapa daerah seperti Semarang, Wonosobo, Yogyakarta dan Purworejo sendiri.