Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Monday, December 29, 2014

Potensi Pangan Lokal Menuju Ketahanan Pangan Nasional



Masalah pangan bukan merupakan masalah sekarang saja tetapi sudah merupakan masalah di masa lampau dan juga akan menjadi masalah di masa akan datang.

Pengertian umum swasembada untuk suatu produk di suatu negara akan tercapai apabila secara netto jumlah produk dalam negeri minimal mencapai 90% dari jumlah konsumsi domestiknya, baik untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, industri, maupun neraca perdagangan nasional (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010:3).

Berdasarkan data Badan Pangan Dunia (FAO), bahwa dari seluruh beras yang beredar di pasar dunia, 80%-nya diserap oleh Indonesia (Louhenapessy, 2010:114). Dari data tersebut jelas bahwa ketahanan pangan Indonesia terus bermasalah apabila terus akan bertumpu pada swasembada beras, oleh karena itu konsep diversifikasi*) pangan harus terus dikembangkan dan di implementasikan.

Politik pemerintah Indonesia dalam pembangunan pertanian pangan yang di identikan dengan “padi”, ternyata secara tidak langsung telah mengubah pola konsumsi masyarakat dan berdampak pada pola diversifikasi pangan yang sudah ada sejak zaman nenek moyang. Padahal diversifikasi pangan sebenarnya sudah merupakan budaya masyarakat secara tradisional dan kalau pola pangan tradisional ini dikembangkan secara terencana dan terarah maka masalah kesulitan pangan tidak perlu terjadi.

Seharusnya sebagai negara kepulauan kita mempertahankan citra kita dengan mengembangkan segala kekayaan yang masih diwariskan para pendahulu kepada kita saat ini yaitu kekayaan alam, budaya, serta agama. Hal ini mengajak kita bahwa kita harus pandai-pandai memanfaatkan ekosistem-ekosistem yang ada demi keberlanjutan pangan bagi masyarakat Indonesia. Dengan demikian penduduk negara kepulauan selayaknya mengandalkan ketahanan pangannya bukan pada satu komoditas unggulan saja yaitu beras tetapi pada berbagai komoditas unggulan termasuk di dalamnya beras serta komoditi-komoditi lokal lainnya seperti jagung, sagu, umbi-umbian, dan lain-lain.

Beberapa ragam jenis pangan dan pemetaan potensi daerahnya masing-masing serta manfaat dari jenis pangan tesebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Ketela pohon

Ketela pohon atau yang biasa dikenal dengan sebutan singkong merupakan tanaman tahunan tropika dan subtropika. Hasil dari ketela pohon yang berupa umbi dikenal luas sebagai salah satu makanan pokok penghasil karbohidrat di samping beras dan jagung yang merupakan makanan pokok khas masyarakat Indonesia. Ketela pohon sendiri menurut sejarahnya merupakan tanaman Brazilia yang hari ini sudah menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia. Ketela pohon pada umumnya tumbuh dan beradaptasi secara luas di Indonesia. Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dari daerah dataran rendah hingga dataran tinggi. Adapun pemanfaatan dari Ketela pohon yaitu dapat digunakan sebagai bahan baku industri pembuatan tepung tapioca, tepung gaplek, serta bahan pembuatan alcohol, etanol, gahosol dan lain sebagainya.

2. Garut atau Arairut

Tanaman Garut atau Arairut adalah tanaman yang memberikan hasil utama berupa umbi. Tanaman ini merupakan tanaman yang memerlukan iklim panas dan kondisi yang basah. Adapun pemanfaatan tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan pembuatan makanan bayi, bahan pembuatan kosmetika, lem, keripik dan bahkan dalam sejumlah penelitian tanaman Garut atau Arairut ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan bagi anak-anak penderita kelainan pencernaan Sindrom Down dikarenakan kehalusan serat makanan ini. Tanaman Garut atau Arairut menurut sejarahnya berasal dari Amerika Selatan yang mana pada tanaman ini biasanya tumbuh di pekarangan tepatnya di bawah pohon yang rindang.

3. Sukun

Sukun menurut sejarahnya merupakan tanaman yang berasal dari New Guinea, Pasifik. Sukun merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik pada lahan kering (daratan), dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih. Menurut Pustaka Litbang Deptan, buah sukun telah lama dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Di daerah Fiji, Tahiti, Hawai, Samoa dan Kepulauan Sangir Talaud, buah sukun dimanfaatkan sebagai makanan tradisional dan makanan ringan. Bahkan dalam lingkup internasional buah sukun dikenal dengan sebutan bread fruit atau buah roti dikarenakan kelezatannya sebagai buah, namun juga memiliki kandungan karbohidrat yang tidak kalah dari beras, gandum dan jagung. Tanaman sukun memiliki beberapa pemanfaatan bagi kepentingan pemenuhan pangan dan penghijauan.

4. Jagung

Tanaman jagung merupakan tanaman yang berasal dari Amerika. Tanaman ini memiliki hasil utama berupa biji. Di indonesia jagung diberdayakan untuk memenuhi berbagai keperluan baik pangan maupun non pangan. Sebagai bahan pangan beberapa hasil olahannya meliputi: pati, tepung jagung, snack, berondong(pop corn), jenang, nasi jagung, sirup jagung dan lain sebagainya. Sebagai bahannon pangan beberapa manfaat dari jagung adalah sebagai berikut, misalnya digunakan sebagai bahan pakan ternak, pupuk kompos, bahan pembuat kertas dan kayu bakar. Di Indonesia beberapa sentra penghasil utama tanaman jagung ialah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, D.I.Yogyakarta, dan lain sebagainya. Penyebaran tanaman jagung yang dapat tumbuh dan berproduksi secara merata di manapun, dikarenakan karakteristik tanaman jagung yang merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah sub-tropis maupun tropis.

5. Sagu

Sagu merupakan salah satu sumber pangan populer bagi sebagian masyarakat Indonesia di Indonesia Timur dan sebagian daerah Pulau Sumatera. Di Indonesia sendiri potensi mengenai sagu sebagai produk alternatif pangan nasional sangat berpeluang dan menjanjikan.
Hal tersebut mengingat areal penghasil sagu dunia yang saat ini masih dipegang indonesia dengan besaran mencapai angka 60% dari total areal sagu dunia. Selain berpotensi sebagai salah satu sumber karbohidrat yang menjanjikan tanaman sagu juga dapat digunakan sebagai salah satu bahan pembuat perekat, sirup dan bahan baku etanol. Sagu juga dapat digunakan untuk membuat tepung, yang mana memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan tepung tapioka maupun aci garut.

6. Kentang

Kentang menurut sejarahnya merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah. Hasil utama dari tanaman kentang ialah umbi. Tanaman kentang merupakan tanaman yang hidup dan berproduksi di daerah subtropis atau daerah dataran tinggi seperti pegunungan. Hasil olahan tanaman kentang selain sebagai bahan pokok berupa umbi ialah sebagai bahan baku pembuat pati, sebagai salah satu bahan pembuat cat, pembuat glukosa dan lain sebagainya. Penyebaran tanaman kentang di Indonesia meliputi daera-daerah seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumtera Selatan, Tanah Karo dan lain sebagainya. Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum, dan jagung.

7. Ubi Jalar

Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi, jagung, dan ubi kayu, dan mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ter-nak. Ubi jalar dikonsumsi sebagai makanan tambahan atau sampingan, kecuali di Irian Jaya dan Maluku, ubi jalar digunakan sebagai makanan pokok. Ubi jalar di kawasan dataran tinggi Jayawijaya merupakan sumber utama karbohidrat dan memenuhi hampir 90% kebutuhan kalori penduduk.

8. Talas

Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 meter dpl baik liar maupun ditanam. secara luas terutama di wilayah Asia dan Oceania. Di Indonesia talas sebagai bahan makanan cukup populer dan produksinya cukup tinggi terutama di daerah Papua dan Jawa (Bogor, Sumedang dan Malang).

Sumber pangan diatas selain persebaranya menyeluruh di Indonesia juga kandungan nutrisinya yang bersaing dengan beras. Sebenarnya, tidak perlu mempermasalahkan antara beras dan bukan beras. Tetapi sebaiknya potensi kekayaan tumbuhan di Indonesia semuanya harus digali dan dikembangkan.

Tumbuhan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan lahan pada wilayah tertentu diolah dan dikembangkan, dan tumbuhan yang sudah berkembang sesuai ekosistemnya dan mempunyai nilai produksi pada suatu wilayah harus tetap diolah dan dikembangkan pada wilayah itu. Apabila hal tersebut dapat dikembangkan maka kekayaan alam yang ada di Indonesia dapat berkembang sesuai karakter wilayahnya masing-masing dan akan memperkaya keanekaragaman pangan secara nasional.

Pemahaman ketahanan pangan baik secara internasional maupun nasional telah terarah kepada pengertian kebutuhan rumah tangga atau individu. Beberapa pemahaman tentang ketahanan pangan:

a.              Menurut World Bank (1986): ketika orang pada setiap saat memilih aksesibilitas secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka agar bisa sehat dan produktif.

b.             Menurut International Conference In Nutrition (FAO/WHO-1992): akses setiap rumah tangga atau individu untuk memperoleh pangan pada setiap waktu demi keperluan hidup sehat.

c.              Menurut World Food Summit (1996): memperluas definisi FAO/WHO dengan menambah persyaratan bahwa “pengembangan pangan sesuai nilai atau budaya setempat”.

d.             Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 (UU Pangan): kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.

e.              Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 (PP Ketahanan Pangan): mengisyaratkan pengelolaan pangan secara nasional, terlaksananya swasembada pangan yang diutamakan produksi dalam negeri dan bertumpu pada sumber daya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah dan harus dihindari sejauh mungkin ketergantungan pada pemasukan pangan dari luar (Louhenapessy, 2010:119).

arti kata :
*) Diversifikasi = penganekaragaman

Sunday, December 7, 2014

Gairah Petani Gula Semut Dari Bukit Menoreh



Bukit Menoreh  tak pernah kehilangan pesona. Dipandang dari jauh atau dekat, ia tetap memikat. Pantulan cahaya matahari membuat pepohonan serupa karpet yang bergelombang. Tiupan angin yang sejuk dan bersih membuat kita ingin berlama-lama menghirup segernya udara. Dari perbukitan ini, pantai selatan jawa nampak terlihat memanjang dari arah barat ke arah timur serta membentang luas ke samudera Indonesia.

Sebelah utara jauh dari pantai selatan ialah dusun Tepus desa somorejo kecamatan bagelen kabupaten purworejo, sebuah nama yang diserap mentah-mentah dari kenyataan geografis. Wilayah di tepi DIY ini memang kurang dikenal. Orang dari luar daerah kerap membayangkan desa Somorejo, kecamatan Bagelen, kabupaten Purworejo tanpa dusun Tepus di dalamnya. Saya tertegun, imaji itu sebangun dengan anggapan dan kalkulasi tentang gula yang melulu soal gula kristal pabrikan. Nasib gula merah selalu tak masuk hitungan.

Kita tengah menuju Dusun Tepus. Letaknya persis di bawah bukit gunung agung, bagian dari Pebukitan Menoreh. Di sepanjang jalan yang naik turun, kita kerap menyaksikan penyadap nira ( penderes ) memanjat pohon kelapa yang tingginya sekitar 30 meter.

Kita boleh bangga bahwa pengrajin-pengrajin gula jawa dan gula kelapa sudah berinovasi masakan mereka menjadi olahan lain selain gula cetak. Yaitu antara lain gula semut dan gula rempah, gula semut bahkan sudah tembus pasar ekspor di Amerika Serikat, Arab Saudi, Belanda dan India. Bahkan potensi pasar masih terbuka luas karena berapapun gula semut yang dihasilkan, akan diserap eksportir.


Potensi pasar ekspor perbulan mencapai puluhan kwintal, bahkan sampai ada permintaan 1,5 ton per minggu. Tapi pengrajin menolaknya karena terbatasnya kapasitas produksi.

Inovasi usaha pembuatan gula semut didusun Tepus dimulai sejak pertengahan tahun 2011, itu pun belum secara keseluruhan pengrajin yang berminat membuat gula semut. Hingga pada pertengahan tahun 2013 para petani gula kelapa didusun Tepus hampir keseluruhannya membuat gula semut.

Pengrajin membuat gula semut karena ingin meningkatkan nilai jual gula kelapa. Harga jual gula kelapa ditingkat petani antara Rp 7000 - Rp 10.000 per kilogram, namun setelah beralih proses memasak gula menjadi gula semut harganya lumayan tinggi antara Rp 17.000 - Rp 25.000 per kilogram ditingkat petani.

Selain gula semut murni organik atau tanpa campuran bahan lain, pengrajin juga memproduksi gula semut rempah. Harga gula rempah lebih tinggi lagi, bisa mencapai Rp 38.000 perkilogramnya ditingkat petani.

Thursday, December 4, 2014

Kekayaan Flora Dihutan Tepus

Beragam jenis tumbuhan yang masuk kategori tanaman hias, banyak tumbuh dihutan rakyat pedukuhan tepus. Tanaman ini tumbuh secara alami dan menjadi sebuah kekayaan flora yang perlu dijaga pertumbuhanya didalam hutan agar tetap lestari sampai generasi selanjutnya. Kita patut menjaganya agar tanaman tersebut tetap tumbuh menghiasi hutan-hutan yang ada dipedukuhan tepus.