Welcome To Tepus Somorejo Bagelen

Monday, July 22, 2013

Bali Ndeso Mbangun Deso



Motto Bali Ndeso Mbangun Deso ( kembali ke desa membangun desa ) bagi orang Jawa pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya, bukanlah motto yang susah untuk dimaknai. Motto itu menggunakan bahasa Jawa sehari-hari, mengandung makna yang gampang dicerna serta mengandung semangat untuk bekerja

Lebih-lebih dalam kurun beberapa tahun terakhir ini, motto Bali Ndeso Mbangun Deso seolah membumi di Jawa Tengah dan muncul hampir di semua kesempatan pertemuan apakah itu pertemuan antar para pejabat, pertemuan pejabat dengan rakyat atau pertemuan di kalangan rakyat sendiri. Tidak heran, karena motto itu dipopulerkan oleh Gubernur Jawa Tengah H. Bibit Waluyo, bahkan sudah populer sebelum H. Bibit Waluyo menjabat sebagai Gubernur, karena motto itu digunakan sebagai program yang ditawarkan H. Bibit Waluyo kepada rakyat untuk menuju Jawa Tengah 1 pada Pilgub tahun 2008 yang lalu. Oleh karena itu, motto Bali Ndeso Mbangun Deso menjadi identik dengan sosok H. Bibit Waluyo.

Berawal dari keprihatinan melihat masih banyaknya penduduk miskin, pengangguran, penyandang masalah kesejahteraan sosial, padahal Jawa Tengah merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia dan sangat potensial untuk dikembangkan. Di perlukan reorientasi kebijakan pembangunan yang mengarah kepada pembangunan pedesaan.

65 % masyarakat Jawa Tengah berdomisili di pedesaan dan mayoritas bermata pencaharian pada sektor pertanian dalam arti luas, yang meliputi pertanian lahan basah dan kering, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan serta usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan industri padat karya. Sisi lain yang amat strategis karena desa merupakan miniatur Negara serta penyangga kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, bahkan pertahanan dan keamanan Negara.

Konsep Bali Ndeso Mbangun Deso mengandung pengertian untuk mengarahkan kembali orientasi pembangunan ke pedesaan yang bersifat menyeluruh, terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia, alam, lingkungan, sosial, budaya, politik dan kewilayahan.

Dengan mengerahkan potensi masyarakat Jawa Tengah yang memiliki pengetahuan, keterampilan, tekhnologi dan informasi untuk ditularkan kepada masyarakat pedesaan. Demikian pula bagi mereka yang memiliki kekayaan atau modal besar, dapat memberikan bantuan modal usaha atau bertindak sebagai bapak angkat guna melindungi, memasarkan dan mengembangkan usaha produktif yang dilakukan masyarakat pedesaan.

Bali Ndeso Mbangun Deso sebagai gerakan pembangunan untuk pemberdayaan masyarakat desa, harapannya agar masyarakat desa bangkit, kreatif, inovatif dan bekerja keras serta mampu mendayagunakan potensi sumberdaya yang ada di desanya masing-masing untuk kemajuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

Tuesday, July 9, 2013

Gula Semut Tepus Somorejo Ke Pasar Dunia

Nira yang mulai mengental dalam proses pembuatan gula semut

Keberadaaan gula semut atau gula kelapa di pasar dalam negeri memang belum dikenal. Namun komoditas agro asal dusun Tepus desa Somorejo kecamatan Bagelen kabupaten Purworejo ini ternyata sudah menembus pasar internasional. Gula semut asal Tepus somorejo masih diproduksi secara tradisional, menjadi produk unggulan One home One Product. Program ini melibatkan ratusan petani dan sudah menembus pasar luar negeri.

Gula semut memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi dengan jangkauan pasar yang cukup luas meliputi Amerika, Jepang, Taiwan, hingga Australia dan Eropa. Saat ini pemasaran gula semut memang diprioritaskan untuk ekspor.
Gula semut organik produk unggulan dusun tepus

Memiliki aroma yang khas gula ini memang tidak jauh berbeda dengan gula jawa lainnya, hanya saja bentuknya serbuk dan memiliki aroma khas serta organik. “Produksi sudah mencapai puluhan ton per bulan,” ungkap ibu Sri, salah satu penampung produk gula semut didusun Tepus

Harga gula semut per kilogramnya memang relatif sedikit lebih mahal dari gula biasa. Harga per kilogramnya dipatok Rp15.000 – Rp18.000, dengan harga jual ekspor sekitar Rp21.500 per kilogramnya.

Diakui olehnya jika saat ini masih belum dapat menampung semua produksi petani, hal itu lebih disebabkan karena terbatasnya modal dan kapasitas gudang.

Saat ini petani gula semut didusun Tepus sudah memiliki label sertifikasi sebagai produk organik yang berstandar internasional.Sudah ada buku panduan Internal Control System (ICS) produk Gula Kelapa Organik yang mengacu pada EU Regulation, NOP-Standar Organik Amerika, dan JAS- Standar Organik Jepang.
Label ICS kelapa organik ditempel dipohon kelapa yang lulus verifikasi

Pembibitan cikal dan pola jarak tanam